Nasional

Menag Apresiasi Program Pejuang Muda Kemensos

Menag Yaqut Cholil Qoumas

Menag Yaqut Cholil Qoumas

Jakarta (Kemenag) --- Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengapresiasi Program Pejuang Muda yang digagas oleh Kementerian Sosial. Hal ini disampaikan

Menag saat menyampaikan kuliah umum pada Pembekalan Perdana Pejuang Muda Setjen Kementerian Sosial secara daring.

Kuliah umum diikuti seribuan peserta yang berasal dari perwakilan perguruan tinggi di Indonesia. Tampak hadiri, Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial Harry Hikmat.

Dijelaskan Menag, problem ekonomi bangsa yang sedang dihadapi seakan tanpa batas wilayah. Hal tersebut menjadi kepedulian dan keprihatinan bersama.

Betapa tidak, lanjut Menag kemiskinan mampu menyeret seseorang menjadi pelaku kriminal, pelaku asusila, pelaku kekerasan, bahkan menjadi korban fisik dan mental karena tidak terpenuhinya kebutuhan dasar hidup. Namun demikian, kepedulian dan keprihatinan saja tidak cukup, perlu sebuah langkah dan strategi yang aplikatif dalam menangani masalah sosial ini.

"Salah satu program yang perlu diapresiasi adalah Program Pejuang Muda yang digagas oleh Kementerian Sosial," kata Menag dari Kantor Kementerian Agama Jalan MH Thamrin Jakarta, Rabu (13/10/2021).

"Program ini merupakan laboratorium sosial bagi mahasiswa. Adik-adik sekalian diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu dan pengetahuannya untuk memberi dampak sosial secara kongkrit bagi upaya percepatan pengentasan masalah sosial di Indonesia, dengan prioritas daerah kantong-kantong kemiskinan, daerah komunitas adat terpencil, dan daerah pascabencana," sambung Menag.

Hal ini juga, tambah Menag, sekaligus sebagai implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi agar insan akademik tidak berada di Menara gading.

Dirancang dengan kegiatan kolektif, program ini, jelas Menag, diharapkan mampu melakukan pemberdayaan masyarakat dalam arti yang sesungguhnya. "Selama ini, program-program pembangunan yang mengusung tema pemberdayaan sering bersifat sentuh dan pergi atau touch and go," tegas Menag.

Program pemberdayaan itu, kata Menag, tidak melalui perencanaan yang matang, tanpa konsolidasi, tanpa panduan yang jelas, tidak dilaksanakan secara sistematik dan berkesinambungan, bahkan indikator keberdayaan yang ingin dicapai samar dan tidak dapat diukur.

"Tidak heran jika program silih berganti, namun kesejahteraan masyarakat tidak atau belum mengalami perubahan. Dalam program ini, mahasiswa sebagai agen perubahan sosial, perlu melengkapi model dan strategi pembangunan yang berbasis kerakyatan," ujarnya.

Gus Yaqut menuturkan sejak identifikasi masalah, perencanaan, pengkoordinasian, dan pengembangan berbagai aktivitas program, sampai evaluasi perlu melibatkan partisipasi masyarakat setempat, bekerjasama dengan pemerintah daerah, pemuka agama, tokoh masyarakat, serta seluruh stakeholder penggerak sosial di daerah.

Kenyataan yang selama ini terjadi, seringkali masyarakat tidak banyak dilibatkan dalam semua tahapan atau proses pembangunan. Hal itu karena para perencana pembangunan kerapkali menganggap bahwa masyarakat tidak cukup memahami dan tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk dapat mengerjakan program tersebut.

Padahal masyarakat sendiri yang merasakan masalahnya dan kebutuhan-kebutuhannya, serta memahami apa-apa yang perlu dikerjakan untuk mengatasi masalah dalam memenuhi kebutuhannya.

"Selain memberi manfaat bagi masyarakat, kegiatan ini, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar di luar kampus, sehingga lebih mengasah kemampuan dan kemampuan mereka dalam bersosialisasi dengan masyarakat secara langsung, untuk berkontribusi nyata dalam pembangunan, " ujarnya.

"Saya mengapresiasi, menyambut baik, dan mendukung kegiatan ini. Semoga kegiatan Pejuang Muda ini dapat sukses dalam menjawab permasalahan sosial yang dihadapi bangsa ini," tutup Menag.


Editor: Moh Khoeron

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua