Katolik

Tidak Tahu Berterima Kasih

Mimbar Katolik

Mimbar Katolik

Kasih Yesus kepada kesepuluh orang kusta membebaskan mereka dari beban yang sangat berat selamanya. Namun, hanya satu orang yang bersyukur kepada-Nya, sedangkan yang lain melupakan Dia. Kesembilan orang itu seolah hanya memanfaatkan Yesus, lalu melupakan Dia setelah kebutuhan mereka terpenuhi.

Yesus mencela sembilan orang yang tidak datang kembali untuk mengucap syukur karena sudah disembuhkan. Hanya satu orang datang kembali kepada-Nya setelah disembuhkan dari sakit kusta.

Yesus berbuat baik dengan menyembuhkan begitu banyak orang sakit. Ia tidak pernah menuntut orang mengucap syukur. Tetapi hati Yesus yang tersentuh karena ucapan syukur, tanda terima kasih atas kebaikan yang telah diterima, terbukti dalam peristiwa penyembuhan sepuluh orang kusta ini. Dari sepuluh orang yang disembuhkan secara sempurna, hanya orang Samaria yang kembali untuk memuliakan Tuhan.

Hati yang baik, polos, jujur, punya perasaan lembut dan halus memiliki kepekaan terhadap kebaikan orang lain. Ia mengakui dan menghargai kebaikan orang lain serta tidak ragu atau malu bahkan senang menyatakan itu dengan ucapan syukur, pujian, dan terima kasih.

Hal ini juga sering terjadi pada kita pada waktu kita menerima sesuatu yang luar biasa: pada saat kita disembuhkan dari sakit atau beban kita diangkat atau pada saat kita diberkati berlimpah-limpah, usaha berkembang, mendapatkan promosi dalam pekerjaan, dalam jabatan dan lain sebagainya.

Ketika beban hidup terangkat dan hidup diberkati berlimpah-limpah, apakah kita menempatkan Yesus sebagai yang terutama? Apakah kita sebagai pengikut Yesus hanya memanfaatkan Yesus untuk mencapai tujuan tertentu? Apakah kita datang kembali mengucap syukur kepada Tuhan? Apakah kita masih tetap mencari Tuhan? Atau kita menjadi orang yang tidak tahu berterima kasih dan tidak tahu membalas budi? Bukankah hal itu menandakan tak adanya ucapan syukur atas kasih, kebaikan, dan pertolongan-Nya?

Dalam menjalani hidup ini, tentulah kita akan memerlukan pertolongan dan penyertaan Tuhan. Sekiranya jika saat ini kita sedang sakit atau mengalami masalah, kita mungkin telah berseru kepada Tuhan agar Tuhan berkenan untuk menolong kita. Setelah semuanya itu berlalu dan campur tangan-Nya kita alami, pastikan kita tidak lupa untuk berterima kasih kepada-Nya, bahkan sedapat mungkin, muliakanlah nama-Nya.

Janganlah mengandalkan Tuhan saat kita dalam situasi buruk saja. Mari kita datang dan bersyukur senantiasa kepada-Nya dalam segala kondisi, seperti satu orang di antara mereka yang datang kembali menemui Yesus untuk berterima kasih. Marilah kita menjadi orang-orang yang senantiasa bersyukur dan taat kepada Tuhan karena berkat dan kebaikan-Nya tidak terhitung.

Bagaimanapun kondisi kehidupan kita, Tuhan tetap menyertai dan memelihara kita. Sudahkah kita memuliakan Allah? Sudahkah kita bersyukur kepada-Nya? Bersyukur tidak hanya dengan perkataan saja, tetapi dengan melakukan kehendak-Nya, dengan bersaksi agar nama-Nya dipermuliakan di muka bumi.

Bukti kita datang kembali kepada Tuhan dan mengucap syukur adalah dengan mencari Tuhan lebih dari sebelumnya. Lebih sering dalam beribadah atau bersekutu dengan Tuhan, kemudian menambah jam-jam doa dan senantiasa membaca firman Tuhan serta melakukan firman Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Tetapi kalau semua itu tidak kita lakukan artinya kita tidak tahu berterima kasih. Berterima kasih atau bersyukur, memuji, dan menyembah Allah memang seharusnya menjadi respon kita orang-orang yang telah menerima kasih karunia Allah setiap hari.

Lodovikus Lena (Kabid Urusan Agama Katolik Kanwil Kemenag Provinsi NTT)


Fotografer: Istimewa

Katolik Lainnya Lihat Semua

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua

Khutbah Jumat
Keagungan Ramadan
Ilustrasi
Kasih Sayang Ibu