Buddha

Sebab Kebahagiaan

Buddha Wacana

Buddha Wacana

Sukho Buddhanam uppado. Sukha sadhammadesana. Sukha sanghassa samaggi, samagganam tapo sukho. Kemunculan para Buddha adalah sebab kebahagiaan, pembabaran dhamma adalah sebab kebahagiaan, persaudaraan Sangha adalah sebab kebahagiaan, begitupun mereka yang melaksanakan ajaran Buddha dalam keselarasan. (Dhammapada, Syair: 194)

Kebahagiaan adalah dambaan dan tujuan hidup setiap orang. Mereka melakukan apapun demi tujuan yang sama yaitu kebahagiaan. Namun demikian diantara kita masih banyak yang tidak mendapatkannya, walaupun mereka telah berusaha keras untuk itu. Kebanyakan orang mencari kebahagiaan justru dari sesuatu di luar dirinya, padahal kebahagiaan sesungguhnya ada di dalam diri atau batin mereka masing-masing. Harta benda, kekayaan, kebanggaan atas kekuasaaan sesungguhnya hanyalah alat saja untuk mencapai kebahagiaan itu.

Banyak orang kaya berharta atau memiliki kebanggaan dan kekuasaan namun dirinya tidak bahagia, bahkan terjerumus ke dalam perbuatan jahat dan tercela yang pada akhirnya merugikan orang lain dan kemudian berdampak merugikan diri sendiri pula. Pangkat, jabatan, harta benda dan kebanggaan yang dimilkinya tersebut ternyata hanyalah obyek keserakahan semata sehingga tidak membuat mereka bahagia. Sebaliknya, banyak orang yang hidup sederhana, bahkan serba pas-pasan namun dirinya merasa tentram dan damai dengan apa yang dimilikinya, dirinya merasa cukup, hidup sehat dan tenang tanpa rasa khawatir kehilangan apapun. Dengan demikian kita dapat mengambil simpulan bahwa sesungguhnya kebahagiaan itu bukan semata-mata didapatkan dari apa yang ada di luar diri kita.

Bagi umat Buddha, terdapat dua pilihan jalan di mana seseorang dapat memilih sebagai upaya dalam mencapai kebahagiaan. Pilihan yang pertama adalah hidup sebagai umat biasa, bekerja, dan berumah tangga. Memiliki anak, istri, dan harta benda. Kehidupan seperti ini adalah pilihan yang umum atau lebih banyak dipilih oleh umat Buddha. Orang-oang yang memilih pilihan ini disebut sebagai gharavasa atau perumah tangga.

Pilihan yang kedua adalah hidup sebagai sramana (pertapa) atau bhikkhu. Mereka tidak bekerja sebagaimana umat biasa untuk mendapatkan salary, hidup selibat, dan tanpa tempat tinggal tetap. Mereka biasanya tinggal di vihara atau asrama dan hidup dari dukungan para perumah tangga. Umat Buddha yang memilih pilihan ini sangat sedikit dibanding mereka yang memilih sebagai perumah tangga. Mereka yang memilih pilihan kedua ini disebut sebagai Pabbajita dan komunitas mereka disebut Sangha. Tugas pabbajita atau Sangha adalah melatih diri, memelihara, dan mengajarkan dharma (ajaran Buddha) kepada umat awam (gharavasa).

Sebagai umat Buddha (gharavasa), kita memiliki kewajiban utama, yaitu mendukung dan menyokong kehidupan para bhikkhu (Pabbajita). Bentuk dukungan tersebut adalah memberikan rasa aman dan nyaman serta persembahan kebutuhan pokok seperti jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan. Kita dapat melakukan hal itu setiap hari atau pada waktu yang khusus. Waktu khusus tersebut adalah bulan Kathina di mana para bhikkhu telah menyelesaikan masa vassa, yaitu masa di mana para bhikkhu berdiam di satu tempat yang telah ditentukan dan tidak diperkenankan pergi jauh/lama selama musim hujan, yang dalam penanggalan masehi antara bulan Oktober-November.

Pada saat itu, dukungan kepada para bhikkhu dipercaya dapat menghasilkan pahala yang berlimpah-limpah, diumpamakan kita menanam padi di ladang yang sangat subur pada saat musim tanam. Para bhikkhu yang telah melalui tahapan-tahapan pelatihan akan mengajarkan dharma kepada umat Buddha sebagai bentuk kewajiban dan tanggungjawab mereka. Melalui pembelajaran itulah umat dapat memahami serta mengamalkan ajaran yang benar mengenai hakikat kehidupan ini sehingga mereka dapat merasakan kebahagiaan di dalam kehidupannya.

Hubungan yang sangat baik antar dua komunitas ini merupakan hubungan mutualisma paling harmonis. Keduanya saling mendukung untuk satu tujuan yang sama yaitu kehidupan yang bahagia. Marilah kita tanamkan benih-benih kebahagian dengan terus memupuk perbuatan-perbuatan baik dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Semoga semua makhluk hidup berbahagia.


Fotografer: Istimewa

Buddha Lainnya Lihat Semua

Ilustrasi
Kasih Sayang Ibu
Buddha Wacana
Keyakinan Benar

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua

Khutbah Jumat
Keagungan Ramadan