Opini

Khalid b. Ma'dan Berguru Kepada 70 Sahabat Nabi, Tapi Tetap Rendah Hati

M. Ishom el-Saha (Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten)

M. Ishom el-Saha (Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten)

Khalid b. Ma'dan merupakan salah satu dari sekian generasi tabi’in dari kota Syam, Syiria. Beliau seangkatan dengan al-Auzai dan Makhul. Beliau pernah "berguru" tidak kurang dari 70 sahabat Nabi, di antaranya: Abu Hurairah dan Mu'adz b. Jabbal.

Pengalaman spiritual Khalid b. Ma'dan lebih banyak ditimba dari Mu'adz b. Jabal. Sang guru mengajarinya menjadi hamba Allah yang berjiwa rendah hati, tak sombong dan congkak.

Mu'adz b. Jabal bercerita kepada Khalid b. Ma'dan tentang seorang alim yang menjadi da'i ngetop. Malaikat pencatat amal sampai terkagum-kagum dengan kesalehannya. Tapi ketika laporan amal ibadahnya sampai pintu langit ketujuh, malaikat menolak sebab ternyata orang alim itu ujub pada dirinya sendiri.

"Tak ada orang satupun yang melebihi kepandaian dan ketenaran diriku," katanya membanggakan diri. Amal orang alim itupun dilemparkan ke dasar neraka dan dikoyak-koyak sampai tak tersisa satupun.

Wejangan Mu'adz b. Jabal ini sangat membekas dalam hati Khalid b. Ma'dan, sehingga beliau dikenal sebagai ulama yang tak ingin menonjolkan diri. Demikian dikatakan Hubaib b. Shalih.

Tak mudah menemui Khalid b. Ma'dan karena waktunya lebih banyak dimanfaatkan untuk membaca dan menulis. Di samping itu dirinya tak ingin dikenali orang lain, termasuk tokoh sekaliber al-Auza'i.

"Aku tahu di sini ada orang alim namanya Khalid. Aku ngin menemuinya, namun melalui siapa, aku dapat berjumpa?" Tanya al-Auzai kepada penduduk sekitar kediaman Khalid b. Ma'dan. Mereka menjawab: "silahkan saudara temui putrinya."

Menariknya sebelum al-Auzai menemui putri sang ulama, Khalid b. Ma'dan menjumpai langsung al-Auza'i. Hal ini dikarenakan Khalid b. Ma'dan sangat memuliakan ulama sekelas al-Auza'i, dan begitupun sebaliknya.

Kerendahan hatinya membuat Khalid b. Ma'dan disegani banyak orang. Termasuk sang Khalifah tak berani bertatap muka, terkecuali hanya dengan berkirim surat. Sang Khalifah pernah bertanya masalah hukum padanya. Lalu jawaban Khalid dijadikan sumber rujukan pada hakim di seluruh wilayahnya.

Orang biasa sungkan bertemu muka dengan Khalid. Sebab menurut Umar b. Ja'tsam tak ada manusia yang berani bicara masalah keduniaan di majlis Khalid b. Ma'dan. Betapa tidak demikian? Di luar kegiatan membaca dan menulis, Khalid b. Ma'dan di setiap hempasan nafasnya selalu mengeluarkan kalimat tasbih.

Sampai-sampai di waktu wafatnya, ketika janazahnya hendak dimandikan, orang-orang masih menyaksikan jari jemarinya bergerak seperti memutar tasbih. Demikian diriwayatkan oleh Ibrahim b. Ja'far al-Asy'ari.

Khalid b. Ma'dan dikenal sebagai ahli fiqh dan hadits. Para perawi hadits menilai beliau sebagai orang yang terpercaya (tsiqqah). Pengakuan ini salah satunya disampaikan langsung oleh Imam an-Nasai, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Sair A'lam an-Nubala.

Atas dasar itulah, ulama hadits setingkat an-Nasai mengakui kebenaran yang diriwayatkan Khalid b. Ma'dan.

M. Ishom el-Saha (Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Opini Lainnya Lihat Semua

M. Fuad Nasar (mantan Sesditjen Bimas Islam. Saat ini Kepala Biro AUPK UIN Imam Bonjol Padang)
Imsak Setelah Puasa

Kolom Lainnya Lihat Semua