Nasional

Goes Pelukis Muslim di Islam Expo London

London - (Pinmas) - Lukisan kaligrafinya dikoleksi tidak saja oleh mantan Presiden Soeharto, BJ Habibie, H Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri dan Susilo Bambang Yudoyono, tetapi juga pada para raja seperti Raja Fahd serta kedua putranya yaitu Putra Soultan dan Putra Abdullah dari Kerajaan Saudi Arabia. Bahkan lukisannya juga dikoleksi oleh kolektror internasional dari berbagai negara seperti Perancis, Jerman, Jepang, Kuwait, Tanzania, Australia, Singapura, Jordania dan Presiden Uzbhekistan.

Selain itu, karyanya terpampang pula di berbagai galeri seperti Art Asia Gallery di Utara Swiss dan University Collage London. Lukisan kaligrafi Goes Noeg juga dapat ditemui di Bank Islamic Development Jeddah, Kantor kabinet Mahathir Malaysia dan sampai ke Cape Town di Afrika Selatan. Agoes Noegroho, pria kelahiran Semarang yang dikenal dengan Gus Noeg, menyebut dirinya sebagai pelukis muslim yang terakhir menampilkan beberapa karyanya pada Islam Expo di Alexandra Palace, Wood Green, Utara London, selama tiga hari pada 6-9 Juli lalu. Islam Expo merupakan `event` terbesar di Eropa yang digelar untuk pertama kalinya itu didukung oleh Mayor of London Ken Livingstone. Di sana juga digelar seminar dan diskusi dengan menampilkan tokoh-tokoh Muslim dunia seperti Tariq Ramadan, Yvonne Ridley termasuk para tokoh muslim dari Indonesia seperti Marwah Daud Ibarahim, Din Syamsuddin, Azra Azyumardi. Ditemui di KBRI London sebelum sholat Jumat, Gus Noeg mengatakan bahwa lukisan kaligrafinya merupakan dzikrullah.

"Saya bersyukur bisa ikut berpartisipasi dalam Islam Expo yang diadakan di London yang sekaligus mempromosikan dialog dan saling pengertian," ujarnya, seraya menambahkan bahwa untuk itu ia harus menempuh jalan berliku-liku. "Akhirnya dengan pertolongan Allah sampai juga saya ke sini," ujar alumnus Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) 1984 yang hanya dapat membawa beberapa karya kaligrafinya untuk dipamerkan dan juga untuk dijual bagi yang berminat, bahkan satu buah lukisannya dipersembahkan untuk dilelang oleh salah satu yayasan sosial Islan di Inggris. Diakuinya bahwa keikutsertaannya berpameran dalam Islam Expo di London terjadi tiba-tiba. Waktu itu ia sedang mengikuti Indonesia Syariah Expo (ISE) di Jakarta Convention Centre pada awal Mei dan ada orang yang mengajaknya untuk ikut berpameran dalam Islam Expo. Terbayang persiapannya yang hanya bilangan hari itu, membuat Goes Noeg menyerahkan semua urusannya kepada Yang Maha Kuasa. Apabila memang ia harus pergi menyertai karya kaligrafinya maka ia minta agar semuanya dimudahkan. "Semua biaya harus saya tanggung sendiri, belum lagi harus urus visa ke kedutaan Inggris di Jakarta yang tidak mudah," ujar ayah dua putra dan dua putri ini. Bahkan mereka minta jaminan uang tabungan sebesar 60 juta rupiah. "Wah dari mana saya punya duit sebanyak itu," ujarnya, sembari menambahkan, untung ada yang mau membuatkan buku tabungan dan mengisi uang sebanyak yang diminta.

Setiap kata yang disampaikan oleh Goes Noeg penuh makna dan kedekatannya dengan Sang Pencipta terpancar. Dia pernah menciptakan logo untuk RCTI dan bahkan lukisan kaligrafinya menghias di seluruh kantor BTN Syariah se-Indonesia. Melukis di tanah Bercerita tentang masa kecil, Goes Noeg mengatakan bahwa waktu kecil ia senang melukis di atas tanah. "Pada saat teman-teman main bola, saya malah mengapling tanah untuk saya lukis dengan tangan," ujar anak ke enak dari 12 bersaudara. Masa kecil yang dihabiskannya di kota Semarang, dengan kulit sedikit putih ketimbang saudara dan juga mata sedikit sipit, jadilah ia menjadi bulan-bulanan karena mereka menyangka Goe Noeg orang China, ujar putra perwira ABRI. "Ayah saya pernah bertugas di tiga angkatan, dari angkatan darat, angkatan laut dan akhirnya di kepolisian sementara sang bunda sibuk di Palang Merah Indonesia," ujarnya. "Saya pun sering diejek "Chino ngaji," ujar Goes Noeg yang tidak mengaku salah satu murid Abah Anom ini.

Dengan pecahan genteng dan ranting, Goes Noeg kecil terus mengasah keterampilannya dalam melukis, meskipun halaman rumah orang tuanya yang cukup luas menjadi media baginya untuk menuangkan ide-idenya. "Ayah saya juga seorang pelukis dan ibu penari. "Saya sering tidur di pangkuan ayah, saat dia tengah melukis," kenang Goes Noeg. Untuk menyalurkan bakatnya, setamat SMA, Goes Noeg yang tidak merasa cocok masuk ASRI justru memilih untuk belajar di ITB. "Dulu saya suka karate dan waktu SMA saya memilih jurusan Pasti Alam dan bahkan saya juga sempat ikut tetsting AKABRI," katanya.

Setelah lulus ITB, Goes Noeg pun belum dapat menentukan jalan hidupnya. Ia malah bergabung di Bimantara dan juga pernah menjadi art director RCTI yang akhirnya menciptakan logo untuk stasiun televisi swasta itu. Bosan berkelana akhirnya dengan bulat Goes Noeg memantapkan dirinya sebagai pelukis kaligrafi dan menyebut dirinya sebagai pelukis muslim. Sejak saat itu pameran demi pameran diikutinya mulai pameran di Semarang, Bandung, Jakarta sampai ke beberapa negara seperti di kedutaan besar Indonesia di Riyad, Jedah, Madinah, Singapura dan pameran bersama di Marseille Perancis serta di Swiss. Karyanya juga menghias berbagai perkantoran.

Kini selain mengajar di Lembaga Kaligrafi Indonesia sebagai dosen tamu, Goes Noeg sehari-harinya bergulat dengan karya-karya kaligrafi di studio dan mengikuti pameran dari pameran dan memantapkan diri sebagai pelukis muslim. Karya-karya Goes Noeg selalu bertema dan merujuk kepada Keesaan Allah. The Servant`s Remembrance of Allah adalah tema kaligrafinya pada Islam Expo yang pertama digelar di London..(Ant/Myd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua