Katolik

Menjadi Gembala yang Baik

Mimbar Katolik

Mimbar Katolik

Salah satu ciri menjadi seorang gembala yang baik adalah menjaga agar ternak penggembalaannya tidak diterkam binatang buas, tidak terpisahkan dari kelompoknya, dan tidak mati kelaparan. Injil Yohanes 10: 1-11 berbicara tentang gembala yang baik. Gembala yang baik adalah gembala yang mampu menjaga, mengayomi, dan melindungi domba-dombanya.

Sejalan dengan apa yang dikatakan dan diharapkan oleh Yesus, kita semua adalah gembala. Dalam lingkup keluarga, kita adalah gembala untuk semua anggota keluarga kita. Dalam konteks panggilan sebagai orang Katolik, kita adalah gembala bagi rekan kerja, sahabat, dan bagi sesama lintas agama, lintas suku dan lintas golongan.

Pertanyaan reflektif untuk kita refleksikan, bagaimana menjadi gembala yang baik? Santo Paulus katakan, sekalipun kita dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa Malaikat tetapi kita tidak mempunyai kasih, kita sama seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing (bdk I Korintus, 13:1-9). Artinya untuk menjadi gembala yang baik, seseorang harus memiliki KASIH.

Kita menjadi gembala yang baik lewat tutur kata, perbuatan dan sikap hidup kita masing-masing. Gembala yang baik harus memiliki MULUT yang mewartakan tentang kedamaian, cinta kasih, kabar baik, dan bukan untuk mencela dan memarahi.

Gembala yang baik harus memiliki MATA yang mampu melihat kebaikan secara objektif bukan mata yang melihat secara subjektif. Gembala yang baik harus memiliki TANGAN yang mampu mengangkat sesama, menolong sesama, dan bukan tangan yang menjatuhkan dan menuding sesama.

Gembala yang baik harus memiliki TELINGA yang mampu mendengarkan masukan-masukan yang baik dari sesama meskipun itu terasa sakit, bukan telinga yang hanya mendengarkan kata-kata hasutan.

Gembala yang baik harus memiliki KAKI yang mampu untuk mencari sesama yang miskin yang disisihkan, yang dianggap pendosa, bukan kaki yang hanya mencari keuntungan diri sendiri. Gembala yang baik harus memiliki HATI yang tulus, rendah hati, jujur, bukan hati yang sombong, pendendam, pemarah, dan yang cemburu.

Dengan kata lain, untuk menjadi gembala yang baik, maka kita harus menyelaraskan antara kata dan perbuatan, antara hati dan mulut. Artinya apa yang kita bicarakan, kita khotbahkan, harus kita aplikasikan, kita terapkan dalam kehidupan nyata. Kita berteriak tentang kasih yang memaafkan, sementara kita menabur dendam. Kita berteriak tentang rendah hati sementara kita sombong dan gila hormat. Kita berteriak tentang pembawa damai, sementara kita sendiri menabur benih-benih perpecahan.

Akhirnya, supaya menjadi gembala yang baik, gembala yang sesuai dengan kriteria yang diberikan oleh YESUS, maka marilah kita menyelimuti diri dengan selimut KASIH dalam tugas pengembalaan kita sesuai dengan profesi dan tugas panggilan kita masing-masing. Amin.

Drs. Egenius Siba, MM (Pembimas Katolik Provinsi NTB)


Fotografer: Istimewa

Katolik Lainnya Lihat Semua

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua

Khutbah Jumat
Keagungan Ramadan
Ilustrasi
Kasih Sayang Ibu