Nasional

Ini Potensi Perguruan Tinggi dalam Penguatan Ekosistem Halal Nasional

Halal Bi Halal Perguruan Tinggi NU

Halal Bi Halal Perguruan Tinggi NU

Jakarta (Kemenag) --- Perguruan tinggi memiliki sejumlah potensi peran strategis dalam penguatan ekosistem halal nasional.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama, Mastuki, mengatakan, ada sejumlah langkah strategis penguatan ekosistem industri halal nasional yang telah disusun Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS). Di antaranya, penguatan regulasi, peningkatan preferensi halal, pengembangan riset bahan-bahan pengganti nonhalal dan awareness masyarakat, menciptakan Kawasan Industri Halal (KIH), menciptakan UMKM unggul, dan mewujudkan hub internasional dalam produksi dan perdagangan produk halal dunia.

"Perguruan tinggi dapat membentuk Pusat Kajian Halal atau Halal Center sebagai pusat pembinaan halal, sosialisasi, edukasi, dan berbagai aktivitas pengembangan literasi halal. Juga pembinaan dan konsultasi terkait sertifikasi halal, duta halal dan sebagainya," terang Mastuki saat berbicara pada Halal Bihalal Forum Rektor Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) Tahun 2021, Sabtu (19/6/2021).

Acara digelar secara virtual, berpusat di Universitas Wahid Hasyim Semarang.

Ranah lain yang dapat diperankan perguruan tinggi, kata Mastuki, adalah melakukan pengembangan riset di bidang halal. Ini dapat dilakukan secara terintegrasi dengan Pusat Penelitian atau bekerja sama dengan lembaga penelitian, atau berupa penelitian dosen dan mahasiswa. Saat ini jurnal halal juga sudah banyak bermunculan baik di dalam negeri maupun secara internasional.

"Dengan membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), perguruan tinggi juga dapat berperan dalam menyediakan SDM (sumber daya manusia) di bidang halal. Misalnya, auditor halal, penyelia halal, pendamping halal, pengawas halal, juru sembelih halal, manajer halal, chef halal, dan lainnya," lanjut Mastuki.

Peran berikutnya adalah dengan mendirikan Lembaga Pemeriksa Halal (LPH), baik secara mandiri ataupun bekerja sama dengan LPH lain. Dengan dukungan SDM sebagai dan laboratorium, perguruan tinggi dinilai memiliki kemudahan layanan dan akses audit halal.

"Secara akademik, perguruan tinggi juga dapat melakukan institusionalisasi kajian halal dalam bentuk mata kuliah. Hal ini dapat dilakukan dengan membentuk program studi, jurusan, atau fakultas yang berkonsentrasi pada industri halal." imbuh Mastuki menguraikan.

Mekanisme sertifikasi halal bagi pelaku UMK yang diatur di dalam PP 39/2021 melalui pernyataan pelaku UMK atau self declare, lanjut Mastuki, juga melalui proses pendampingan proses produk halal (PPH) yang dapat diperankan oleh perguruan tinggi. Hal itu sesuai ketentuan Pasal 80 PP 39/2021, yang menyatakan bahwa pendampingan PPH dilakukan oleh organisasi kemasyarakatan Islam atau lembaga keagamaan Islam yang berbadan hukum dan/atau perguruan tinggi.

Hadir dalam acara halal bihalal tersebut Rektor Universitas Wahid Hasyim Semarang Mudzakir Ali, Rektor Unisma Maskuri, Ketua Forum Rektor PTNU Masykuri Bakri, Ketua LPTNU Mohammad Nasir, Wakil Kepala BNSP Miftakul Azis, serta para rektor dan pimpinan perguruan tinggi NU di seluruh Indonesia.


Editor: Moh Khoeron

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua