Hikmah

Titik Jenuh

Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)

Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)

Pernah menonton film Air Force One? Film lawas yang bercerita tentang pembajakan pesawat Kepresiden Amerika Serikat. Satu-satunya film yang diperankan Harrizon Ford yang saya tonton dua kali.

Film itu bercerita tentang bobolnya Air Force One yang terbang membawa Presiden oleh para pembajak, padahal pesawat ini dianggap sebagai burung baja teraman di dunia. Penyebab utama dari bobolnya pesawat itu adalah pengkhianatan orang yang paling dipercaya oleh Sang Presiden (Harrison Ford).

Apa pesan dari film itu, runtuhnya sebuah bangunan entitas sering disebabkan oleh orang yang paling dipercaya. Jarum sejarah peradaban manusia menunjuk bahwa jatuhnya sebuah dinasti atau kerajaan sering disebabkan oleh orang yang paling dipercaya oleh raja. Contoh yang paling sering dibaca dalam buku Sejarah Islam, bagaimana Bagdad sebagai Ibukota Dinasti Abbasiyah, yang menjadi sentrum peradaban dunia di bawah Khalifah Harun al-Rasyid, masa kemudian mengalami kehancuran. Siapa penyebabnya? Bukan semata serangan pasukan Tartar, tetapi lebih kepada pengkhianatan dua orang kepercayaan raja, Ibnu al-Alqami dan Nashiruddin Ath-Thusi.

Bagdad hancur-lebur, air Sungai Tigris yang melintas di tepi Kota Bagdad berubah warna menjadi hitam, karena lelehan tinta buku-buku yang tersimpan di Baitul Hikmah, lembaga ilmu pengetahuan raksasa saat itu. Pengkhianatan yang menyebabkan kehancuran dan efek pengkhianatan itu yang membuat Bagdad tidak pernah lagi mencapai puncak kejayaan peradaban sampai hari ini. Kita-pun semua tahu cerita tentang tragedi Bagdad modern.

Kepercayaan itu memiliki titik lemah, saya menyebutnya sebagai titik jenuh. Seseorang yang sudah terlalu dipercaya bisa saja bergerak ke titik kontradiksi dari esensi kepercayaan itu. Dalam konteks moral subyektif yang saya bahas kemarin, mengapa orang kepercayaan atau terpercaya sering khianat? Jawabannya sederhana. Karena orang terpercayalah yang mungkin berkhianat. Tidak mungkin orang yang suka berkhianat diambil sebagai orang yang dipercayai.

Mengapa proses menjadi khianat itu terjadi? Menjawabnya sedikit rumit. Izinkan saya menjelaskan dari perspektif subyektif saya. Titik jenuh kepercayaan terjadi karena bergesernya faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan, perawatan kepercayaan. Perawatan itu dibutuhkan untuk kestabilan kepercayaan itu. Perawatan itu bisa berupa komitmen, janji setia, pemenuhan kesejahteraan, atau empati dari yang mempercayai.

Titik jenuh kepercayaan itu mulai bergeser seiring dengan tidak berfungsinya alat-alat perawatan kepercayaan itu. Seorang al-Alqami yang dipercaya sebagai Perdana Menteri oleh Raja, bergeser dari titik kepercayaannya kepada raja, apakah karena dia kecewa dengan kebijakan Raja atau karena ada ambisi memanfaatkan momentum serangan bangsa Mongol. Silakan baca sendiri sejarah. Intinya, pada dirinya sudah terjadi pergeseran komitmen atau janji setia.

Olehnya, kunci kepercayaan itu ada pada kemampuan kedua belah pihak yang mempercayai dan dipercayai untuk merawat variabel penting dari perawatan kepercayaan itu. Sekuat merawat alat-alat kepercayaan, selama itu kepercayaan berlangsung. Namun karena tidak ada yang abadi, kepercayaan itupun pasti bergeser dan berakhir. Kapan berakhirnya? Jangan tanya saya, karena saya bukan dukun.


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Hikmah Lainnya Lihat Semua

Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)
Titik Koordinat
Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)
Titik Nol
Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)
Titik Kumpul
Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)
Titik Temu

Artikel Lainnya Lihat Semua