Internasional

Para “Srikandi” di Masjidil Haram, Siaga Bantu Jemaah

Para Srikandi yang siaga membantu jemaah di Masjidil Haram

Para Srikandi yang siaga membantu jemaah di Masjidil Haram

Makkah (Kemenag) – Menjelang puncak haji, Masjidil Haram setiap waktunya dipadati jemaah dari berbagai belahan dunia terlebih saat waktu shalat.

Panitia Penyelenggaran Haji Indonesia (PPIH) Arab Saudi menyiapkan sejumlah petugas di sejumlah titik di area masjid untuk membantu jemaah mengarahkan dan mengantarkan jemaah ke terminal bus shalawat, jemaah terpisah dari rombongan, dan menolong jemaah karena kelelahan, dan lainnya.

Para petugas yang tergabung dalam Sektor Khusus (Seksus) Masjidil Haram dan ditempatkan di area tempat Thawaf dan Sa’i lantai dasar masjid seluruhnya wanita. Sesuai kebijakan Pemerintah Arab Saudi, hanya jemaah laki-laki berihram yang boleh berada di area thawaf dan sa’i lantai dasar masjid.

Ada 18 petugas yang ditempatkan di dua titik tersebut, dalam menjalankan tugasnya mereka dibagi dua shift. Mereka seringkali disebut sebagai Srikandi, karena seluruhnya wanita. Para "Srikandi" ini mudah dikenali dan ditemui jemaah, karena dalam menjalankan tugasnya mereka mengenakan seragam dan rompi petugas yang cukup mudah dilihat.

“Kami berjumlah ada 18 orang dan dibagi 2 shift. Shift malam, mulai jam 9 malam sampai jam 9 pagi. Untuk shift kedua, jam 9 pagi sampai jam 9 malam,” ujar Uning Haryani salah satu Srikandi yang berasal dari Polri.

“Kami bantu jemaah yang kesulitan mencari pintu keluar di dalam masjid, ada mengarahkan jemaah yang nyasar atau tidak tahu mencari bus shalawat untuk kembali ke hotel masing-masing,” lanjutnya.

Dikatakan Uning, dalam menjalankan tugasnya ia bersama timnya dihadapkan pada sejumlah tantangan, di antaranya kendala komunikasi. Menurutnya, tidak sedikit jemaah yang tidak berbahasa Indonesia sama sekali.

“Namun tantangan tersebut selama ini bisa kita atasi, kami bergabung dengan tenaga musiman (temus) mahasiswa yang mendampingi kita dalam bahasa Arab, juga didampingi oleh dokter,” katanya.

Menurutnya, masalah yang sering ditemui di area thawaf dan sa’i, di antaranya jemaah pingsan karena kelelahan, bingung karena terpisah dari rombongan. “Itu yang sering kita temui di lapangan,” ungkapnya.

Ditanya apa yang membedakan dengan haji tahun sebelumnya dalam menjalankan tugasnya, Uning mengatakan tahun ini di area thawaf dan sa’i lantai dasar, jemaah laki-laki tidak boleh tawaf atau masuk ke masjid lantai dasar kecuali menggunakan ihram. “Namun untuk perempuan itu bebas,” terangnya.

Ia bersama para "Srikandi" lainnya bersyukur bisa membantu jemaah dalam beribadah. “Alhamdulillah senang sekali, bersyukur bisa melayani, membimbing, dan melindungi tamu-tamu Allah. Kalau untuk dukanya tidak ada, menurut saya, karena segala sesuatu yang kita kerjakan dengan ikhlas, penuh rasa tanggung jawab, akan nyaman dengan diri kita sendiri. Jadi kita laksanakan hati ikhlas agar kita nyaman sehat dan Bahagia,” pungkasnya.

Bagaimana tanggapan jemaah atas keberadaan para Srikandi tersebut?

Armianto Wibowo jemaah asal Cilacap mengaku sangat terbantu dengan keberadaan petugas-petugas haji yang berada di sekitar Masjidil Haram.

“Alhamdulillah, membantu sekali, kadang-kadang kan kita tanya sesuatu yang kurang tahu, mereka memberi tahu dengan baik. Untuk dokternya baik juga, kasih obat juga, mijit-mijit, langsung dapat penanganan,” kata Armianto yang berhaji bersama isterinya Siti.

Senada disampaikan Muhammad Rifai dan Rusidah jemaah dari Jember, Jawa Timur. Saat isterinya terpisah dari rombongan, ia meminta bantuan petugas mencarinya. “Saya pertama video call dengan isteri, kok enggak ketemu, saya minta bantuan petugas, akhirnya ketemu, Alhamdulillah. Terima kasih petugas. Sudah baik sekali,” terang Rifai.


Editor: Dodo Murtado
Fotografer: Istimewa

Internasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua