Hindu

Implementasi Makna Hari Raya Nyepi Dalam Kehidupan Sehari Hari

Drs. I Nyoman Warta, M.Hum (Ketua PHDI DIY)

Drs. I Nyoman Warta, M.Hum (Ketua PHDI DIY)

Om Swastyastu. Om Ano Bhadrah Kratawo Yantu Wiswatah. Mimbar Hindu pekan ini akan membahas tentang implementasi nilai-nilai Hari Raya Suci Nyepi dalam kehidupan sehari hari, guna menuju kehidupan yang harmoni, satyamsivamsundharam.

Diawali dengan matur piuning di Pura Banguntapan sebagai sentral pusat kegiatan. Matur Piuning dan nunas Tirta ke Merapi, Pura Beji Tirta Kamandalu, di Tugu dan di Candi Prambanan sebagai alangkah awal pelaksanaan Nyepi dengan harapan supaya semau dapat berjalan dengan baik, sidha karya dan sidhasempurna menuju harmonisasi terhadap berbagai kehidupan. Termasuk upacara Melasti atau, labuhan di Pantai Parangtritis dengan tujuan membersihkan berbagai kepapan lahir dan bhatin dan mengambil air kehidupan/ Angamet Tirtha Kaman dalu ring telengin segara, guna menyucikan diri secara lahir dan bhatin.

Sehari sebelum memasuki acara puncak, umat Hindu wajib melaksanakan Upacara Tawur Agung Kesanga. Pelaksanaannya dimulai dari rumah tangga masing-masing. Setiap rumah tangga wajib membuat upacara tawur, di setiap Pura. Di tingkat Kecamatan, Kabupaten, dan Tingkat Provinsi Yogyakarta, upacara dipusatkan di Pelataran Candi Prambanan sebagai realisasi dari ajaran (Tri Hita Karana), tiga penyebab harmoni.

Umat Hindu di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan sekitarnya melaksanakan Upacara Tawur Agung Kesanga di Candi Prambanan. Menyadari sebagai ciptaan Tuhan, manusia sebenarnya mempunyai utang yang tidak bisa dibayar selama kehidupan ini, baik hutang kepada sesama manusia, kepada alam semseta (Bhuana Agung), dan kepada Tuhan. Ketiga utang ini hanya dapat dibayar lewat pelaksanaan ajaran agama, dan keagamaan yang tertuang dalam kitab Suci Weda.

Kepada Tuhan, kita punya utang kehidupan. Kepada manusia, kita dilahirkan oleh seorang ibu. Dan utang kepada alam semesta berupa, oksigen sandang, papan dan pangan serta berbagai kebutuhan kehidupan yang disediakan alam semesta. Apa yang kita ambil, yang kita miliki, sesungguhnya milik Tuhan. Maka, wajib sebagai umat untuk melaksanakan upacara Tawur yang pada prinsipnya mengharmoniskan alam dan kehidupan sesuai dengan dharmanya.

Alam semesta, setiap detik diekploitasi untuk kepentingan manusia. Maka, prilaku seperti ini terjadi terus-menerus sehingga alam mengalami kerusakan seperti sekarang. Hal itu akan berdampak pada manusia karena merupakan hukum sebab akibat.

Makna Tawur Agung Kesanga memelihara keselarasan dan keharmonisan peredaran alam, supaya beredar sesuai dengan dharmanya. Umat Hindu mempunyai kewajiban untuk memelihara dan merawat alam seperti memelihara/merawat tubuh kita. Maka alam ini akan memberikan berbagai kenikmatan, memberikan berbagai kebahagiaan dan sebagainya kepada seluruh kehidupan. Hindu selalu adaptasi dan antisipatif terhadap berbagai perubahan, lebih-lebih perubahan alam semesta yang sangat berdampak dalam kehidupan. Setiap perubahan membawa dampak psikologis dalam kehidupan, terkait dengan hal tersebut hendaknya kita selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Mari kita saling menyadari terutama dalam berbagai perbedaan menuju perdamian. Setelah pelaksaan Tawur agung kesanga berjalan dengan baik dan sempurna maka bisa memasuki ritual Catur Brata Penyepian yang penuh dengan nilai keidupan.

Melalui ritual dan pelaksanaan Catur Brata Nyepi, kita menyongsong Tahun Baru Saka dengan penuh kesucian, sepi dan sunya. Dalam keadaan suci, sepi, dan sunya, umat Hindu melaksanakan introspeksi diri/subhaasubha karma. Selanjutnya, umat Hindu melaksanakan hidup yang berkualitas, yakni: Satyam Siwam Sundharam, kejujuran, kesucian, keharmonisan.

Di samping itu, nyepi pada hakikatnya melaksanakan Mulat Sarira Anyekung Jnana Sudha Nirmala. Pengekangan nafsu guna mencapai tingkat spiritual. Nafsu dan pikiran tidak terkendali dapat menghambat berbagai aktivitas kehidupan, lebih-lebih aktivitas moral dan etik.

Catur Brata Nyepi hendaknya diimplementasikan dalam kehidupan nyata, sesuai dengan Tri Kaya Parisudha, pikiran yang bersih dan suci, perkataan yang baik, dan jujur mengutamakan kebenaran dan perbuatan baik dapat dipertanggungjawabkan secara agama. Nyepi merupakan kesadaran batin dalam memasuki Tahun Baru Saka yang lebih baik dan harmonis. Nyepi menghentikan tindakan dan perbuatan keduniawian secara total setiap tahun, guna mengevaluasi bhatin (subhaasubha karma).

Nyepi/sipeng secara teologis menyadarkan manusia supaya eling lan waspodo, mempunyai tanggung jawab besar terhadap kehidupan di alam semesta ini, yang harus kita harmoniskan melalui Tawur Kesanga Nyepi dan Catur Brata Nyepi. Amati Gni, tidak menyalakan api dan sejenisnya. Kita mematikan api secara duniawi, tidak memasak, justru melakukan upawasa, memadamkan api amarah, permusuhan, mengendalikanhawa nafsu, tidak sombong. Secara filosofis kita diajarakan menumbuhkan toleransi, hidup rukun, saling menghormati berbagai perbedaan yang ada sebagai ciri bangsa yang hitrogen.

Amati Gni mengandung makna tapa saliro, rasa kekeluargaan dan persaudaraan yang tulus. Di sinilah umat Hindu Mulat Sarira melakukan Tapa, Brata, Yoga dan Semadi, mati sejeroning hurip dan hurip ring sejoroning pati. Sehingga, dia dapat memasuki Tahun Baru Saka dengan selamat dan sukses bersih lahir dan batin.

Amati Karya, adalah tidak bekerja atau menghentikan pekerjaan secara fisik. Pada saat Nyepi, kita mengintrospeksi diri, dengan mengevaluasi kinerja yang kita lakukan dalam kehidupan, apakah sudah sesuai dengan dharma ataun belum. Jika belum perlu ada perbaikan, jika sudah baik terus kita tingkatkan guna mencapai kebahagaian.

Amati Lelungan, tidak berpergian keluar rumah secara hakikat adalah melakukan pemujaan, mengidungkan nama Tuhan dengan melakukan Japa Mantra dan meditasi. “Anyekung Jnana Sudha Nirmala” melakukan pengendalian diri dengan mengontrol berbagai pikiran, perkataan, dan perbuatan, dengan harapan dapat hidup yang baik berdasarkan dharmaning kehidupan. Segala yang kita lakukan hendaknya dapat dipertanggungjawabkan kepada Sang Pencipta, bukan kepada diri kita sendiri.
Amati Lelanguan adalah tidak mendengarkan dan menikmati hiburan, melainkan menjauhkan diri dari dunia ramai. Kita mencari sunyi, mencari sepi. Sebab, di dalam sepi, kita mendapatkan kebahagian batin. Pelaksanaan Nyepi mendapatkan berbagai kenikmatan rohani yang tersembunyi dalam diri. Inilah makna dari Amati Lelungan yang harus kita cari dalam kehidupan dengan tindakan laku dan kesadaran batin. Tujuan utama dari Catur Brta Nyepi guna menguasai diri, menuju kesucian hidup dan melaksanakan dharma sebaik-baiknya menuju keseimbangan dharma, artha, kama, dan moksah.

Secara filosofis, Catur Brata Nyepi mengandung arti dan makna yang relevan dengan tuntunan untuk melestariakan alam sebagai tujuan utama dari pada Upacara Tawur Kesanga, tentunya merupakan tuntunan hidup, masa kini dan masa yang akan datang. Upacara Tawur Kesanga mempunyai arti dan makna mengembalikan atau membayar. Karena manusia hidupnya selalu mengambil sumber-sumber alam.

Perbuatan mengambil, mengendap dalam jiwa manusia dalam bentuk karma wasana. Upacara Tawur Agung Kesanga Nyepi bermakna memotivasi keseimbangan jiwa. Nyepi juga bermakna sebagai tolak ukur nilai kesadaran dan toleransi sebagai kebutuhan dalam kehidupan bersama.

Kesucian, kebersihan, keharmonisan dan keserasian hidup serta kelestarian, ketiga unsur Tri Hita Karana ini merupakan prasarat untuk meningkatkan kualitas hidup, bersama-sama introsfeksi diri sendiri dan mendengarkan bisikan hati nurani, diri pribadi yang jujur dan murni, bersih dari berbagai sifat negatif, seperti permusuhan, dengki, keserakahan, sombong, dan sebagainya. Dengan demikian, Hari Raya Nyepi benar-benar kita rasakan sebagai detik-detik penting dan saat terbaik untuk merenungkan kembali hakikat sebagai manusia.

Inilah yang menjadi tujuan umat Hindu merayakan Nyepi. Umat Hindu diharapkan dapat menemukan makna hidup yang sebenarnya dan menemukan keseimbangan jiwa. Om Santi- Santi-Santi Om.

Drs. I Nyoman Warta, M.Hum (Ketua PHDI DIY)


Fotografer: Istimewa

Hindu Lainnya Lihat Semua

I Gusti Agung Istri Purwati, S.Sos, M.Fil.H (Penyuluh Agama Hindu Kankemenag Badung, Bali)
Mengatasi Stres

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua