Hindu

Pentingnya Penguatan Literasi Beragama Umat Hindu

Ketut Budiawan

Ketut Budiawan

Om Swastyastu. Umat Pelita Dharma di mana pun berada. Media sosial memiliki peran penyampai informasi yang sangat cepat, baik informasi positif maupun yang negatif. Sayang, fenomena yang nampak saat ini justru informasi dengan muatan kurang baik (negatif) dalam berbagai hal, termasuk tentang penafsiran dan perilaku keagamaan bagi masyarakat. Sehingga, pada tingkat tertentu, hal ini bisa mengganggu keharmonisan dalam kehidupan sosial.

Kami yakin bahwa keharmonisan itu sangat penting, termasuk dalam agama Hindu. Jika terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan sebuah nilai-nilai kebajikan dalam setiap agama, termasuk masyarakat Hindu, itu bisa jadi dipengaruhi oleh rendahnya literasi beragama. Dengan demikian, pemahaman literasi beragama perlu ditingkatkan kembali. Kenapa? Karena susastra Hindu mengajarkan kepada kita bahwa semua yang nampak adalah perwujudan Brahman.

Pada hakikatnya, Brahman diturunkan dari akar kata “brh” yang berarti tumbuh dan yang menyebabkan tumbuh atau hidup dari segala entitas hidup dan eksistensi. Oleh karena itu, dalam kitab Upanisad, Tuhan dipandang menyusupi segalanya, sebagaimana Mahavakya (kalimat agung) dari Upanisad menyebutkan Sarvam Kaluidam Brahman (semuanya adalah Tuhan). Tuhan menghidupi yang bergerak ataupun tidak (Isa Upanisad,I.1).

Dalam kitab Chandogya Upanisad sangat jelas menyebutkan bahwa Tuhan adalah sari pati yang paling halus menghuni tubuh manusia dan memberikan kehidupan, sehingga muncul Mahavakya yang sangat terkenal, yaitu Tattvamasi.

Pemirsa Pelita Dharma yang kami hormati. Bagaimana pemahaman kita terhadap manusia? Manusia adalah perpaduan Jiwa (Atman) dan Raga/Tubuh (Sarira). Manusia memiliki tiga (3) tubuh, yaitu:

1. Tubuh/Raga/Badan Kasar (Body, Stula Sarira): berfungsi menerima stimulus dan memberi respon. Sumber energi dari Stula Sarira adalah makanan dan minuman.

2. Pikiran/Badan Halus (Mind, Suksma Sarira), berfungsi untuk mengelola emosi: senang, sedih, cinta, marah, dan bentuk lainya. Sumber energi dari Suksma Sarira adalah selalu berpikir positif, rajin berdoa - sembahyang, dan japa;

3. Budhi/Badan Penyebab (Intellect, Anta Karana Sarira), berfungsi untuk membimbing diri kita dalam membedakan baik-buruk, benar-salah. Sumber energi Anta Karana Sarira adalah pengetahuan, perilaku bijaksana

Dalam susastra Hindu diajarkan bahwa pengetahuan itu dikelompokan menjadi 2, yaitu Paravidya (pengetahuan spiritual yang utama dan maha tinggi) dan Aparavidya (pengetahuan sains/duniawi).

Pertama, Paravidya (pengetahuan spiritual), memandang bahwa Literasi berhubungan dengan sikap spiritual seperti: kebajikan, kejujuran, ketaatan terhadap nilai-nilai humanis bersumber dari susastra Hindu; dan menjalankan nilai-nilai kebajikan ajaran susastra Hindu.

Kedua, Aparavidya (pengetahuan sains/duniawi), literasi dalam hal ini dipahami bukan hanya membaca, melainkan juga bagaimana kemampuan kita untuk menyimak dan memahami tentang:
1. Data sehingga diperlukan Literasi Data (kebenaran data/objektivitas data);

2. TIK, diperlukan kemampuan menggunakan dan memanfaatkan teknologi dengan baik. Jangan sampai ada hal-hal yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan kekeluargaan, tetapi malah dimuat di media sosial. Tanpa sadar jika muatan kurang baik, secara tidak langsung merendahkan karakter kita sendiri;

3. Memahami diri kita sehingga diperlukan Literasi Manusia seperti kemampuan kita dalam inovatif (inovasi), krativity (kreativitas kita), kolaboratif (kebersamaan), dan juga kemandirian

Dengan demikian Literasi Beragama memadukan dua pengetahuan tersebut, yaitu pengetahuan duniawi dan spiritual/sikap dengan cara: mengidentifikasi isu-isu/masalah dengan bijak, menjelaskan fenomena secara illmiah berdasarkan susastra Hindu, menyelesaikan masalah yang humanis dan kolaboratif (mengedepankan kebersamaan), serta mempertimbangkan asas manfaat demi kebersamaan inter Umat Hindu, sehingga kita bisa membuat simpulan secara bijaksana

Mulailah membangun komitmen terhadap diri kita bahwa kita akan mampu untuk melayani diri sendiri dan bisa berbagi untuk melayani orang lain. Kita sebagai umat beragama wajib meyakini dan menjalankan nilai-nilai ajaran agama, memberi keteladanan dalam setiap hal terhadap orang yang ada di sekitar kita, seperti halnya komitmen berkata yang baik, sopan, dan santun, toleran, bersatu, dan damai, baik dalam internal Hindu maupun antar beragama.

Peran yang bisa diambil berdasarkan nilai-nilai dalam Catur Warna:
1. Jika sebagai Brahmana/intelektual. Jadilah intelektual yang selalu memberi keteladanan yang mencerminkan seorang intelektual

2. Jika sebagai seorang ksatria, jadilah seorang kesatria yang setia dalam menjaga nama baik bangsa dan negara, serta menjaga NKRI

3. Jika sebagai waisya, jadilah ahli ekonomi dan pertanian yang mampu mensejahterakan orang banyak

4. Jika menjadi Sudra, laksanakanlah kewajibannya dengan baik untuk selalu melayani orang lain dan tekun bekerja.

Bangunlah komitmen kita bersama untuk menjadi teladan dalam kehidupan ini seperti: semangat kebangsaan, cinta tanah air dengan cara selalu menjaga persatuan sebagai warga negara, menghargai kebhinekaan termasuk kebhinekaan internal umat Hindu, serta Dharma Agama dengan membangun kominmen pada diri kita masing-masing tentang melayani dan berbagi untuk orang lain.

Akhirnya, mari berusaha bersama untuk dapat meramu tekad menjadi Hindu yang santun, toleran, bersatu, dan damai melalui Gerakan Literasi Beragama, dan menjadi teladan dalam menjaga kebhinekaan.

Demikian, semoga bermanfaat. Om Santih, Santih, Santih Om.

Ketut Budiawan, SH.,S.Pd.H.,MH.,M.Fil.H (Rohaniwan Hindu)

Hindu Lainnya Lihat Semua

I Gusti Agung Istri Purwati, S.Sos, M.Fil.H (Penyuluh Agama Hindu Kankemenag Badung, Bali)
Mengatasi Stres

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua