Hindu

Imbas Lingkungan Terhadap Individu 

Sinta Prathiwiningsih

Sinta Prathiwiningsih

Om Swastyastu, Om Awighnam Astu Namo Sidham, Om Anobaddrah krattavoyantu wiswatah, (Semoga pikiran yang jernih datang dari segala penjuru)

Umat sedharma yang berbahagia di mana pun berada. Puja pengastuti sesanti angayu bagia kita haturkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah melimpahkan Asung Kertha Wara Nughraha-Nya sehingga dalam kondisi pandemi Covid-19 masih senantiasa diberikan kesehatan, keselamatan, dan kerahayuan.

Tema dharma wacana atau wacana suci pekan ini membahas tentang “Imbas Lingkungan Terhadap Individu“

Saudara-saudariku. Sebagai makhluk sosial, setiap hari manusia berinteraksi dengan orang lain yang berada di sekitarnya. Tanpa orang lain, kita bukanlah siapa-siapa yang dapat melakukan berbagai aktivitas kehidupan. Dimulai sejak lahir ke dunia, bahkan sampai nanti berumur tua, pasti tetaplah kita akan membutuhkan orang lain.

Di era seperti ini, dalam bergaul atau berteman kita harus pandai memilah dan memilih mana pergaulan yang baik dan tidak baik. Dalam pergaulan maka segala sifat atau karakter yang ada dalam lingkungan pergaulan kita, akan cepat sekali mengikuti sifat atau karakter yang ada di dalamnya. Apabila kita berada di dalam pergaulan orang-orang pintar dan beraura positif, pastinya aura yang ada di dalam diri kita juga positif, dan begitupun juga sebaliknya.

Perbuatan manusia dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yaitu antara perbuatan yang baik disebut dengan subakarma dan perbuatan yang tidak baik yang biasanya disebut dengan asubakarma, dan keduanya pasti pernah kita alami.

Dalam agama hindu, diajarkan tentang ajaran tujuh macam kegelapan pikiran yang berpengaruh pada perilaku asubakarma yang biasanya disebut dengan Sapta Timira. Secara garis besar maka bagian-bagian sapta timira yaitu :

1. Surupa timira, adalah kegelapan karena ketampanan atau kecantikan serta rupa yang menawan. Artinya kegelapan tersebut menuju pada sebuah kepuasan berlebih atas rupa itu, dan bisa digunakan untuk mencela yang tidak sempurna seperti dirinya sendiri, hal ini adalah berasal dari pikiran yang mengandung sifat kesombongan itu sendiri, dan jauh dari prilaku seseorang yg sadhu, seperti yang dijelaskan dalam Canakya Niti Sastra, Bab III Sloka 8 :

Rupa yauvana sampanna. Visala kula sambhavah. Vidyahma na sobhante. Nirgandha iva kimsukah. Artinya: ada orang yang tampan, dalam keadaan masih muda, serta lahir di keluarga bangsawan terhormat. Tetapi kalau ia miskin dalam pengetahuan keinsyafan diri, sebenarnya ia ini sama sekali tidak berarti apa-apa. Bagaikan bunga kimsuka tanpa bau wangi.

2. Guna timira adalah disebutkan bahwa guna, yaitu kepandaian merupakan suatu yg bisa menimbulkan kemabukan dan juga kegelapan. Guna timira bisa mengakibatkan dunia hancur, dan kecerdasan itu yang menjadi sebuah kelicikan semata. Seseorang yang guna timira, sungguh bisa dinyatakan sebagai seseorang yang tidak meyakini akan kebenaran dharma. Mereka terlalu sibuk akan kepintaran duniawi saja, dan tidak menyeimbangkan pada pemahaman jiwa itu sendiri.

3. Dhana timira adalah kegelapan yg ditimbulkan karena materi serta kekayaan duniawi. Sesungguhnya pula artha yg didapat tanpa dharma adalah sebuah kebodohan yg nyata. Dan ktika tnpa diberikan kendali, maka sebuah keterikatan akan duniawi, akan sanggup mengikat untuk tidak bisa menuju pulau tujuan.

4. Kulina timira adalah kegelapan karena keturunan. Faktor keturunan juga sering mengakibatkan orang lupa diri. Seorang keturunan bangsawan, keturunan raja, kadang kala juga menganggap remeh orang lain yang tidak seketurunan. Keturunan orang-orang terkenal, berpangkat atau bangsawan, sebaiknya mempunyai perilaku yang baik, berbudi luhur sejalan dengan ajaran agama. Mereka seharusnya dapat menjadi panutan dapat memberikan contoh yang baik terhadap masyarakat sekitarnya.

5. Yohana timira adalah kegelapan karena usia muda. Usia muda yg bergejolak akan memberi pengaruh buruk akan pola pikir dan kedewasaan dalam memengaruhi keputusan yg ada. Tentu saja pertemanan dan kawan serta loyalitas dalam pergaulan anak muda akan dikuasai rajasik guna.

6. Sura timira yaitu kegelapan karena berlebihan minuman keras. Minuman keras merupakan musuh yang sangat buruk. Ia dapat membuat orang mabuk, lupa diri dan berbuat yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Orang yang bersifat seperti inilah orang yg tidak layak dijadikan kawan bergaul.

7. Kasuran timira yaitu kegelapan karena kemenangan. Kemenangan kadang kala membuat orang lupa diri serta mengakibatkan kerugian atau kesulitan bagi orang lain maupun yang bersangkutan sendiri. Kemenangan hendaknya selalu dilandasi oleh kebenaran dan Dharma, oleh perbuatan yang luhur sesuai dengan ajaran agama.

Saudara-saudariku. Pada dasarnya widya awidya adalah kata kunci terbaik untuk mengatasi kegelapan pikiran tersebut. Pengetahuan suci membantu kita untuk membuka sebuah pembebasan dari penderitaan itu sendiri, dimana bahwa manusia agar bisa menuju pada suatu kesadaran yang membebaskan. Selain itu kita juga bisa melaksanakan hakikat diri kita sebagai manusia, yang senantiasa tersadarkan untuk selalu melaksanakan dharma. Dharma yang agung, yang menjadi dasar pondasi untuk memberikan lilin penerang bagi segala kegelapan di diri serta memberikan penerangan bagi yang lain, sebagai dharma raksaka, para pembela dan penegak dharma.

Jika kita bisa mengendalikannya, maka aura yang ada pada diri kita akan beraura positif, dan ketika kita memiliki aura positif maka akan banyak juga orang yang yang mendekati kita. Begitupun dengan lingkungan pergaulan, pilihlah bergaul dengan orang-orang yang baik agar kita bisa melatih diri kita lewat pembelajaran mereka, karena mereka pasti membantu kita memberikan solusi disetiap masalah yang kita hadapi.

Umat sedharma yang berbahagia. Dari penjelasan tadi, dapat disimpulkan bahwa mengendalikan segala nafsu yang ada pada diri kita,memang melalui usaha diri kita sendiri. Tetapi kita tetap memerlukan bantuan dari orang lain untuk meluruskan jalan kita. Karena pada hakekatnya kita sebagai manusia memiliki kodrat sebagai makhluk sosial, yg artinya sepanjang kehidupan kita membutuhkan bantuan dari orang lain. Dan untuk membantu kita mengendalikan nafsu kita, tidak bisa sembarangan orang. Melainkan orang-orang yg memiliki sifat kebajikan.

Saudara-saudariku. Pada hakikatnya bagus rupa itu tidak akan pernah langgeng, begitupun dengan timbunan harta benda kekayaan pun tidaklah akan langgeng. Kekayaan yang kita punya akan tertinggal di rumah setelah kita meninggal dunia, kawan-kawan dan sanak keluarga pun hanya mengantarkan sampai kuburan, dan sesungguhnya hanya karma lah yang mengikuti jiwa kita sebagai bayangannya. Oleh karena itu, kita sebagai manusia harus selalu mengejar dharma, karena hanya dharma lah yang akan langgeng hingga seterusnya.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, jika ada kurang lebihnya saya sebagai manusia biasa sepatutnya memohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhirnya saya haturkan puja parama santi. Om Santih Santih Santih Om (semoga damai di hati di dunia dan damai selalu).

Sinta Prathiwiningsih


Fotografer: Istimewa

Hindu Lainnya Lihat Semua

I Gusti Agung Istri Purwati, S.Sos, M.Fil.H (Penyuluh Agama Hindu Kankemenag Badung, Bali)
Mengatasi Stres

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua

Khutbah Jumat
Keagungan Ramadan