Katolik

Kamulah Garam dan Terang Dunia

Mimbar Katolik

Mimbar Katolik

Saudara Saudari yang terkasih dalam Kristus. Yesus berbicara mengenai “Garam dunia” dan “Terang dunia” menunjukkan perhatian-Nya pada bumi dan dunia konkret, yang hendak menegaskan bahwa para pengikut-Nya pun dipanggil untuk mengelola bumi dan kehidupan manusia.

Kamu adalah garam dunia. Kata “Garam” bagi orang Yahudi memiliki makna yang luas. Dalam Kitab Bilangan 18:19 dan Kitab Tawarikh 13:5, misalnya berbicara tentang Perjanjian Garam, diartikan sebagai perjanjian yang bernilai tetap, kekal. Kata tersebut dipakai dalam Injil di mana seorang pengikut Yesus ialah manusia yang telah mengikat “Perjanjian” dengan Allah dalam diri Yesus. Maka ia harus “mengawetkan” dunia manusia terhadap kebusukan dan berbuat kebaikan supaya dunia ini tetap terasa “sedap” bagi Allah.

Bagi masyarakat tertentu (tradisional), garam digunakan untuk menyuburkan tanah, dan karena itulah Matius berbicara tentang “garam bumi” bukan tentang “garam dunia”. Kata bumi dapat diartikan sebagai sinonim “seluruh umat manusia”, di mana manusia bukan garam, sehingga ucapan Yesus ini harus dipandang sebagai kiasan, perumpamaan dalam arti, “kalian seperti garam”. Garam tidak pernah menghancurkan apa yang harus diawetkannya, dan sekaligus mencegah terhadap pembusukan. Sama seperti garam, para pengikut Yesus tidak boleh melakukan pembusukan terhadap apa pun di dunia ini yang sudah baik.

Saudara Saudari yang terkasih dalam Kristus. Kamu adalah terang dunia. Nabi Yesaya berseru, “Hai kaum Yakub, mari kita berjalan di dalam terang Tuhan” (Yes. 2:5). Bangsa Israel memang dipilih oleh Allah untuk “menjadi terang bangsa-bangsa” (Yes. 42:6; 49:6). Rasul Paulus pun menegaskan panggilan Israel, ketika berkata, “Engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan” (Rm. 2:19). “Seperti cahaya, kalian pun menunjukkan jalan bagi semua orang untuk sampai kepada Allah”, atau “Karena dalam diri kalian ada cahaya ilahi, maka berkat kalian, orang lain dapat sampai kepada Allah”, (ayat 16).

Para pengikut Yesus disebut “terang dunia”. Penginjil Matius mau menegaskan bahwa Yesus dan Gereja adalah kesatuan yang tak terpisahkan. Sama seperti Yerusalem tidak terpisahkan dari gunung. Maka dalam ucapan Yesus ini, para pengikutnya harus dilihat sebagai kesatuan, bukan masing-masing individunya. Mereka dapat menjadi terang dunia, bila mereka hidup rukun dan memancarkan kasih Tuhan. Terang tidak pernah berfungsi bagi dirinya sendiri, para pengikut Yesus pun harus menjadi terang bagi sesamanya.

Kita sering sekali membaca pesan menjadi garam dan terang dunia secara dangkal. Misalnya, “Aku harus berbuat sesuatu yang nyata, supaya orang lain sungguh-sungguh melihat perbuatan-perbuatanku yang baik, lalu memuliakan Allah.” Sikap dangkal yang demikian dapat membuat orang terperangkap dalam sikap “pamer”, melakukan sesuatu yang baik supaya dilihat orang. Kita pantas bertanya diri; apakah melalui pikiran, sikap, dan tindakan kita memancarkan terang dan membuat kualitas hidup semakin bermutu, membawa kebahagiaan dan sukacita yang dapat memulihkan kehidupan bersama yang rusak akibat rasa iri, dengki, dan rakus?

Semoga kebaikan dan kebenaran yang ada pada kita bagaikan terang, cahaya, mampu menerangi gelapnya dunia yang penuh kepalsuan dan kebohongan, dan kita menjadi garam yang dapat memberikan rasa kepada dunia yang tawar dan mengawetkan/memelihara dunia dari kerusakan, dan membawa orang menjadi haus untuk mencari Sumber Air Hidup, yaitu Yesus Kristus.

Salman Habeahan (Direktur Pendidikan Katolik)


Fotografer: Istimewa

Katolik Lainnya Lihat Semua

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua