Feature

Kisah Maryam Damim, Tukang Gubah Masjid dan Gonjong Naik Haji

Maryam Damim Naaman (kiri) jemaah haji kloter 11 Embarkasi Padang.

Maryam Damim Naaman (kiri) jemaah haji kloter 11 Embarkasi Padang.

Padang (Kemenag)--Usianya tak muda lagi dan sudah sepuh, namun masih kokoh berdiri. Jemaah haji asal Payakumbuh, Sumatera Barat ini menyakini dengan izin Allah, ia dimudahkan untuk mengikuti ibadah wajib dan sunnah di tanah suci.

Maryam Damim Naaman, usianya pada musim Haji 1444H ini beranjak 89 tahun 2 bulan. Ia satu dari 140 jemaah lansia dalam kloter 11 Embarkasi Padang. Perempuan kelahiran 16 April 1934 ini tak seperti usianya. Ia berjalan dengan kuat, pendengaran dan matanya pun masih berfungsi dengan sangat baik.

Sekilas, tak ada yang percaya jika ia menjadi jemaah tertua diantara jemaah satu kloternya. Menurut pengakuannya, Maryam mendaftar haji sejak tahun 2011. Perjuangannya untuk bisa berhaji tak mudah, namun tekad yang memberikan jalan.

Ia menyisihkan sedikit demi sedikit rupiah dari hasil membuat gubah masjid, dan gonjong rumah gadang yang ditekuni bersama sang suami. Pekerjaan ini sudah turun temurun keluarganya, dimulai dari ayahnya, kemudian ia dan suami, bahkan sekarang salah seorang anaknya juga mengeluti pekerjaan yang sama.

“Dulu kalau orang yang membuat gonjong, orang tahunya Toko Kanso. Inilah pencarian kebanyakan orang Kumango, tapi sekarang tak banyak,” katanya mengisahkan.

“Usaha membuat gonjong ini dari orangtua laki-lakin saya, kemudian dilanjutkan bersama suami. Alhamdulillah, sampai saat ini kami masih dengan usaha yang sama,” sambung Maryam.

Di Minangkabau, pekerjaan ini tak banyak yang menggeluti. Tetapi hasil pekerjaan ini sangat dibutuhkan mengingat banyaknya bangunan rumah gadang dan masjid di Sumatera Barat. Butuh keahlian khusus untuk bisa menghasilkan kubah atau gonjong yang bagus.

Bicara soal ekonomi, usahanya ini tentu tidak menghasilkan rupiah yang berlimpah. Karena kebutuhannya tidak selalu ada, hanya saat orang akan membangun masjid, mengganti gubah atau membangun rumah gadang.

Namun usaha itulah yang bisa menghidupi mereka. Bahkan ia mampu menyekolahkan kelima anaknya, tidak hanya lulus SLTA bahkan ada yang sarjana. Anak yang pertamanya tamatan SPG di tahun 1983, kemudian diangkat menjadi guru SD di tahun 1984.

Anak keduanya tamat di SMA Bukit Sitabuah, anak ketiga tamatan Politani Payakumbuh dan anak ke empatnya buka usaha menjahit. Sekarang melanjutkan usaha membuat gonjong dan gubah anak keduanya ini.

“Saat anak semuanya sudah menikah. Tahun 2011 lalu saya mendaftar dan suami mengizinkan. Saya mengajak suami ikut mendaftar, beliau belum mau. Dengan berhemat dan berangsur-angsur menyisihkan sedikit uang akhirnya bisa melunasinya," tutur Maryam mengawali kisahnya jelang keberangkatan ke tanah suci pada Kamis (15/6) malam.

Maryam harus ikhlas tidak berangkat bersama suami tercinta. Tanpa memberikan alasan yang kuat, suami yang enggan ia sebutkan namanya itu mengaku belum siap menjadi tamu Allah. Maryam hanya bisa menerima keputusan suaminya.

Maryam mengaku keberangkatannya ke Tanah Suci sudah dua kali tertunda. Pertama, karena Pandemi Covid-19 yang melanda waktu itu, sekitar dua tahun tak ada pemberangkatan jemaah haji dari Indonesia.

Kemudian di tahun 2022 lalu, meskipun Covid-19 mulai mereda, kebijakan syarat usia jemaah haji dibawah 65 tahun, membuatnya tidak bisa berangkat haji. Akhirnya, tahun ini ia terpilih menjadi satu dari 4.613 orang jemaah haji Sumbar tahun 2023.

“Alhamdulillah pada tahun ini panggilan itu datang,” jelas perempuan asal Nagari Kumango, Kecamatan Sungai Tarab yang sudah lama merantau di Payakumbuh.

Tidak ada persiapan khusus yang dilakukannya, semuanya diserahkan kepada Allah. “Mudah-mudahan Allah menolong, dan melancarkan semuanya,” ungkap Maryam.

Berangkat haji ini sudah menjadi keinginan Maryam sejak cukup lama sejak usianya masih 15 tahun, rasa ingin untuk mengetahui bentuk Makkah dan hajar aswad itu mulai tertanam dalam hatinya.

Namun karena keadaan dan kondisi ekonomi orangtuanya saat itu, belum memungkinkan niatnya tersampaikan. "Alhamdulillah saat ini diberikan kemudahan, dan bisa ikut berangkat haji,” sebut Maryam yang kesehariannya juga ikut menjahit bersama anaknya.

Dalam perjalanan hidupnya,Tuhan berikan kemudahan, Maryam dipertemukan dengan Suske Khairati Syahruddin, sesama perantau dari Tanahdatar yang juga tinggal di Payakumbuh, ia berangkat bersama satu regu di Kloter 11 Embarkasi Padang.

Suske yang berangkat bersama suaminya inilah yang akan mendampinginya selama perjalanan di Tanah Suci, selain ada petugas haji yang siap melayani, khususnya jemaah lansia pada musim haji tahun ini.

“Saat manasik haji, ternyata kita sama-sama dari Tanahdatar,” sebut Suske yang suaminya sebagai ketua regu mengizinkannya untuk menemani Ibu Maryam.

Saat ini, Maryam sudah mewujudkan mimpinya melihat Kabah. Ia diterbangkan ke Jeddah, Kamis (15/6) malam dengan pesawat Garuda Indonesia untuk menunaikan ibadah di Tanah Suci. Semoga Allah mudahkan semuanya. (Rinarisna)


Editor: Dodo Murtado
Fotografer: Istimewa

Feature Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua