Feature

“Siamo Tutti Fratelli”, Kita Semua Bersaudara

Thomas Alfa E.B (Pranata Humas Ahli Muda, Ditjen Bimas Katolik)

Thomas Alfa E.B (Pranata Humas Ahli Muda, Ditjen Bimas Katolik)

Maret dan April 2023 adalah bulan penuh rahmat. Umat Katolik dan Islam berada dalam satu frekuensi iman yang sama, ingin mendekatkan diri dengan Tuhan Sang Pencipta, pemberi kehidupan, melalui ibadah puasa. Umat Katolik mendekatkan diri dengan DIA yang transenden serentak imanen melalui puasa Prapaskah, sementara umat Islam menghayati kedalaman relasi bersama Allah SWT dalam puasa Ramadan. Kisah yang sama di bulan Maret, umat Hindu beristirahat dari aktivitas dan merenung diri untuk semakin dekat dengan Sang Hyang Widhi Wasa pada hari raya Nyepi.

Bagiku, waktu dan suasana suci ini tak boleh dibiarkan berlalu begitu saja. Meski Heraklitos, sang filsuf Yunani, meyakini bahwa segala sesuatu itu Panta Rhei Kai Uden Menei (semuanya mengalir dan tidak ada sesuatu pun yang tinggal tetap), namun saya meyakini bahwa yang mengalir itu meninggalkan jejak indah dan bermakna. Jejak indah dan bermakna itulah yang membawa energi perubahan bagi kehidupan. Socrates, filsuf Yunani, berkata, hanya melalui refleksi jejak indah dan bermakna memiliki nilai bagi kehidupan karena hidup yang tak direfleksikan tak layak dihidupi. Artinya, hidup memang selalu digugat melalui refleksi.

Indahnya Perbedaan

Siang itu, kira-kira pukul 12.00 WIB. Di sudut ruangan Lantai 12 Ditjen Bimas Katolik, aku melihat seorang sahabat dengan khusyuk berdoa Angelus (Doa Malaikat Tuhan), doa Katolik. Aku sapa dia dengan nama Dyna. Di samping Dyna duduklah Mas Herlan. Dari jarak kurang lebih dua meter, aku mengamati Herlan duduk tenang sambil bekerja sembari menjalankan ibadah puasanya dengan khusyuk. Beberapa menit kemudian, kulihat Herlan dengan diam dan teratur beranjak dari kursi kesayangannya dan melangkah pergi.

Aku coba menyapanya, “Mas Herlan, mau salatkah?” “Iya, Bang,” jawabnya padaku sambil menatap sayu, sepertinya dia sangat khusyuk beribadah puasa. Aku kagum kepada dua sahabatku, mereka tetap semangat dan saling menghargai. Mereka punya waktu dengan Tuhan di tengah rutinitas. Mereka saling menghargai, meski beda dalam rasa dan iman.

Aku coba memaknai Surat Al Kafirun ayat 6: “lakum dīnukum wa liya dīn, untukmu agamamu, dan untukku agamaku". Juga teks Alkitab dari Yohanes 13:34: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi.” Demikian dua ayat suci ini menginspirasi bahwa perbedaan menjadi indah karena cinta tanpa batas. Bob Marley penyanyi reggae asal Jamaika melukisnya dengan indah dalam syair lagunya yang berjudul One Love: “One love, one heart, let's get together and feel all right.” Semua akan baik-baik saja jika dilaksanakan atas dasar cinta kasih dari setiap manusia pencari Tuhan dalam rasa iman dan kemanusiaan. Henry Dunant telah menyebutnya dengan “Siamo Tutti Fratelli - Kita Semua Bersaudara”.

Aku mengamati hal-hal serupa di tahun sebelumnya. Di sebuah gedung besar di Jl. M.H. Thamrin, tepatnya di Lantai 13. Di situlah sebagian layanan Bimas Katolik untuk masyarakat Katolik dimulai. Lagi-lagi mataku tertuju pada sebuah meja yang teratur rapi. Ada dua orang duduk bersebelahan. Hatiku terenyuh melihat gambar Hati Kudus Tuhan Yesus dengan untaian doa tertulis rapi di dinding sekat. Mataku juga melihat tulisan bismillahirrahmanirrahim persis di sampingnya. Rupanya kedua sahabatku ini selalu memulai abdinya untuk bangsa dan negara dengan memohon berkat Tuhan dalam kata dan ucap doa yang berbeda. Yang satu melakukan tanda salib (Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus Amin) dan yang satunya lagi mengucapkan bismillahirrahmanirrahim. Mereka berbeda dalam ucap dan sikap, tapi berjumpa Tuhan yang satu dan sama dalam keheningan doa, Ya… Dominus Illuminatio Mea; Tuhan adalah cahayaku. Tuhan itu cahaya yang mampu menembus sekat dan batas.

Musisi reggae asal Pantai Gading Afrika Alpha Blondy, kembali menginspirasiku dengan lagunya berjudul God Is One dengan syair indah: “Some call him Allah, some call him Adonaï, some call him Jehovah JÉSUS, HIAVE, Buddha, Krishna. But He's one, yes He's ONE. Like a tree with many branches. Many in ONE…” Ya, Tuhan itu satu, Tuhan itu Maha Esa. Anda boleh menyapa DIA dengan apa kata hatimu, pikiranmu, dan perasaanmu. Namun DIA tetap satu dan sama hari ini dan selama-lamanya.

Tuhan yang satu itu juga yang telah menggerakkan hati dua sahabatku lainnya. Kupanggil mereka Ahmad dan Rojali. Mereka setia mempersiapkan kursi, meja tempat ibadah, dan sound system untuk kelancaran ekaristi dan ibadah Jalan Salib Katolik selama masa Puasa Prapaskah setiap Jumat di Lantai 13 Bimas Katolik. Bahkan Ahmad dan Rojali memastikan semua perlengkapan telah siap, baru mereka beranjak menuju masjid untuk salat.

Kepadaku Ahmad bertutur, “Saya melakukan semua ini dengan hati bahagia. Saya senang bisa buat sesuatu untuk kelancaran ibadah. Meski banyak simbol dan tata letak kursi saat ibadah, saya sering tak paham dan keliru, tapi saya belajar. Akhirnya saya bisa lakukan semuanya dengan baik.”

Belajar Harmoni dari Perayaan Tawur Agung

Kisah ini terus berlanjut. Ternyata Bulan Maret menyimpan sejumlah kisah yang layak direfleksikan. Waktu itu, Senin, 20 Maret 2023, dengan kaki ringan aku melangkah menuju Candi Prambanan yang seumur-umur baru terlihat dari dekat oleh mataku. Terima kasih saudaraku Bli Agung atas undangan Ditjen Bimas Hindu yang tergores indah, “Tawur Agung dalam balutan Moderasi Beragama. Saya pun hadir dengan bangga. Dengan bangga pula aku memasuki pelataran Candi Prambanan. Nampak semua umat berkumpul dengan pakian dan hiasan yang sakral. Sejenak rasa kagum itu muncul. Rasa kagum yang “membidani” lahirnya pengakuan, God is Great.

Tawur Agung yang bermakna untuk membayar atau mengembalikan sari-sari dari alam yang telah diambil oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya setiap hari, mengajarkan kepadaku betapa pentingnya menjaga keseimbangan alam. Alkitabku mengajarkan kepadaku segala sesuatu yang diciptakan Allah adalah baik adanya (bdk. Kej. 1:1-25). Dengan demikian tugas setiap makluk adalah menjaga keharmonisan alam itulah kira-kira inspirasiku ketika merenung Tawur Agung dalam imanku.

Ta’jil Wujud Cinta Tanpa Batas

​​​​​​​Kamis, 5 April 2023, di tengah umat Katolik bersiap diri menyongsong Tri Hari Suci, nampak pemandangan yang tak biasa. Ditjen Bimas Katolik berkesempatan turut andil dalam program Kementerian Agama Bagi-Bagi Takjil yang untuk pertama kalinya dilaksanakan di sekitar Kantor Kementerian Agama Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. ASN Bimas Katolik di bawah komando Sekretaris Ditjen Bimas Katolik, Albertus Triyatmojo membagi ta'jil buka puasa bagi saudara saudara muslim yang hendak buka puasa. Inilah wujud cinta yang lahir dalam terang moderasi beragama yang nyata. AKu teringat pesan Kitab Suciku dalam Matius, 22;39 Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Pemandangan ini begitu indah dilihat, mengalir seperti air tanpa ada yang mendikte. Toleransi lahir secara natural dari kedalaman hati penuh iman pada Tuhan yang satu. Salam, sapa, dan senyum berjalan apa adanya. Benarlah yang dikatakan Santo Yakobus dalam Kitab Suci ku bahwa, “iman tanpa perbuatan adalah mati.” Amor meus amplior quam verba est English: My love is more than words. Cintaku lebih dari sekedar kata-kata.

Dengan demikian, toleransi tanpa saling menghargai adalah sia-sia. Atas dasar cinta tanpa batas, kita semua boleh berikrar, “Siamo Tutti Fratelli - Kita Semua Bersaudara”.

Thomas Alfa E.B (Pranata Humas Ahli Muda, Ditjen Bimas Katolik)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Feature Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua