Pojok Gusmen

UIN KH Abdurrahman Wahid dan Humanisme Gus Dur

Gedung Kampus UIN KH Abdurrahman Wahid, Pekalongan

Gedung Kampus UIN KH Abdurrahman Wahid, Pekalongan

Saya pada Selasa, 27 September 2022, melaunching Universitas Islam Negeri (UIN) KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Pekalongan, Jawa Tengah.

Launching ditandai dengan menekan tombol sirine bersama perwakilan keluarga Gus Dur, Inayah Wulandari Wahid, Anggota Komisi VIII DPR RI Nurhuda, Dirjen Pendis Ali Ramdhani, Rektor UIN Pekalongan Zaenal Mustakim, serta Kepala Kanwil Jawa Tengah Mustain.

Di hadapan seluruh civitas akademika UIN KH. Abdurrahman Wahid, saya minta mereka untuk bersungguh-sungguh menerapkan nilai yang diajarkan Gus Dur.

Gus Dur adalah humanisme itu sendiri. Didiklah mahasiswa yang ada di sini sebagai seorang humanis. Gus Dur mengajarkan nilai kasih sayang dan memanusiakan manusia. Ajarkan para mahasiswa akan kasih sayang. Agar mereka mampu memanusiakan manusia lain dengan kasih sayang.

Saya minta ini menjadi catatan penting. Mahasiswa jika nanti keluar dari kampus ini, bisa menjadi manusia seutuhnya.

Dalam kesempatan ini, saya mengenang cerita Gus Dur saat dilengserkan dari kursi presiden. Kala itu, ada kubu yang mendukung Gus Dur dilengserkan, ada yang meminta Gus Dur tetap melanjutkan tugas sebagai kepala negara. Akibatnya, muncul potensi rusuh antarkedua kubu. Gus Dur lalu memilih untuk meninggalkan istana, karena Gus Dur sayang kepada kemanusiaan.

Bagi Gus Dur, tidak ada satu jabatan pun yang lebih berharga dari pada kemanusiaan. Ini adalah laku Gus Dur. Saya ingin nilai-nilai ini menjadi inspirasi untuk kita semua, terutama untuk UIN KH. Abdurrahman Wahid.

Putri Gus Dur Inayah Wulandari Wahid juga telah menyampaikan harapannya agar UIN yang menyandang nama ayahnya dapat menjadi tempat lahir para penggerak civil society. Menjadi penggerak civil society adalah nilai yang dicontohkan ayahnya.

"Gus Dur adalah seorang penggerak civil society. Jadi penggerak tidak mudah. Itulah yang ditunjukkan dan dimunculkan oleh Gus Dur, penggerak demokrasi," demikian pesan Inayah Wahid.

"Ibu Bapak di sini sebagai civitas akademika adalah garda paling depan demokrasi di Indonesia. Maka dari itulah pentingnya ada UIN KH. Abdurrahman Wahid ini berdiri," kata Inayah lagi.

Benar kata Inayah, tidak ada demokrasi yang dapat berjalan, jika tidak ada inklusifitas atau keterbukaan terhadap yang lain. Maka wajar jika Inayah sangat berharap inklusifitas itu terwujud di UIN Gus Dur ini.


Editor: Moh Khoeron

Pojok Gusmen Lainnya Lihat Semua

Lainnya Lihat Semua