Hindu

Hindu dan Upaya Memelihara Kerukunan Umat Beragama

I Nengah Kondra

I Nengah Kondra

Om Swastyastu. Umat sedharma di mana pun berada, semoga di pagi hari ini kita semua sehat, rahayu atas lindungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Semoga pikiran yang suci senantiasa datang dalam kehidupan kita. Mimbar Hindu kali ini mengangkat tema “Hindu dan Upaya Memelihara Kerukunan Umat Beragama.”

Kerukunan adalah jiwa atau roh dari persatuan dan kesatuan. Tidak ada persatuan dan kesatuan tanpa kerukunan.

Indonesia adalah negara yang besar, terdiri dari ribuan pulau, serta dihuni oleh bangsa dengan berbagai keragaman suku, agama, ras, budaya, kepercayaan, dan lainnya. Hidup dalam keberagaman atau perbedaan, biasanya rawan terjadi konflik atau perpecahan.

Oleh karena itu mari kita rawat pluralitas ini dengan baik. Jika pluralitas tidak dikelola dengan baik, maka bisa terjadi masalah besar. Misalnya, pertentangan antar budaya, kecemburuan sosial, sentimen kedaerahan, dan lainnya.

Untuk itu, maka menjadi tugas bersama untuk menyikapi perbedaan dengan menyadari bahwa diri kita adalah sahabat bagi sesama manusia.

Umat sedharma yang saya hormati. Keberagaman atau pluralitas adalah keniscayaan. Namun, persatuan dan kesatuan adalah usaha sadar dari seluruh masyarakat Indonesia. Keberagaman itu merupakan kekayaan dan keindahan bangsa Indonesia.

Dalam kaitannya dengan mewujudkan kerukunan umat beragama, Pemerintah telah mencanangkan konsep Tri Kerukunan Umat Beragama di Indonesia. Tri Kerukunan Umat beragama yaitu kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.

Dasar hukum yang menjamin kebebasan beragama di Indonesia terdapat dalam Konstitusi, yaitu pasal 28E ayat (1) UUD 1945; "setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali."

Undang Undang Dasar 1945 bab IX pasal 29 ayat (2) menyatakan bahwa, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

Oleh karena itu, sebagai warga negara yang baik kta wajib ikut serta menciptakan kerukunan inter dan antar umat beragama, serta antar umat beragama sebagai pengamalan dharma agama dan dharma negara.

Kerukunan dan keharmonisan hidup seluruh masyarakat akan senantiasa terpelihara dan terjamin selama nilai-nilai Empat Pilar Kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika) dipegang teguh secara konsekuen oleh setiap warga negara Indonesia.

Untuk memelihara keharmonisan hubungan antar umat beragama dibutuhkan kesadaran untuk menjaga kerukunan, karena kerukunan itu merupakan jiwa dari persatuan dan kesatuan. Tidak aka nada persatuan tanpa kerukunan.

Atharvaveda III.30.4 mengamanatkan: Yena devà na viyanti no ca vidvisa te mithah. tat krnmo brahma vo grhe samjñàna purunebhyah. (Wahai umat manusia! Bersatulah, dan rukunlah kamu seperti menyatunya para dewata. Aku telah menganugrahkan hal yang sama kepadamu, oleh karena itu ciptakanlah persatuan di antara kamu).

Umat sedharma di manapun berada,

Keberagaman adalah suatu keindahan, dan merupakan anugrah Tuhan yang patut kita syukuri, dan kita terima dengan hati yang tulus ikhlas. Menolak keanekaragaman berarti menghianati kemahakuasaan Tuhan sebagai yang menciptakan semua yang ada di jagat raya ini.

Dalam Isa Upanishad: 1, dijelaskan "Isa vasyan idam sarvam yat kinca jagatyam jagat" (segala yang ada di dunia, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, semua itu dikendalikan oleh "Isa")

Umat Hindu sangat menghargai perbedaan. Tentang pluralisme atau atau paham keberagaman bagi umat Hindu sudah merupakan suatu hal hang biasa. Dalam sejarah peradaban Hindu, kita mengenal banyak sekte yang hidup rukun berdampingan dengan harmonis, saling menghargai dan saling menghormati.

Hal ini didasari sloka Svetasvatara Upanisad, VI.11, berikut : “Eko devas sarva bhutesu gudhas, sarva vyapi sarva bhuta-ntaratma, karmadhyaksas sarva bhutadivasas, saksi ceta kevalo nirgunas ca." (Terdapat satu sinar suci Tuhan Yang Maha Esa yang tersembunyi menggib pada setiap mahluk, ada di mana-mana, Atman (jiwa) dari semua mahluk, memerintah semua tindakan, berada dalam setiap ciptaan dan menjadi saksi abadi tanpa memiliki sifat apapun).

Sloka ini menjelaskan bahwa pada hakekatnya kemanusiaan kita sama. Bahkan, seluruh mahluk adalah bersaudara (wasudewa kutumbhakam). Terdapat banyak lagi sloka suci Weda yang dapat dijadikan pedoman dalam menciptakan kerukunan dalam mencapai persatuan dan kesatuan, diantaranya :

• Tatwam Asi: tat – itu; tvam – kamu; asi – adalah. Tattwam asi artinya “itu adalah kamu.” Yang dimaksud dengan kata “itu” adalah semua entitas ciptaan Tuhan.
• Sarvam khalv idam Brahman : artinya semua yang ada ini adalah perwujudan Tuhan, karena semuanya itu adalah ciptaan-Nya / ciptaan Tuhan.
• Vasudeva Kutumbhakam : semua mahluk bersaudara
• Tri Hita Karana : tiga hal yang menyebabkan kebahagiaan. (Parahyangan: sradha bhakti kepada Tuhan. Pawongan: interaksi, toleransi, saling menghormati dan saling menghargai antar sesame manusia. Palemahan : menjaga dan melestarikan alam sekitar, menciptakan keseimbangan yang harmoni)

Umat se dharma yang saya hormati,

Mewujudkan kerukunan antar umat beragama merupakan komitmen dari Ditjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945, "melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial"

Demikian beberapa hal tentang upaya-upaya dalam memelihara kerukunan umat beragama sesuai ajaran Hindu. Semoga dapat diimplementasikan dengan sungguh-sungguh guna tercapainya persatuan dan kesatuan, harmoni dalam keseimbangan menuju masyarakat yang sejahtera rukun dan damai.

Saya akhiri dengan maha wakya dari Yajurveda, XXXVI.18, sebagai berikut :

“Mitrasya ma caksusa sarvani bhutani samiksantam, mitrasyaham caksusa sarvani bhutani samikse, mitrasya caksusa samiksya mahe".
(Semoga semua mahluk memandang kami dengan pandangan mata seorang sahabat. Semoga kami memandang semua mahluk sebagai sahabat).
Semoga kami saling memandang dengan penuh persahabatan.

Om Santih Santih Santih Om.

Drs. I Nengah Kondra, M.M.Pd (Rohaniwan Hindu)


Hindu Lainnya Lihat Semua

I Gusti Agung Istri Purwati, S.Sos, M.Fil.H (Penyuluh Agama Hindu Kankemenag Badung, Bali)
Mengatasi Stres

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua

Khutbah Jumat
Keagungan Ramadan