Nasional

Dorong Akselerasi RB Kemenag, Menkeu Sampaikan Enam Pelajaran Dari RB

Menkeu Sri Mulyani menyampaikan paparan pada Rakor RB Kemenag 2017 di Jakarta. (foto:danil).

Menkeu Sri Mulyani menyampaikan paparan pada Rakor RB Kemenag 2017 di Jakarta. (foto:danil).

Jakarta (Kemenag) - Reformasi juga harus punya jiwa, jika reformasi tidak memiliki ruhnya, maka dia sama seperti kita meminjam saja suatu contoh organisasi lain tapi sebetulnya tidak betul-betul menggerakkan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mendorong Kementerian Agama agar dalam upaya mengakselerasi reformasi birokrasinya agar dicari apa ruh dari perubahan Kementerian Agama.

"Salah satu tugas Kemenag dalam mendidik generasi muda dengan kualitas yang baik melalui anggaran pendidikan yang mencapai angka 20% dari APBN yang penyalurannya melalui Kemenag. Saya menyadari tugas berat Kemenag dalam membangun generasi bangsa melalui pendidikan," demikian disampaikan Sri Mulyani saat tampil menjadi narasumber dalam Rapat Koordinasi Reformasi Birokrasi (RB) 2017 yang dihelat Kementerian Agama, Selasa (11/04) malam.

Menkeu menguraikan beberapa pelajaran yang diperoleh dari reformasi, pertama, komitmen. Menurutnya, komitmen harus datang dari seluruh tim tidak hanya dari menteri semata.

"Komitmen datang tidak hanya dari menterinya, tetapi juga dari tim secara keseluruhan," ujarnya.

Kedua, harus ada dedicated team, yang betul-betul mengorganized perubahan itu, karena menurutnya perubahan tidaklah berjalan sendiri melainkan harus direncanakan, dijalankan secara disiplin.

Ketiga, reformasi itu abstrak, karena abstrak dan sulit diukur oleh karenannya perlu adanya qucik wins. Kita harus bisa mencari apa yang dapat dicapai dengan cepat agar dapat mengetahui apakah kita bisa melakukan perubahan.

Keempat, selalu melibatkan stake holder dalam proses perubahan dengan cara menanyakan pendapat mereka mengenai proses reformasi yang telah kita kerjakan.

Ia juga menekankan agar suatu institusi harus dapat mengukur outcomes dari apa yang telah dikerjakan.

"Hal yang sering kali sulit dilakukan dalam proses reformasi adalah mengubah kultur organisasi," ucapnya.

Keenam, adalah konsistensi, keserasian dan harmonisasi antara tujuan, arah dan segala faktor yang terlibat dalam proses reformasi tersebut. (didah/dm/dm).

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua