Internasional

Sekjen Ajak Alumni Al-Azhar Kairo Suarakan Moderasi Beragama

Simposium Intelektual Fikih Peradaban Merawat Moderasi Beragama di Kairo, Mesir

Simposium Intelektual Fikih Peradaban Merawat Moderasi Beragama di Kairo, Mesir

Kairo (Kemenag) --- Sekjen Kemenag Nizar mengajak alumni Universitas Al-Azhar Kairo yang berasal dari Indonesia untuk lebih lantang dalam menyuarakan moderasi beragama. Ajakan ini disampaikan oleh Nizar saat menyampaikan Keynote Speech pada Simposium Intelektual Fikih Peradaban Merawat Moderasi Beragama di Markaz Syaikh Zayed Kompleks Kampus Al Azhar, Kairo, Mesir, Rabu (30/11/2022).

Acara ini diselenggarakan oleh Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagmaaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama bekerja sama dengan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir. Pidato kunci yang disampaikan Nizar mengangkat tema ‘Kebijakan dan Peta Jalan Penguatan Moderasi Beragama’.

Menurut Nizar, mahasiswa dan alumni Al-Azhar jumlahnya paling banyak dibanding kampus lain di Timur-Tengah. Sementara Al-Azhar dikenal sebagai kampus yang moderat. Hal ini memberikan optimis bagi masa depan keberagamaan Indonesia yang moderat. Apalagi, kata Nizar, tadayyun al-wasathy (moderasi beragama) telah dicontohkan olah para pendiri bangsa, antara lain: KH Wahid Hasyim.

Meski demikian, Nizar mengingatkan para mahasiswa dan alumni Al-Azhar bahwa saat ini ada tantangan ekstremisme yang disuarakan secara lantang oleh sebagian kecil umat beragama. Pada saat yang bersamaan, masyarakat moderat yang mayoritas justru cenderung diam.

“Sehingga ini, menjadi tugas kita bersama secara mayoritas dan para alumni Al Azhar untuk juga keras dalam konteks melakukan konter narasi dan menyuarakan keberagamaan yang moderat,” terang Nizar.

Di hadapan para mahasiswa dan alumni Al-Azhar, Nizar menjelaskan beberapa tantangan keberagamaan masa kini dan mendatang. Pertama, berkembangnya cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang berlebihan (ekstrem) yang mengesampingkan martabat kemanusiaan. Kedua, berkembangnya klaim kebenaran subyektif dan pemaksaan kehendak atas tafsir agama serta pengaruh kepentingan ekonomi dan politik yang berpotensi memicu konflik. Ketiga, berkembangnya semangat beragama yang tidak selaras dengan kecintaan berbangsa dalam bingkai NKRI.

Untuk itu, Nizar menekankan pentingnya penguatan moderasi beragama dengan empat indikator, yaitu: komitemen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan penerimaan terhadap tradisi/budaya lokal.

Di tempat yang sama, Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Suyitno, menyampaikan paparan tentang ‘Strategi dan Implementasi Moderasi Beragama’. Menurutnya, program moderasi beragama hadir berbasis realitas yang terjadi di sekitar masyarakat seiring munculnya gejala intoleransi. Hal itu diperkuat dengan data dan fakta.

“Sebuah penelitian menyatakan beberapa kampus besar di Indonesia disinyalir terpapar ekstremisme,” terang Suyitno.

Suyitno yakin kampus Al Azhar tidak seperti itu. Sebab, kampus Al Azhar selama ini dikenal sebagai kampus pelopor Islam Moderat. “Saya meyakini para mahasiswa sekalian yang hadir di sini merupakan calon pemimpin di masa depan dengan pemikiran-pemikian moderat,” sebutnya.

Meski demikian, Suyitno mengingatkan tantangan situasi generasi Z atau generasi internet, yang bercirikan instant, respon cepat, dan kemampuan dalam satu waktu melakukan lebih dari dua pekerjaan. Dia melihat proses penananaman cinta tanah air kepada mereka tidak seperti generasi-generasi sebelumnya.

Suyitno menambahkan, program pengarusutamaan moderasi beragama telah berlangsung lebih dari setahun. Untuk itu, sudah saatnya bergeser dari moderasi beragama dalam tataran wacana (discourse) ke moderasi beragama dalam aksi (action). Sebab, pengarusutamaan intoleransi dan wacana intoleransi makin kencang dilakukan melalui media sosial.

“Untuk itu kita harus melakukan aksi pengarusutamaan moderasi beragama dengan menggunakan medsos yang sampai hari ini dirasa masih tertinggal. Berdasarkan survey, media sosial yang paling digunakan secara efektif saat ini yaitu Tiktok,” tegas Suyitno.

“Saatnya kita mengisi media sosial seperti itu dengan narasi isu-usu pengarusutamaan moderasi beragama dengan bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami semua kalangan, terutama generasi Z,” sambungnya.

Hadir dalam kesempatan ini, Wakil Duta Besar RI, Muhammad Aji Surya, Staf Ahli Menteri Agama, Abu Rokhmad, Sekretaris Badan Litbang dan Diklat, Muharam Marzuki, dan Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Arfi Hatim.


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Internasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua