Hindu

Konsep Ekonomi Hindu

Ir. I Wayan Aryudi, S.T.,M.T (Wakil Ketua Bidang Ekonmi dan Kesejahteraan PHDI Provinsi Lampung)

Ir. I Wayan Aryudi, S.T.,M.T (Wakil Ketua Bidang Ekonmi dan Kesejahteraan PHDI Provinsi Lampung)

Om Swastyastu. Om Awignam Astu Nama Sidham. Om Anobadrah Keryawiantu Wiswatah. Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru.

Bapak/ibu umat sedharma di manapun berada. Dharma Wacana kali ini mengangkat tema “Konsep Ekonomi Hindu”. Mengawali dharma wacana ini, mari mengingat kembali ajaran Agama Hindu tentang empat jenjang tingkatan hidup yang patut dijalani sebagai sebuah swadharma. Ajaran ini sudah dikenalkan sejak kita duduk di bangku SD (sekolah dasar). Ajaran tersebut dinamakan dengan “Catur Asrama”.

Empat tingkatan hidup itu adalah: 1) Brahmacari yaitu masa/tingkatan hidup menuntut ilmu pengetahuan; 2) Grehasta yaitu masa/tingkatan hidup berumah tangga; 3) Wanaprasta yaitu masa/tingkatan hidup mencari ketenangan jiwa; dan 4) Bhiksuka yaitu itu masa hidup syaniyasin untuk mencapai moksa.

Dari ke-4 masa/tingkatan hidup, salah satunya adalah Grehasta atau masa/tingkatan hidup berumah tangga. Fase ini setelah masa/tingkatan hidup Brahmacari (masa hidup menuntu ilmu pemgetahuan). Pada masa ini, umat Hindu dituntut memiliki tanggungjawab yang tinggi, karena harus bertahan dengan kehidupan yang baru. Pada masa ini, umat Hindu akan dikaruniai anak-anak, dan orang tua, baik Bapak/Istri, bertanggungjawab membesarkan dan memenuhi kebutuhan mereka.

Untuk melangsungkan kehidupan tersebut diperlukan harta. Ini sesuai juga dengan ajaran Agama Hindu yang dikenal dengan nama “Catur Purusa Artha”. Yaitu, empat tangga atau tujuan yang harus dilewati dalam kehidupan ini. Pertama, dharma yaitu kebenaran, tuntunan, dan petunjuk. Dharma menjadi landasan awal dalam hidup sebelum kita mewujudkan tujuan yang lain. Kedua, artha yaitu hal yang dikatakan sebagai bekal atau sarana yang dapat berupa harta benda atau kekayaan dalam wujud apapun, kesehatan, pengetahuan, keahlian, kebijaksnaan, sahabat, dan dalam mengendalikan diri pun adalah termasuk Artha. Artha sebaiknya diperoleh dengan landasan Dharma.

Ketiga, kama, yaitu sifat alamiah setiap mahluk hidup yang dibawa sejak lahir, dan ini dapat dipenuhi setelah kita melewati tangga Dharma dan Artha. Kama lah yang membuat kita bisa hidup, tumbuh, dan berkembang. Kama dapat mengantarkan kita pada kemuliaan dan dapat juga mengantarkan kita kepada kenistaan yang paling dalam. Oleh sebab itu kita harus dapat mengendalikan dengan baik.

Keempat, moksha yaitu kondisi terbebas dari ikatan duniawi. Moksha merupakan pencapain tertinggi dari akhir siklus kehidupan manusia menurut ajaran agama Hindu.

Beberapa referensi yang berkaitan dengan konsep ekonomi menurut Hindu dapat dilihat dan dibaca pada kitab Sarascamuscaya, Bhagawadgita, dan buku tentang Artha Sastra. Semua konsep-konsep yang ada dalam buku tersebut mengarahkan kita kepada hal-hal yang baik dalam menjalani kehidupan ini terkait dengan ekonomi, dan sangat ideal karena semua konsep yang dijalani berdasarkan ajaran Dharma.

Dalam ajaran Hindu tentang Catur Purusa Artha, tangga pertama adalah dhrama. Dengan dharma maka akan tercapai tiga tingkatan dibawahnya yaitu artha, kama, dan moksa. Berbeda halnya dengan buku Artha Sastra, untuk memperoeh kebahagian Dharma dan Kama harus bergantung pada Artha. Dalam ajaran Artha Sastra yang disusun oleh Kautilya, kesejahteraan jasmani (Artha) menduduki kebutuhan tertinggi, karena kebajikan rohani (Dharma) dan kesenangan indria (Kama) tergantung pada kesejahteraan (Artha).
Manusia, terutama umat Hindu, harus dapat menyikapi dengan bijak konsep-konsep tersebut. Semua harus berusaha memahami keduanya sebagai ajaran yang benar.

Pada zaman kaliyuga ini yang menjadi peran penting adalah Artha. Artinya konsep yang ada dalam Arta Sastra adalah sejalan dengan kehidupan saat ini. Bagaimana tidak, kehidupan beragama di dunia di zaman kaliyuga ini sangat bergantung pada artha. Setelah artha kita terpenuhi dengan baik maka dalam melaksanakan dharma dan kama akan begitu mudah.

Banyak konsep yang berhubungan dengan ekonomi dalam buku-buku/kitab-kitab Hindu, baik terkait cara mendapatkannya, cara menggunakannya, dan bagaimana cara mempertahankannya. Semua harus berlandaskan Dharma. Saat ini tidak cukup bagi kita untuk menghafal konsep-konsep tersebut, tetapi tidak melaksanakannya. Sebab, yang diperlukan saat ini adalah pelaksanaan sebagai pelaku usaha.

Kondisi ekonomi secara umum yang ada di umat Hindu saat ini mungkin bisa dikatakan pada posisi menengah ke bawah. Meski ada juga yang berada pada posisi menengah ke atas, namun jumlahnya sangat terbatas (sedikit). Bagaimana cara meningkatkan posisi tersebut? Penerapan konsep-konsep dharma dalam mengembangkan usaha merupakan hal yang paling utama menurut konsep ekonomi Hindu.

Tempat Suci (pura) bukan hanya untuk melaksanakan kegiatan relegius (pemujaan kepada Hyang Widhi) semata. Selain dijadikan sebagai tempat kegiatan religius, pura juga dapat digunakan sebagai pusat kebudayaan, pendidikan, dan kegiatan ekonomi. Apa yang dapat diperbuat untuk kegiatan ekonomi di pura? Umat kita sudah mengenal yang namanya gotong royong, kebersamaan, dan saling bantu. Dengan konsep ini maka yang paling tepat untuk dapat dilakukan adalah membangun kegiatan ekonomi berupa koperasi.

Koperasi merupakan konsep ekonomi yang paling pas bagi umat dan pelaksanaannya dilandasi dengan dharma. Konsep ini akan banyak membantu umat Hindu dalam melaksanakan kegiatan ekonominya dan secara perlahan akan dapat meningkatkan taraf ekonominya.

Beberapa profesi umat Hindu yang membutuhkan peran koperasi yaitu: Petani, Peternak, dan Pedagang. Ketiga profesi tersebut membutuhkan modal (mula) dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dengan adanya koperasi, pelaku usaha menyambut baik dan akan lebih bersemangat dalam melaksanakan usahanya. Oleh sebab itu, fungsi pura selain sebagai pusat kegiatan relegius, dengan dibentuknya koperasi akan menimbulkan dampak positif bagi umatnya dan akan dapat meningkatkan kegiatan ekonominya.

Dengan semakin meningkanya tarap ekonomi umat maka dalam pelaksanaan dharma akan semakin mudah. Bukan hanya Koperasi yang dapat dikembangkan untuk maningkatkan taraf ekonomi umat, masih banyak potensi usaha yang dapat dilakukan. Misalnya, peternakan yang dikelola secara intensif, perkebunan, perikanan, dan lain-lain. Dasar utama dalam melaksanakan suatu usaha harus didasari dengan dharma, disiplin tinggi, jujur, dan loyalitas. Ingat jangan hanya konsep dan teori tapi intinya eksekusi atau pelaksanaan.

Bapak/ibu umat sedharma yang berbahagia. Konsep Ekonomi Hindu dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Gunakan pura sebagai pusat kegiatan keagamaan (religius), kebudayaan, pendidikan dan juga kegiatan ekonomi.
2. Segera Eksekusi (laksanakan) konsep-konep usaha yang telah dipelajari, dengan dilandasi semangat dharma, kedisiplinan, kejujuran, dan loyalitas.
3. Pertahankan apa yang sudah didapat, pergunakan sebaik-baiknya yang sudah didapat, kembangkan apa yang sudah didapat.

Demikian, semoga bermanfaat bagi kita semua. Om Santi, Santi, Santi Om.

Ir. I Wayan Aryudi, S.T.,M.T (Wakil Ketua Bidang Ekonmi dan Kesejahteraan PHDI Provinsi Lampung)


Fotografer: Istimewa

Hindu Lainnya Lihat Semua

I Gusti Agung Istri Purwati, S.Sos, M.Fil.H (Penyuluh Agama Hindu Kankemenag Badung, Bali)
Mengatasi Stres

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua

Khutbah Jumat
Keagungan Ramadan