Nasional

UBAH BATAM DARI CITRA WISATA MAKSIAT

Batam, 15/7 (Pinmas) - Masyarakat diminta berperan mengubah citra Batam sebagai tempat wisata maksiat karena imej (citra) yang terlanjur populer di tengah-tengah masyarakat itu tidak sesuai dengan budaya Melayu yang menjunjung tinggi norma agama. "Imej Batam bahwa dunia pariwisata lekat dengan tempat dan kegiatan maksiat harus diubah, karena masih banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan dan dipromosikan di dalam maupun luar negeri," kata Asisten II Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Risman Bakri, di Belakang Padang, Batam, Sabtu. Ia mengatakan, tidak mudah mengubah imej buruk bagi dunia kepariwisataan Batam, namun dapat berhasil bila dilakukan dengan mengangkat kembali budaya-budaya ketimuran khususnya Melayu di tengah-tengah kehidupan masyarakat serta norma-norma agama. "Dengan memperkenalkan secara dekat beragam budaya yang dimiliki dengan sendirinya akan menghilangkan imej negatif tersebut. Banyak jalan memperkenalkan keragamam budaya dan kekayaan alam untuk dapat dipromisikan ke lokal maupun macanegara," ujarnya. Dikatakannya, semestinya Provinsi Kepri, khususnya Batam dapat mencontoh negara tetangga Malaysia dalam mempromosikan beragam budaya dan potensi alam ke mancanegara, padahal potensi Provinsi Kepri tidak kalah dan layak diperkenalkan ke dunia luar. "Selain memiliki kekayaan alam, kita juga memiliki budaya tidak jauh berbeda dengan Malaysia, namun selalu menjadi kendala di bidang promosi, dan tidak ada istilah tak mungkin kalau benar-benar dilakukan secara optimal," katanya. Ketua Umum Kerukunan Keluarga Besar Melayu Batam (KKBMB), Maaz Ismail mengatakan, kurang optimalnya promosi budaya ke dalam maupun ke luar negeri menyebabkan Batam hanya dikenal sebagai tempat kunjungan wisata pemuas `nafsu`. Pengertian nafsu bisa dikatakan nafsu belanja maupun nafsu birahi. "Kalau tujuan datang ke Batam hanya mengutamakan nafsu belanja sangat didukung, namun bila sebaliknya harus diubah dan itu sama sekali akan mempermalukan orang-orang Batam yang menjunjung budaya dan agama," katanya. Diakuinya, tidak mudah mengubah imej yang telanjur dikenal masyarakat, cara yang paling tepat memberikan pendidikan moral dan budaya sejak dini. Pendidikan moral dan budaya dapat dilakukan di bangku sekolah, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi."Itulah gunanya budaya dan agama sebagai kontrol kehidupan bermasyarakat," ujarnya.(Ant/Myd)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua