Opini

Pesan Moral Peristiwa Isra dan Miraj 

M Fuad Nasar

M Fuad Nasar

Isra dan Mi’raj adalah kejadian luar biasa yang dialami Nabi Muhammad SAW pada malam 27 Rajab tahun ke-12 dari kenabiannya atau 8 bulan sebelum Nabi hijrah ke kota Madinah. Berdasarkan riwayat yang mutawatir dan tidak sedikit pun keraguan di hati orang beriman untuk mempercayainya bahwa Nabi Muhammad diperjalankan pada tengah malam dengan ruh dan jasad sekaligus secara kilat, dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis, Yerusalem, Palestina, yang diberkahi sekeliling perjalanannya. Dari Baitul Maqdis dibawa naik menembus tujuh lapis langit (ruang angkasa) hingga ke Sidratul Muntaha. Di sinilah Nabi mendengar langsung goresan kalam Allah SWT.

Sebelum melakukan perjalanan jauh pada malam itu, Nabi Muhammad menjalani pembedahan oleh malaikat, di pinggir telaga zamzam dekat Kabah di Mekkah. Pada proses pembedahan, hati dan jantung Nabi dibersihkan.

Dalam perjalanan yang amat spektakuler itu Nabi Muhammad menggunakan kendaraan Buraq ditemani Malaikat Jibril. Nabi juga mengunjungi tempat-tempat bersejarah, yaitu: Yatsrib, Bukit Thursina, Betlehem, Madyan, dan Masjidil Aqsha.

Peristiwa Isra dan Miraj disebut oleh Dr. Wahbah Zuhaily sebagai suatu perjalanan Ilahiyah yang tiada bandingnya dan hanya berlaku satu kali di dalam sejarah. “Tidak pernah ada di dalam sejarah kemanusiaan suatu peristiwa yang berhak untuk dibanggakan dan dikagumi, diagungkan dan dianggap suci seperti halnya Isra dan Miraj yang menjadi mukjizat, lambang kebesaran dan kehormatan bagi Nabi-Rasul Islam, Muhammad SAW," tulis Wahbah ulama besar asal Suriah dalam Wayul Islamy tahun 1971.

Peristiwa Isra dan Miraj terjadi pada abad ke-7 M diungkapkan dalam ayat Al-Quran dan Hadis. Sebuah rangkaian mukjizat yang membuka horison perkembangan ilmu fisika, kedokteran, antariksa, psikologi, futurologi, dan sebagainya. Peristiwa ini menginspirasi tindakan pembedahan dalam ilmu kedokteran, dan penemuan kendaraan cepat yang menghubungkan jarak geografis di muka bumi. Isra dan Miraj telah membangun imajinasi penerbangan luar angkasa serta penemuan teknologi untuk mewujudkannya.

Kisah pembedahan dada yang dialami Nabi telah mendorong dokter-dokter Arab muslim untuk memecahkan rahasianya beberapa abad kemudian. Ibnu Siena (980 1037) memelopori cara pengobatan pasien dengan metode pembedahan (operasi). Kisah Isra dan Miraj sekaligus menginspirasi Ibnu Siena yang merupakan Bapak Kedokteran Islam dan mahaguru bagi para dokter di Barat yang punya bakat sastrawan sehingga menulis novel Risalah et Thayr (Cerita Tentang Burung). Seorang ilmuwan Barat yakni Wenberg mengatakan bahwa ini adalah alasan tentang adanya manusia terbang.

Abbas Ibnu Firnas (810 887) tercatat sebagai ilmuwan muslim dan first aviator penemu pembuatan konstruksi alat terbang bersayap menyerupai burung dan berhasil menerbangkannya di Cordoba, Spanyol pada abad ke-IX. Abbas ibnu Firnas terinspirasi dari kisah peristiwa Isra dan Mi’raj.

Nabi Muhammad dalam perjalanan Miraj-nya ke luar angkasa dipertemukan dengan arwah para Nabi dan Rasul terdahulu. Dalam perjalanan mukjizatnya Nabi menyaksikan secara “visual” sebagian reward and punishman yang akan diterima manusia di akhirat nanti setelah berpindah dari alam duniawi, sebagai suatu moral necessity (keharusan moral) atas setiap perbuatan baik dan buruk.

Saat di Sidratul Muntaha, Muhammad Rasulullah menerima perintah mendirikan salat lima waktu langsung dari Allah SWT, sebagai syariat yang abadi kepada seluruh umat Nabi Muhammad. Salat satu-satunya syariat Islam yang diterima Rasulullah tanpa melalui malaikat Jibril sebagai penyampai wahyu yang terpercaya.

Selain menyingkap tabir tanda-tanda kekuasaan Allah dan mengabadikan turunnya kewajiban mendirikan salat sebagai kebutuhan ruhani yang menghubungkan jiwa manusia dengan Allah Maha Pencipta. Hikmah lainnya dari peristiwa Isra dan Miraj ialah hubungan akal dan hati nurani manusia, hubungan agama dan dunia, tidak boleh renggang, apalagi terputus, di setiap detik kehidupan.

Di mana pun dan sedang melakukan kegiatan apa pun, setiap mendengar suara azan yang memanggil untuk salat lima waktu, kita diingatkan bahwa kehidupan dunia harus selalu terkait dan dikaitkan dengan Allah. Panggilan azan menjadi pengingat bahwa Allah Maha Besar.

Isra dan Miraj sebagai peristiwa besar dalam sejarah yang sangat menakjubkan membentuk prinsip atau semboyan hidup “Dari Masjid Ke Masjid” atau From Mosque to Mosque. Masjid melambangkan kesucian jiwa, pikiran dan perbuatan. Masjid adalah tempat manusia bersama-sama menghubungkan dirinya kepada Allah dan merawat persaudaraan antar-sesama hamba-Nya tanpa membedakan status dan jabatan. Oleh karena itu nilai-nilai kesucian dan kebenaran harus senantiasa dijaga.

Semboyan Dari Masjid Ke Masjid, sebagaimana dikemukakan oleh tokoh ulama Indonesia H. Zainal Abidin Ahmad dalam bukunya Kisah Isra dan Miraj, adalah suatu semboyan yang hidup, yang menanamkan di hati setiap mukmin akan perasaan kesucian pada setiap melakukan perjalanan, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Berjalanlah ke seluruh tempat di tanah air, ke kota-kota atau pun kampung dan desa, dari pulau ke pulau dan dari kota ke kota, tetapi berangkatlah dengan mensucikan hati dan niat di dalam perjalanan itu, sebagai sucinya niat Nabi Muhammad di dalam Isra-nya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha.

Mac Arthur di dalam Perang Dunia II dahulu sewaktu hendak mengalahkan Jepang, dia memakai semboyan From Island to Island (dari pulau ke pulau) dengan arti dia merebut dari satu pulau ke pulau yang lainnya. Maka Muhammad dalam perjalanannya bukanlah hendak merebut kemenangan dalam perang, seperti Jenderal Mac Arthur, tetapi Nabi hendak mencari kesucian dan perdamaian abadi yang sejati. Maka sebab itu semboyan perjalanannya ialah Dari Masjid ke Masjid atau From Mosque to Mosque. Wallahu alam bisshawab.

M. Fuad Nasar (Sesditjen Bimas Islam)

Opini Lainnya Lihat Semua

M. Fuad Nasar (mantan Sesditjen Bimas Islam. Saat ini Kepala Biro AUPK UIN Imam Bonjol Padang)
Imsak Setelah Puasa

Keislaman Lainnya Lihat Semua