Buddha

Kemurahan Hati

Ilustrasi

Ilustrasi

“Sesungguhnya orang kikir tidak dapat pergi ke alam Dewa. Orang bodoh tidak memuji kemurahan hati. Akan tetapi orang bijaksana senang dalam memberi dan karenanya ia akan bergembira di alam berikutnya”. Dhammapada, Syair 177.

Berdasarkan syair Dhammapada tersebut, Buddha tidak menyarankan umatnya memiliki sifat kikir atau pelit. Apa sebenarnya pelit? Apakah orang yang tidak mau berbagi atau orang yang tidak mau memberi uang?

Menurut KBBI, kata “pelit” diartikan sebagai kikir, tidak mau memberi, atau orang yang terlampau hemat. Orang yang memiliki sifat pelit cenderung ingin menyimpan hartanya untuk diri sendiri. Pelit memunculkan perasaan menggenggam erat segala sesuatu dan menghalangi orang lain untuk mengakses barang berharga miliknya. Dapat disimpulkan bahwa pelit merupakan sifat buruk.

Buddha menjelaskan bahwa orang yang murah hati akan terlahir di alam berbahagia pada kehidupan selanjutnya. Apakah seorang Buddhis selalu murah hati? Murah hati adalah sifat yang tidak dapat muncul begitu saja, tetapi harus dilatih dan diupayakan agar ddapat menjadi kebiasaan.

Pada umumnya, manusia cenderung mementingkan diri sendiri, tidak suka berbagi, melekat pada harta, atau jabatannya. Sifat kikir dapat menimbulkan kehawatiran, kegelisahan, dan kecurigaan terhadap orang lain, sehingga ketentraman, kedamaian, persatuan dan persahabatan yang tulus tidak akan terwujud.

Bagaimana seharusnya seorang Buddhis bersikap? Umat Buddha seyogyanya murah hati, dermawan, suka memberi kepada orang yang membutuhkan dengan hati yang tulus ikhlas. Umat Buddha seharusnya berusaha melepaskan kemelekatan yang berlebihan akan harta, memperhatikan kesulitan orang lain, menyadari segala kelebihan dan kekurangan orang lain, memiliki pikiran baik yang selalu berharap: “Semoga semua makhluk hidup berbahagia”.

Menurut Buddha kondisi ideal untuk memberi atau murah hati adalah dengan pemberian disertai dengan niat yang murni kepada penerima. Pemberian yang murni adalah pemberian yang pantas sesuai dengan waktu, orang, dan keadaan. Barang yang didanakan hendaknya diperoleh dengan cara yang jujur. Memberi dengan niat yang murni berarti memberi dengan rasa tulus, kasih sayang, keyakinan, penuh perhatian, dan tanpa memberikan dampak negatif pada penerima. Penerima yang murni adalah orang yang berbudi luhur yang layak menerima pemberian.

Mempraktikkan kemurahan hati adalah cara untuk menghilangkan keserakahan, menghilangkan kekotoran batin dengan mengkondisikan pikiran untuk melepaskan keterikatan terhadap apa yang kita miliki. Manfaat yang paling nyata dari memberi adalah membantu meringankan penderitaan orang lain. Bermurah hati adalah praktik seorang Bodhisattva, yang pertama dari enam kesempurnaan.

Banyak agama sepakat mengenai pentingnya memberi, karena dapat memberikan manfaat langsung kepada orang yang membutuhkan. Praktik berdana atau bermurah hati sangat dianjurkan dan dianggap penting dalam ajaran agama Buddha karena dapat mengikis kemelekatan dalam diri seseorang.

Yuana, S. Ag. (Penyuluh Agama Buddha Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kotawaringin Timur)


Fotografer: Istimewa

Buddha Lainnya Lihat Semua

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua