Katolik

Beriman Total pada Yesus yang Bangkit

Mimbar Katolik

Mimbar Katolik

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Pada hari Minggu Paskah V ini kita hendak merenungkan bagaimana Yesus mengumpamakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Yesus bersabda, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya” (Yoh. 15:5).

Melalui perumpamaan ini, Yesus menegaskan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar dan kita sebagai pengikut-Nya adalah ranting-ranting. Yesus adalah Sang Pokok, yang menjadi tempat ranting melekat. Ranting yang melekat baik akan diasupi dengan makanan dan air sehingga dapat bertumbuh, bertambah kokoh, dan berbuah dengan lebat. Maka, ketika kita melekat erat dengan Yesus, segala kebutuhan kita akan selalu diberikan.

Melekat erat berarti hidup di dalam Yesus Kristus dan Dia di dalam kita. Ranting tidak dapat berbuat apa-apa tanpa pokok karena tidak ada yang memberikan asupan makanan pada dirinya sehingga menjadi kering. Ranting yang tidak dapat bertumbuh dengan baik akan dipatahkan dan dibuang ke tempat pembakaran.

Cara Yesus menjelaskan memang luar biasa. Yesus memakai berbagai metode agar para pendengar-Nya dapat memahami dengan baik. Salah satunya adalah perumpamaan. Secara sederhana perumpamaan berarti gambaran. Sebagai sebuah gambaran, Yesus berharap bahwa para pendengar-Nya mampu mengerti kebenaran firman, maka pastilah yang dipilih adalah contoh yang dapat dikenali para pendengar saat itu. Kali ini Yesus mengajar dengan mengambil gambaran pohon anggur.

Dalam perumpamaan ini, Yesus menyamakan diri-Nya dengan pohon anggur. Pohon yang bertumbuh pastilah mengeluarkan ranting dari cabang-cabangnya, dan ranting itu adalah para pengikut Yesus. Ranting akan selalu diperhatikan oleh Sang Bapa, yang digambarkan seperti tukang kebun.

Ranting yang baik akan menghasilkan buah anggur yang baik. Sebaliknya, ranting yang tidak baik, yang tidak berbuah, akan dipotong dan dibakar. Ranting semacam ini tidak berguna dan hanya membebani pohon anggur. Agar mampu menjadi ranting yang baik, ranting harus menempel pada pokok anggur.

Yesus menjelaskan bahwa menempel pada pokok anggur bermakna tinggal di dalam Tuhan. Tinggal di dalam Tuhan berarti hidup bergaul dan menghidupi firman Tuhan. Pada saat menempel, ranting akan diperlengkapi sedemikian rupa oleh pokoknya hingga mampu berbuah lebat. Ranting yang mampu menghasilkan buah inilah yang layak disebut murid-murid Yesus.

Banyak orang mengaku diri sebagai pengikut Yesus, tetapi tidak melekat erat dengan Pokok Anggur yang benar. Mereka mengaku sebagai pengikut Yesus, tetapi tidak pernah datang kepada-Nya, berdoa dan bersekutu dengan-Nya. Mereka mengaku sebagai pengikut Yesus, tapi tidak tinggal dalam firman-Nya dan tidak mau mendengar suara-Nya.

Firman Tuhan mengatakan bahwa kita tidak dapat berbuat apa-apa di luar Dia. Kita tidak mampu melakukan apapun tanpa Dia. Bagaimana mungkin sebuah ranting dapat bertumbuh dan berbuah kalau ia tidak melekat dengan pokoknya? Jadilah ranting yang melekat erat dengan Pokok Anggur yang benar. Tinggallah di dalam Dia dan Dia akan tinggal di dalam kita sehingga kita dapat bertumbuh dan berbuah dengan lebat.

Sebagai ranting, umat Nasrani harus terus melekat dan bergantung erat kepada pohon anggur, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Sebab di luar pokok anggur, ranting akan kering dan mati, menunggu untuk dibakar dan dicampakkan.

Buah selalu memberi manfaat bagi manusia yang memakannya, bukan bagi rantingnya sendiri. Panggilan seorang Kristen sebagai ranting yang menghasilkan buah adalah untuk bermanfaat bagi orang lain. Marilah kita renungkan, apakah kehadiran kita telah menghasilkan manfaat yang baik atau tidak? Agar bermanfaat bagi orang lain, kita harus terlebih dahulu tinggal di dalam Tuhan. Pengalaman menunjukkan bahwa mengandalkan kekuatan kita sendiri hanya membuat kita memanfaatkan orang lain demi kepentingan diri kita. Jika demikian, layakkah kita disebut murid-murid Yesus?

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Sebagai orang Kristen kita harus menaati kehendak dan perintah Yesus Kristus agar bisa menghasilkan buah yang manis, besar, dan ranum sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan Yesus. Adapun buah tersebut dapat tercermin melalui perbuatan dan sikap hidup yang benar dalam keseharian.

Tuhan Yesus, Jadikanlah aku ranting-Mu yang selalu melekat kepada-Mu, sehingga aku dapat menghasilkan buah yang baik. Amin.

Mari kita tetap beriman meskipun tidak melihat. Tuhan memberkati dan melindungi kita, serta memberikan kita damai sejahtera.

Baron Ferryson Pandiangan (Pembimbing Masyarakat Katolik Kanwil Kemenag Provinsi Aceh)


Fotografer: Istimewa

Katolik Lainnya Lihat Semua

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua