Hikmah

The Smiling General

Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)

Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)

Terakhir tentang senyum sebagai modal sosial. Lagi pula, tambah sering kita mengulas senyum sambil tersenyum, tambah baik. Setidaknya kita dapat dua: pertama, pengetahuan tentang senyum dari respon pembaca. Kedua, aktivitas senyum yang bukan hanya bernilai ibadah tapi memiliki nilai kesehatan.

"Senyum manismu di hadapan saudaramu adalah sedekah." Demikian arti sebuah hadis. Hadis inilah yang menjadi legitimasi keagamaan bagi banyak orang tentang kemuliaan dari senyum. Dari hadis inilah berkembang ulasan mengapa Rasulullah menyamakan senyum dengan sedekah secara materi.

Berkembanglah ulasan bahwa senyum itu berlangsung sangat singkat tapi efeknya begitu lama. Seorang suami saat ditanya kisah awal ketertarikannya pada isterinya. Dia menjawab bahwa saat melihat pertama kalinya, dia jatuh hati pada senyumnya. Peristiwa sekian detik itu terngiang selama bertahun-tahun. Dan bisa saja itu senyum satu-satunya yang dia dapat sampai saat ini.

Senyum itu memporak-porandakan logika berpikir orang waras. Cerita Dr. Ismail Cawidu, saat kotak celengan melewati seorang jamaah masjid, orang itu memegang kotak celengan sambil tersenyum. Setelah itu baru dia dorong kotak celengan itu ke sebelahnya. Saat orang di sebelahnya bertanya, mengapa Bapak tersenyum sendiri? Dia menjawab, saya bersedekah ke kotak celengan dengan senyum. Bukankah senyum itu setara dengan sedekah?

Kata banyak pembaca yang merespon coretan saya, senyum itu membahagiakan di rumah, memotivasi di tempat kerja, dan menundukkan perilaku agresif di ruang publik. Saat anda pulang dari tempat kerja dengan segala kepenatan, isteri atau suami melempar senyum pada anda, segala kepenatan itu hilang seketika. Saat anda muncul sebagai atasan atau sejawat di antara para pekerja, anda melempar senyum hari itu, anda tidak perlu lagi mengeluarkan kata-kata motivasi. Anda ingat gelar Presiden Soeharto sebagai "the Smiling General"? Maknanya adalah banyaknya persoalan kenegaraan yang selesai khususnya yang terkait dengan ketegangan para bawahannya, hanya dengan senyumnya. Senyumnya mempersatukan anak bangsa.

Tapi ada yang mengganggu untuk mengakhiri celoteh saya tentang senyum. Teman-teman pembaca banyak membuat tipe senyum yang mungkin perlu dibicarakan ulang. Misalnya, Andi Amri, CEO BHS, menurutnya ada istilah "senyum tingkat dewa," bermakna seseorang itu masih bisa tersenyum saat berada di puncak kemarahan. Ada juga katanya yang disebut "senyum misterius," makna dari senyumannya tidak bisa tertebak.

Teman ini lalu membahas contoh senyum misterius, senyumnya Monalisa, pada lukisan itu. Saya sendiri sering melihat photo lukisan itu di media, tapi tidak pernah memperhatikan apakah Monalisa tersenyum atau tidak. Mungkin karena keaslian lukisan itu misterius, jadi semua tentangnya menjadi misterius.

Kata Neurolog, senyum tidak simetrisnya Monalisa karena pada wajahnya ada gangguan saraf. Andai bisa bertemu dengan Leonardo da Vinci, dia bisa juga berdalih bahwa Monalisa tersenyum pada dirinya karena bahagia dilukis. Atau silakan pembaca mengecek lukisan Monalisa, siapa tahu bergerak bibirnya dan tersenyum pada anda? Namanya misteri.

Memang dalam tradisi dikenal ragam senyum. Ragam itu muncul dari pengalaman menghadapi eksperesi senyum setiap orang di berbagai ruang dan waktu. Jadinya kita bisa paham yang mana senyum tulus dan yang mana senyum diurus, yang mana senyum manis dan yang mana senyum sinis. Kita perlu mengilmui senyum, supaya bisa mengimani senyum. Karena kata seorang teman, senyum tulus tidak perlu dipikirkan. Ciri senyum tulus terdapat pada spontanitasnya. Kapan dipikirkan baru menebar senyum, itu sudah pasti tidak tulus, itu namanya senyum rekayasa. Karenanya, senyum tulus adalah bagian dari iman, senyum rekayasa masih sebatas ilmu. Ngomong-ngomong, saya belum tersenyum sejak bangun.


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Hikmah Lainnya Lihat Semua

Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)
Titik Koordinat
Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)
Titik Nol
Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)
Titik Kumpul
Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)
Titik Temu
Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)
Titik Jenuh

Artikel Lainnya Lihat Semua