Nasional

Didin Sirajuddin: Cabang Khat Al-Quran Perlihatkan Revolusi dan Evolusi

Batam (Pinmas) –Khat Al-Quran atau kaligrafi yang menjadi cabang MTQ XXV 2014 di Batam, Kepulauan Riau memperlihatkan sejumlah revolusi dan evolusi. Revolusi tersebut tergambar ditandai dengan adanya pergeseran mahzab yang dianut peserta.

“Kalau dulu peserta itu menguasai mahzab huruf sekarang bahkan sudah ke mahzab guru,” terang Didin Sirajuddin Ketua Dewan Hakim cabang Khat Al-Quran ketika ditemui disela-sela lomba khat Al-Quran di Gedung Lembaga Adat Melayu, Batam, Senin (9/6).

Pergeseran ini lanjut Didin karena keberadaan master-master kaligrafi yang menjadi panutan di dunia Islam dan karena kemunculan gaya-gaya baru yang tampil akibat penyelenggaraan lomba-lomba khat Internasional di Turki, Yordania, Brunei, Irak dan di Abu Dhabi. Karya-karya yang tampil dalam lomba itu menampilkan modifikasi bentuk baik anatomi huruf maupun komposisinya. Sehingga anak-anak kita yang tampil pun ikut-ikutan gaya yang sedang berkembang, istilahnya itu ngepop.

“Apalagi pada MTQ tahun ini, ada golongan kontemporer untuk menyalurkan hasrat peserta yang memang ingin membuat perubahan dan revolusi dalam berkarya,” ujar Didin.

Didin, yang juga pimpinan pesantren Kaligrafi Sukabumi menjelaskan, kalau MTQ sebelumnya hanya ada tiga golongan yang dilombakan,yaitu golongan naskah, hiasan mushaf dan dekorasi, maka untuk MTQ tahun ini dieksibisikan golongan kontemporer.

“Kalau yang tiga itu kaligrafinya mahzab tradisional, baku dengan aturan-aturan yang sudah dipatenkan, tapi yang kontemporer itu merupakan pembebasan dari aturan-aturan sehingga tampilannya berbeda, dan hadirnya golongan kontemporer, akan tambah semarak,” jelas Didin.

Didin menambahkan, adanya golongan kontemporer, mendorong peserta yang ikut golongan ini diharapkan untuk belajar huruf yang baku. Dan bagi peserta yang menguasai gaya tradisional yang baku akan lebih mudah loncat ke kontemporer. Karena salah satu dari cara mengolah kontemporer itu adalah dengan mengembangkan dan membebaskan gaya-gaya baku yang sudah dikuasai.

“Seorang khattat yang menguasai tsulus maka dia bisa mengembangkan tsulus yang dibebaskan, itu yang masuknya ke ekspresionis. Bagi yang sudah tahu kufi, maka akan mudah mengolah kufi yang dibebaskan,” tambah Didin. (dm/dm).

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua