Opini

Perkemahan Wirakarya saat Pandemi?

Ruchman Basori

Ruchman Basori

Bertemu dan bertatap muka pada masa Pandemi Covid-19 menjadi sesuatu yang mahal harganya. Dapat dikatakan menjadi "sesuatu banget", karena membutuhkan kewaspadaan, ketaatan, bahkan keberanian. Seseorang yang dihantui rasa takut, sudah barang tentu menolak untuk berkumpul dan bertatap muka. Sebaliknya yang sudah berani berkumpul, harus hati-hati dengan tetap menjaga protokol kesehatan.

Pertanyaannya adalah untuk apa berkumpul? Bukankah cukup dengan zoom meeting atau aplikasi lainnya? Layaknya dunia pendidikan kita saat ini, antara guru dan peserta didik tidak bertatap muka tetapi hanya tatap maya. Seorang dosen juga demikian, cukup bertemu di layar zoom dan mahasiswanya mengikuti fatwa-fatwa perkuliahan dengan cara saksama.

Beberapa pakar pendidikan sudah lama mendiskusikan akan pentingnya kyai, guru, dosen, mentor, paedagog atau idiolog yang tak tergantikan perannya oleh teknologi; jauh sebelum Covid-19 melanda kita. Umumnya para pakar berpendapat, peran guru tidak sekedar transfer of knowladge tetapi transfer of value.

Soal pengetahuan dan pengalaman mungkin cukup diceritakan dan dituturkan walau dengan teknologi semacam zoom. Tetapi soal penanaman nilai-nilai tidak cukup, harus dengan bertemu langsung karena sifatnya penanaman, penghunjaman, dan pewarisan nilai-nilai yang sangat kompolek. Pertemuan yang hanya 45-60 menit belum tentu bisa mengubah prilaku peserta didik.

Selain soal nilai-nilai juga soal ketrampilan yang memerlukan praktek langsung sebagai sebuah pengalaman. Memang sudah banyak manual book tentang berbagai alat elektronik tentang tata cara penggunaannya. Tetapi soal mewariskan ketrampilan, agaknya akan tetap membutuhkan pertemuan langsung. Masih banyak kasus yang bisa didiskusikan dan diperdebatkan, tentang keterbatasan dunia maya yang kini transisi menggantikan yang nyata.

Blanded Camp
Kementerian Agama RI melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam telah puluhan tahun yang lalu menyelenggarakan Perkemahan Wirakarya Nasional (PWN) Pendidikan Tinggi Keagamaan (PTK) biasa disingkat PWN PTK. Diselenggarakan tiap dua tahun sekali berselang dengan Pekan Ilmiah Olahraga Seni dan Riset (PIONIR). Pada tahun 2020 mestinya harus terselenggara untuk kali yang ke-15, tetapi karena Covid-19 penyelenggaraan PWN PTK ditunda pada tahun 2021 dengan UIN Raden Fatah Palembang menjadi tuan rumahnya.

Pertanyaannya apakah gawe besar yang mempunyai misi meneguhkan semangat nasionalisme dan patriotisme mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan binaan Kementerian Agama akan tertunda lagi atau tidak terlaksana, gegara Covid-19? Tentu menjadi sesuatu yang memprihatinkan, jika kita tidak bisa memberi solusi akan keterbatasan ini. Karenanya Direktur Diktis, Prof. Dr. Suyitno, M.Ag berkomitmen dan meyakinkan kepada para Wakil Rektor/Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama PTKIN se-Indonesia agar PWN PTK tetap terselenggara dengan blanded camp yaitu penyelenggaraan perkemahan perpaduan antara luring dan daring.

Selain soal nasionalisme, misi PWN yang tak kalah pentingnya adalah pengembangan moderasi beragama, di tengah kontestasi pemikiran dan gerakan keagamaan yang cenderung intoleran. Beberapa kalangan menyebutnya dengan istilah ekstrem, lalu diperlukan pemahaman keagamaan yang moderat. Ada juga yang menyebutnya dengan istilah wasathiyah atau rahmatan lil alamin. Ini menjadi misi penting menggelar perkemahan wirakarya nasional berbasis moderasi beragama. Publik berharap masalah wawasan kebangsaan dan moderasi beragama menjadi sesuatu yang amat penting bagi produk Pendidikan Islam. Mahasiswa harus menjadi bagian terdepan untuk mengkounter paham-paham keagamaan yang ekstrem.

Wadah Gerakan Pramuka dipandang efektif dalam ikhtiar kampanye moderasi beragama di tengah-tengah generasi muda. Hal ini membutuhkan komitmen bersama antara Kementerian Agama, Pimpinan PTKI dan tentu mahasiswa sendiri yang kini jumlahnya mencapai 1,7 juta mahasiswa tersebar di 826 PTKI.

Hal lain yang menjadi misi PWN PTK adalah penguatan ukhuwah di kalangan mahasiswa pramuka PTK se-Indonesia. KH. Achmad Siddiq, ulama sekaligus intelektual pesantren, telah mewariskan tiga persaudaraan (ukhuwah) yang sampai saat ini masih sangat relevan untuk Indonesia. Ukhuwah Islamiyah sebagai persaudaraan sesama muslim, ukhuwah wathaniyah, sebagai persaudaraan sesama anak bangsa, dan ukhuwah basyariyah sebagai persaudaraan antar umat manusia.

Misi lainnya dari PWN PTK adalah soal teknis kepramukaan, yaitu wirakarya yang berarti perwira yang berkarya. PWN PTK diharapkan menjadi ajang para pramuka penegak dan pandega di bawah PTK untuk melakukan unjuk karya dan prestasi ke tengah-tengah masyarakat. Perkemahan menjadi pintu efektif agar terlihat lentur dan menyenangkan.

Sekali lagi blanded camp dipilih sebagai jalan tengah menggelar PWN di masa Covid-19. Kita tidak ingin misi penting perkemahan, menjadi terabaikan karena kita menyerah dengan Covid-19. Bertemu dan bertatap muka dengan demikian menjadi sesuatu yang penting karena menyangkut nilai-nilai dan ketrampilan.

Persoalan pengembangan wawasan dalam PWN PTK akan dijembatani dengan model daring. Peserta perkemahan dengan jumlah yang sangat terbatas hadir ke UIN Raden Fatah Palembang (luring), sementara yang lain dalam jumlah yang relatif banyak hadir melalui daring. Blanded Cam menjadi pilihan di masa krisis Covid-19. Kita tidak boleh menyerah dan mundur sejengkalpun demi keutuhan bangsa dan negara ini.

Bulan Juli 2021 menjadi bulan yang monumental, karena kalangan Perguruan Tinggi Keagamaan di bawah Kementerian Agama, akan mencetak sejarah baru, menyelenggarakan perkemahan dengan cara blanded camp, yang sebelumnya belum pernah terselenggara. Di tangan WR/WK III PTKIN, para Pembina Gerakan Pramuka dipandu oleh Direktorat Diktis saat ini sedang berijtihad merancang model perkemahan luring dan daring yang tidak kalah menarik dari model perkemahan regular.

Berkumpul untuk keluar dari krisis covid-19 dengan demikian menjadi sesuatu yang penting. Bukan semata-mata menghilangkan kebosanan, tetapi mengerahkan daya upaya pemikiran yang mendalam untuk menghasilkan produk program yang berkualitas dan menyenangkan. Jutaan mahasiswa sedang menunggu buah pikiran dan polesan para Pembina Pramuka menyajikan PWN PTK yang lain dari pada yang lain di masa Pandemi Covid-19. Wallahu a’lam bi al-shawab.

Ruchman Basori (Kasubdit Sarana Prasarana dan Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Ditjen Pendidikan Islam Kemenag)

Tags:

Opini Lainnya Lihat Semua

M. Fuad Nasar (mantan Sesditjen Bimas Islam. Saat ini Kepala Biro AUPK UIN Imam Bonjol Padang)
Imsak Setelah Puasa

Keislaman Lainnya Lihat Semua

Ahmad Zainul Hamdi, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kemenag RI
Kenangan dan Kemenangan