Nasional

Pencucian Ka`bah

Mekkah, 4/12 (Pinmas) - Ada tradisi yang dihormati dan ditunggu-tunggu jamaah dalam menyambut bulan Dzulhijah di Makkah, Arab Saudi. Tradisi itu adalah melepaskan kain penutup Ka`bah atau kiswah dan pencucian Ka`bah. Tradisi ini bukan merupakan ritual, melainkan pencucian dalam arti harfiah. ``Di sini tak ada ritual-ritual seperti yang kita kira. Pencucian Ka`bah memang tujuannya adalah untuk mencuci dan membersihkan Ka`bah. Itu saja,`` kata Wakil Kepala Daerah Kerja (Wakadaker) Makkah Bidang Pelayanan Ibadah Haji, Asnawi Muhammadiyah di Makkah, Arab Saudi, kemarin. Pencucian Ka`bah itu dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun. Pencucian pertama adalah menjelang bulan Ramadhan, lalu yang keduanya dilakukan pada awal tanggal di bulan Dzulhijah, sehingga pada hari Idul Adha, Ka`bah akan berkiswah baru. Penentuan awal bulan Dzulhijah itu bukan berdasarkan kesepakatan seperti sidang itsbat. ``Yang menentukan awal bulan itu bukan para pakar dan ulama, melainkan raja dari Kerajaan Arab Saudi. Kali ini, diperkirakan 1 Dzulhijah itu jatuh pada 10 Desember 2007. Tapi, itu belum pasti,`` papar Asnawi lagi.

Proses pertama menjelang pencucian Ka`bah adalah mengangkat kain yang menutupi Ka`bah atau kiswah. Kain ini terbuat dari sutra murni berwarna hitam. Di sekelilingnya ditulisi kaligrafi Islam dari Al Qur`an yang disulam dengan memakai benang emas. Tulisan itu membentuk angka V (angka tujuh arab) Salah satu kalimat yang ditulis di kiswah Ka`bah adalah,``Allah Jalla Jalalah, La Ilaha Illaallah, Muhammad Rasulullah.`` Di balik kiswah hitam, ada kain berwarna putih yang disebut Bithana Kiswah. ``Kain itu untuk meresap uap dari dinding Ka`bah dan menghalangi panas yang diserap dari kain kiswah yang hitam. Kain ini mengandung daya serap untuk menghindarkan panas yang berlebihan dan mencegah dinding Ka`bah retak,`` imbuh Asnawi.

Berdasarkan kesepakatan Jumhur Ulama, pengenaan kiswah merupakan praktik yang baik sebagai wujud pengagungan terhadap Baitullah. Di samping itu, praktik ini telah mendapatkan legitimasi dari Rasulullah SAW. Di masa Nabi Muhammad SAW, beliau pernah menghadiahkan kiswah al-washail. Beliaulah yang pertama kali mengkiswahi Ka`bah. Cara ini kemudian diteruskan oleh Khulafaurrasyidin, seperti Umar Bin Al-Khatab dan Utsman Bin Affan, serta beberapa khalifah Bani Umayyah. Di masa sekarang, para raja di Kerajaan Arab Saudi dengan menggunakan kiswah dari pabrik khusus pembuat kiswah di Makkah. Pencucian Ka`bah itu dimulai dengan melepaskan kain kiswah secara bertahap. Awal dimulainya pelepasan kain dimulai menjelang bulan Dzulhijah. Kait pada kain kiswah dilepaskan dari cincin (syazarwan) yang ada di dasar kaki Ka`bah. Kain kiswah ditarik ke atas setahap demi setahap hingga sepertiga mendekati puncaknya.

Setelah ada penentuan waktu pencucian, maka para petugas memasang pembatas mengelilingi Ka`bah di areal thawaf agar jamaah tak mendekati areal tersebut. Proses itu dilakukan usai subuh. Pada waktu Dhuha, Imam Besar Ka`bah (Tarhil) yang memimpin pencucian itu tiba. Dia adalah dari keluarga raja yang menjadi pengurus tertinggi Ka`bah dan Masjidil Haram. Prosesnya adalah pelepasan kiswah, lalu dinding Ka`bah disemprot air biasa. Pencucian kedua, Ka`bah dibersihkan dengan air bercampur minyak wangi. Setelah bersih dan bagian dalam Ka`bah disapu, barulah dipasangkan kiswah baru. Bila semua proses selesai, sekitar 30 menit hingga satu jam, maka raja dan tamu-tamu negara memasuki bagian dalam Ka`bah. ``Mereka shalat di dalam sana," tambah Asnawi. Hanya, ada kebiasaan yang berlebihan dilakukan oleh jamaah, umumnya yang berasal dari Afrika. Pada saat pencucian Ka`bah, mereka menunggu di sekitar miskat.

Mereka mengambil air cucian Ka`bah yang mengalir. ``Mereka bahkan sampai berguling-guling di air itu untuk mencoba megambil berkah dari kesucian debu-debu yang menempel di dinding Ka`bah.`` Kegiatan tersebut, sambungnya, sebenarnya sudah dilarang oleh Askar. Tapi, mereka pun tak bisa membendung upaya jamaah tersebut. Sementara itu, kiswah yang lama itu diberikan ke pengawas mesjid untuk digunting dan dibagikan ke Muassasah yang ada. Oleh Muassasah, kain itu dibagi-bagikan kepada perwakilan jamaah. ``Tak ada makna apa-apa soal pembagian kain kiswah itu. Potongan kain kiswah itu hanya sebagai kenangan saja,`` timpal Asnawi. (Dewi)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua