Khonghucu

Junjunglah Lima yang Indah, lalu Terbanglah

Dq Imelda (umat Khonghucu, guru Agama Khonghucu di SMPN 3 Sungailiat, Bangka)

Dq Imelda (umat Khonghucu, guru Agama Khonghucu di SMPN 3 Sungailiat, Bangka)

Wei De Dong Tian, Salam Kebajikan. Tulisan ini akan diawali dengan salah satu sanjak dari kitab Shijing I Guo Feng Jilid III. Bei I. Bo Zhou (026).(Perahu dari Pohon Bo)

1. Terapung-apung perahu dari Pohon Bo;

Mengapung mengikuti aliran.

Aku resah tak dapat tidur,

Mempunyai kepedihan yang tersembunyi.

Itu bukan karena aku tidak punya anggur,

Atau tidak dapat pesiar dan mengembara.

2. Hatiku bukanlah cermin;

Tidak dapat menanggung berbagai tekanan.

Biarpun aku memiliki kakak dan adik,

Tetapi tidak dapat bersandar kepadanya.

Bila aku pergi dan mengeluh kepadanya,

Aku hanya beroleh kemarahan.

3. Hatiku bukanlah batu;

Tidak dapat berguling-guling.

Hatiku bukanlah tikar;

Tidak dapat digulung.

Perilakuku mantap dan baik,

Tiada kesalahan dapat ditunjukkan.

4. Hatiku penuh keprihatinan;

Aku dibenci orang-orang rendah budi;

Aku mengalami banyak kepedihan.

Sering aku menderita cemoohan.

Dengan diam kurenungkan masalahku,

Menjelang tidur kupukul dadaku.

5. Di sana matahari dan rembulan;

Mengapa yang satu kecil dan yang lain tidak?

Kepedihan menggeluti hatiku,

Bagai baju tidak dicuci.

Dengan diam kurenungkan masalahku,

Tetapi aku tidak dapat mengepakkan sayap dan terbang.

Sanjak di atas merupakan keluhan seorang pejabat yang jujur di tengah rekan-rekannya yang korup, terjadi pada masa pemerintahan Pangeran Wei Qing Gong (866-854 s.M.).

Adakalanya kita hidup tidak sesuai keinginan kita. Keadaan kadang mengharuskan kita berada di kondisi yang kurang mengenakkan. Seringkali bertentangan dengan hati nurani kita. Namun, seperti sabda Nabi Kongzi pada kitab Lunyu, XIV, 35, "Aku tidak menggerutu kepada Tian, Tuhan Yang Maha Esa, tidak pula menyesali manusia. Aku hanya belajar dari tempat yang rendah ini, terus maju menuju tinggi. Tian- lah yang mengerti diriku."

Segala permasalahan yang ada di dalam kehidupan kita sehari-hari, sekecil apapun adalah sebuah proses belajar untuk kita dapat semakin mengasah perilaku dan pribadi kita agar dapat lebih baik lagi ke depannya. Dalam kitab Lunyu, atau Sabda Suci, Jilid XX, pasal 2, murid Nabi, Cu Tiang - Zi Zhang bertanya kepada Nabi Kongzi, "Bagaimanakah cara menjalankan pemerintahan sebaik-baiknya?" Nabi menjawab, "Junjunglah Lima Yang Indah dan buanglah Empat Yang Buruk, dengan cara ini akan dapat menjalankan pemerintahan sebaik-baiknya."

Kemudian Zi Zhang bertanya kembali, "Apakah yang dimaksud dengan Lima Yang Indah itu." Nabi bersabda, "Seorang Junzi bermurah hati tetapi tidak memboros; menyuruh orang berjerih payah, tetapi tidak menyebabkan sesal; mempunyai keinginan tetapi tidak tamak; berwibawa tetapi tidak sombong; dan keras tetapi tidak buas."

Kembali Zi Zhang bertanya, "Apakah yang dimaksud dengan bermurah hati tetapi tidak memboros?" Nabi bersabda, "Keuntungan yang diperoleh rakyat dirasakan sebagai keuntungan sendiri. Bukankah ini bermurah hati tetapi tidak memboros? Dipilih hal-hal yang perlu disertai jerih payah, barulah disuruh mengerjakan. Siapakah yang akan menyesali? Menginginkan peri Cinta Kasih dan mendapatkan Cinta Kasih itu, bagaimanakah bisa tamak? Seorang Junzi, terhadap orang banyak atau sedikit, urusan kecil atau besar tidak berani meremehkan; maka bukankah ia berwibawa tetapi tidak sombong? Seorang Junzi, rapi pakaian dan topinya, matanya tidak sembarang melihat, sehingga orang yang memandangnya menaruh segan; bukankah ia bersikap keras tetapi tidak buas?"

Lima yang indah itu, sebagai pemerintah dalam melihat rakyatnya yang berhasil akan ikut merasakan kebahagiaan di dalamnya, begitupun dalam keseharian kita, melihat orang lain berhasil, bukanlah iri dengki yang timbul, melainkan rasa bangga, kagum dan ingin berusaha menyamainya, ingin belajar lebih jauh bagaimana orang itu dapat berhasil, minimal bagi dirinya sendiri, lebih bagus lagi dapat berhasil dan berguna bagi orang banyak.

Namun dalam membantu orang lain, hendaknya kita tetap memperhatikan kemampuan kita, bukan berarti bermurah hati karena gengsi, padahal sebenarnya kita pun berhutang dengan orang lain, itu sama saja menyusahkan orang terdekat kita, yang sudah percaya kepada kita dan menyusahkan diri kita sendiri ke depannya. Pada akhirnya hanya menjadi gunungan es yang akan mencair suatu saat nanti.

Menyuruh orang lain berjerih payah dengan memperhatikan hal-hal mana yang penting untuk dikerjakan, maka tidak akan timbul sesal di kemudian hari, namun orang kerapkali tidak fokus, sehingga tidak tau mana yang prioritas mana yang tidak perlu, sehingga banyak waktu dan tenaga terbuang percuma, akibatnya akan timbul rasa saling menyalahkan.

Dalam pemerintahan, punya keinginan, haruslah berlandaskan Cinta Kasih, demi kepentingan orang banyak, demi rakyat, bukan semata-mata untuk keuntungan pribadi, karena ketamakan hanya akan menimbulkan kehancuran di kemudian hari, seperti dalam kitab Shujing, IV,I:2, "Aku takut kepada Tian, tidak berani tidak lurus."

Terhadap orang tidak membedakan, dan tidak meremehkan, mau agama tertentu, golongan tertentu, ras, suku tertentu, kita harus saling menghargai dan menghormati, karena Tian menciptakan kita dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing, pastinya tiap orang punya keahlian yang unik, yang mungkin hari ini belum terlihat suatu saat mungkin dari dialah kita bisa belajar mendapat ilmu baru, maka sebaiknya jangan sembarangan dalam menilai orang hanya dari tampilan luarnya saja.

Seperti sabda Nabi Kongzi, junjunglah Lima yang Indah itu, "Di dalam diam melakukan renungan; belajar, tidak merasa jemu; dan, mengajar orang lain tidak merasa capai; adakah itu dalam diriKu?" Maka, janganlah lelah untuk berbuat bajik, karena hanya Kebajikanlah yang berkenan kepada Tian, Shanzai.

Matahari dan rembulan, demikianlah adanya. Ada yang besar dan ada yang kecil. Nabi bersabda, "Biarlah Ku tak diperdulikan dunia. Karena akan lebih banyak pengetahuan Kuperoleh".

Segera kucuci bajuku. Bersiap untuk dapat mengepakkan sayap. Kemudian terbang setinggi langit di angkasa.

Dq Imelda (umat Khonghucu, guru Agama Khonghucu di SMPN 3 Sungailiat, Bangka)


Fotografer: Istimewa

Khonghucu Lainnya Lihat Semua

Js Jenny Sudjiono (Rohaniwan Khonghucu)
Berkah di Jalan Tian

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua

Khutbah Jumat
Keagungan Ramadan