Buddha

Meditasi di mana saja, Kapan saja

Buddha Wacana

Buddha Wacana

Mā pamādaṁ anuyuñjetha,
Mā kāmaratisanthavaṁ.
Appamatto hi jhāyanto,
Pappoti vipulaṁ sukhaṁ.
Jangan terlena dalam kelengahan,
jangan terikat pada kesenangan-kesenangan indria
Orang yang waspada dan rajin bersamadhi,
akan memperoleh kebahagiaan sejati
(Dhammapada II:27)

Salah satu tujuan hidup manusia adalah mendapat kebahagiaan. Kebahagiaan dapat bersifat batin maupun jasmani. Untuk mencukupi kebutuhan hidup agar bahagia, manusia dituntut untuk bekerja. Rutinitas bekerja dapat menjadi pemicu munculnya stres dan membuat kehilangan fokus. Ketika pada bagian ini, manusia membutuhkan waktu pemulihan atau istirahat agar segar kembali. Beberapa orang melakukan relaksasi dengan meditasi yang bisa memberikan manfaat bagi tubuh dan kesehatan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), meditasi adalah pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu. Pengertian meditasi tersebut senada dengan yang telah Buddha ajarkan kepada muridnya 2.500 tahun yang lalu dengan nama bhavana. Dalam Bahasa Pali, bhavana berarti pengembangan.

Istilah lain yang memiliki arti dan corak yang sama dengan meditasi adalah samadhi yang berarti pemusatan pikiran pada suatu objek. Beberapa sutta menjelaskan samadhi sebagai keadaan pikiran yang ditujukan/konsentrasi pada suatu obyek. Jadi meditasi atau samadhi adalah pemusatan pikiran pada satu obyek untuk mencapai sesuatu yaitu kebajikan.

Jika disibukan dengan rutinitas bekerja, pertanyaannya kapan dan di mana kita dapat bermeditasi? Secara kondisional kita dapat melakukan meditasi di mana saja dan kapan pun juga serta pada posisi apapun. Intinya adalah berkesadaran untuk selalu memahami atau menyadari posisi kita. Dalam Majjhima Nikaya 10: Satipaṭṭhāna Sutta, Buddha memberikan penjelasan sebagai berikut:

“Para bhikkhu, ketika berjalan, seorang bhikkhu memahami: ‘Aku sedang berjalan’; ketika berdiri, ia memahami: ‘Aku sedang berdiri’; ketika duduk, ia memahami: ‘Aku sedang duduk’; ketika berbaring, ia memahami: ‘Aku sedang berbaring’; atau ia memahami sebagaimana adanya bagaimana pun tubuhnya berposisi”.

Dalam agama Buddha, dikenal empat macam posisi meditasi, yaitu: duduk, berdiri, berjalan, dan berbaring. Posisi duduk adalah posisi yang paling banyak dilakukan oleh para praktisi, karena pada saat meditasi duduk, panca indera berkurang aktifitasnya sehingga membantu menumbuhkan konsentrasi. Lain halnya dengan meditasi berjalan yang masih menggunakan mata untuk melihat.

Dalam Anggutara Nikaya 5.29: Caṅkama Sutta, dijelaskan bahwa salah satu cara meditasi yang dicontohkan oleh Buddha adalah meditasi berjalan. Terdapat lima manfaat melakukan meditasi berjalan, yaitu: 1) seseorang menjadi mampu melakukan perjalanan; 2) ia menjadi mampu berusaha; 3) ia menjadi sehat; 4) apa yang ia makan, minum, konsumsi, dan kecap dapat dicerna dengan baik; dan 5) konsentrasi yang dicapai melalui meditasi berjalan bertahan lama.

Salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan meditasi adalah tempat yang sunyi dan tenang, bebas dari gangguan orang atau hewan untuk dapat menumbuhkan konsentrasi. Pada tahap belajar meditasi awal, hendaknya orang berlatih di tempat yang sama agar merasa nyaman. Apabila seseorang telah mahir atau terbiasa bermeditasi, maka akan dapat melalukan meditasi dengan mudah, bahkan di tempat yang tidak biasa, seperti: kantor, pasar, kebun, hutan, goa, kuburan, maupun tempat yang ramai.

Jadi jawaban kapan dan di mana kita dapat bermeditasi adalah “Kapan saja dan di mana saja kita bisa melakukan meditasi terutama bagi yang sudah terbiasa”. Awali dengan hal sederhana mulai dari waktu yang tidak terlalu lama, tempat sepi, dan konsisten berlatih.

Meskipun meditasi dapat dilakukan kapan saja, tetapi dapat membiasakan diri untuk meditasi pada pagi dan malam hari. Meditasi pada pagi hari lebih mudah konsentrasi karena pikiran masih segar dan jernih, sehingga lebih fokus mempersiapkan diri untuk melakukan aktivitas. Meditasi pada malam hari dapat membantu menenangkan diri dan bersiap untuk tidur malam yang nyenyak.

Marilah membiasakan meditasi pada setiap aktivitas yang kita lakukan, karena meditasi bukan hanya tentang duduk, diam, dan menutup mata, tetapi selalu waspada dan perhatian penuh saat melakukan apapun. Jadikanlah meditasi sebagai gaya hidup kita. Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Sarijo, S.Ag (Penyuluh Agama Buddha Kabupaten Lampung Timur)


Fotografer: Hilman Fauzi

Buddha Lainnya Lihat Semua

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua