Kristen

Bersukacita dalam Tuhan

Pdt. Ir. Lana Harumia T, M.Th (Ketua Sinode Gereja Keluarga Tabernakel)

Pdt. Ir. Lana Harumia T, M.Th (Ketua Sinode Gereja Keluarga Tabernakel)

Saudara di masa penyakit sampar, yaitu Covid-19 seperti sekarang ini yang melanda dunia, kita tahu bahwa banyak orang meninggal. Sehingga, kita kembali disadarkan bahwa hidup manusia itu memang singkat. Kajian pekan ini terambil dari Ayub 14:1-2 yang berbunyi sebagai berikut:

Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan.

Ini adalah gambaran umur manusia, umurnya singkat dan penuh kegelisahan terutama di masa pandemi seperti ini. Selain itu dikatakan bahwa hidup manusia itu seperti bayang-bayang. Bayang-bayang itu ada hanya ketika matahari terbit. Jadi ketika matahari terbit maka muncullah bayang-bayang itu. Ketika matahari beranjak terbenam maka hilanglah bayang-bayang itu. Sesingkat itu gambaran kehidupan manusia.

Saya memiliki group whatsapp pertemanan, di mana kami berteman sejak TK, SD, SMP, SMA. Di dalam group whatsapp ini, kami merasakan bahwa waktu berlalu begitu cepat. Kami masih mengingat momen-momen khusus ketika TK wali kelasnya siapa, SD wali kelasnya siapa, karena kami berasal dari satu sekolah dan hanya berpisah di pembagian kelas, yaitu kelas A dan kelas B jadi tidak banyak muridnya. Lalu kami juga masih ingat dengan peristiwa-peristiwa di SMP yang lucu atau peristiwa di SMA dan sekarang ingatan-ingatan itu masih sangat segar. Lalu kami berpikir bahwa kami adalah generasi baby boomer, tentu saudara dapat menebak umurnya 50 tahun ke atas. Jadi bagi kami kondisi ketika kami masih kecil rasanya masih teringat jelas. Inilah yang membuktikan bahwa waktu itu berjalan sangat cepat. Kami selalu berkata satu dengan lainnya, rasanya waktu itu cepat sekali berlalu. Pantaslah kalau sebentar lagi kami sudah tidak ada lagi.

Covid-19 membuat kehidupan ini banyak masalah. Ada yang kehilangan teman atau saudara yang dikasihi, ada yang kehilangan pekerjaan, kehilangan pelanggan, dan kehilangan kesehatan. Banyak sekali apa yang kita rasakan bisa menjadi hal yang mengecewakan dan mendatangkan kesedihan. Ada juga yang mungkin kehilangan uang karena mengikuti sistem keuangan baru di masa pandemi ini. Sehingga, semua itu mendatangkan kesesakan dan kesedihan hati.

Melalui tulisan ini, saya mau mengajak kita semua sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, orang-orang yang berstatus sebagai anak-anak Allah, untuk tidak tinggal terus di dalam kesedihan dan kekecewaan, untuk tidak terus menerus dalam kesesakan ini. Jangan sampai kita hanya terfokus pada bagian-bagian yang sulit, karena satu perintah Tuhan yang meemerintahkan setiap anak-anak Tuhan untuk bersukacita.

Kita sudah lama tahu bahwa hidup kita ini memang singkat karena itu mari kita ikuti Firman Tuhan ini dari Filipi 4:4-5 yang berbunyi sebagai berikut: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!”

Perintah bersukacita ini ditulis oleh Rasul Paulus bukan tanpa alasan. Bagi kita yang mengalami kesusahan, rasanya gampang sekali berbicara bersukacita. Seringkali kita menggerutu kepada orang lain karena orang itu tidak merasakan seperti apa penderitaan yang kita rasakan. Tetapi Rasul Paulus menulis dalam Filipi 3:13-14 yang berbunyi sebagai berikut:

“Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”

Di ayat 14, Paulus menyatakan tujuan hidupnya, yaitu memusatkan pikiran agar ia tidak gagal dalam mencapai kesatuan dengan Yesus Kristus kelak. Paulus telah memutuskan dengan kasih karunia Allah, seluruh kehidupannya akan berpusat dan tekadnya akan maju terus di dalam Kristus. Sehingga, satu hari dia akan berhadapan muka dengan muka dengan Tuhan kita. Untuk itu rasul Paulus melupakan apa yang ada di belakangnya dan mengarahkan diri kepada apa yang ada di hadapannya.

Kita tahu bahwa sebelumnya Rasul Paulus dalam kehidupannya, pekerjaannya adalah membunuh orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Tentu di awal-awal pelayannya banyak orang yang tidak percaya akan pertobatan dan selalu membandingkan dengan kehidupan lama Rasul Paulus. Tetapi, Rasul Paulus mau melupakan apa yang telah di belakannya.

Saya pikir sebagai orang yang percaya kita harus mencoba tips dari Rasul Paulus ini. Kita harus melupakan kejadian-kejadian yang sudah berlalu, khususnya hal-hal yang mengecewakan kita dan membuat kita sedih. Tentunya semua tidak mudah, tetapi kita harus mengusahakan, harus dengan aktif dan tekad yang kuat. Kita meminta kepada Tuhan untuk dimampukan melupakan hal-hal yang buruk itu dan Roh Kudus akan menolong. Sebab, tugas Roh Kudus adalah sebagai penolong dan penghibur. Tuhan Yesus telah lebih dulu melakukan hal ini. Tuhan Yesus melupakan semua dosa yang sudah kita perbuat. Karena itu kita bisa meminta pertolongan Roh Kudus untuk dapat melakukan hal ini ya.

Saudara ada satu ilustrasi yang sangat baik yang menceritakan bagaimana seseorang masih mengingat masa-masa buruk yang lalu, lalu orang itu berubah setelah melupakan hal-hal yang ada di belakangnya ya.

Ada sebuah foto yang menunjukkan seorang anak perempuan berjalan telanjang. Dia bernama Kim Phuc Phan Thi. Foto itu diambil pada tahun 1972. Ketika Kim berumur 9 tahun, ketika ia sedang bermain di luar rumah, tiba-tiba pesawat Amerika terbang lalu menjatuhkan bom. Sekonyong-konyong seluruh pakaiannya terbakar dan punggungnya juga terbakar. Pada foto itu, ia seperti halnya orang-orang lainnya, berlari menjauhi bom sambal menangis. Kim bersaksi setelah kejadian itu, ia harus menjalani 17 kali operasi dan setiap hari ia harus menanggung rasa sakit yang luar biasa, akibat luka bakar yang dideritanya. Selain tidak bisa hilang, ia juga tidak memiliki pori-pori sehingga tidak bisa berkeringat dan itu membuat ia lemah.

Di tahun 1982, sepuluh tahun kemudian, ia merasa harus bunuh diri. Dia berpikir kalau ia bunuh diri maka penderitaannya selesai. Dia merasa jika bunuh diri maka penderitaannya akan selesai. Dia diliputi kekecewaan mengapa harus dia yang mengalami penderitaan ini? Ia menyimpan kekesalan kepada pilot, kepada komandan, kepada penguasa yang menyebabkan kondisi tubuhnya seperti ini. Tetapi ia menemukan Kitab Perjanjian Baru di sebuah perpustakaan di Saigon dan pada akhir Desember 1982. Dia menjadi pengikut Kristus.

Sejak itu Roh Kudus, imannya membuat dia mampu memberi pengampunan kepada orang yang menyakitinya. Dia melepaskan pengampunan itu dan melupakan apa yang ada di belakangnya. Sehingga, hatinya penuh dengan sukacita. Ia tidak marah lagi kepada musuh-musuhnya. Ia bisa mendoakan orang-orang yang ia benci. Ia mengerjakan segala sesuatu yang berhubungan dengan kemanusiaan. Bahkan, ia menolong anak-anak yang mengalami trauma perang. Dia mendirikan sekolah. Dia mendirikan panti asuhan dan rumah sakit. Dulu sebelum mengenal Tuhan dia sangat benci sekali melihat fotonya itu, tetapi sekarang foto itu dia tunjukkan untuk menjadi satu kesaksian di mana dia kuat di dalam Tuhan.

Kita bisa melihat, begitu besar perbedaan yang terjadi begitu orang berdamai dengan dirinya karena imannya kepada Tuhan Yesus lalu melupakan apa yang ada di belakangnya. Dari imannya kepada Tuhan Yesus, Roh Kudus bekerja atas hidupnya. Roh Kudus memampukan dirinya melupakan hal-hal yang menyakitkan di masa yang lalu. Semua itu menjadi sebuah cerita sejarah di masa lalu yang Tuhan ijinkan terjadi atas dirinya dan dia bisa menjadi berkat dan melakukan kebaikan. Hatinya bersukacita dan dia bisa melakukan kebaikan.

Bagaimana dengan kita? Saudara yang kehilangan kerabat akibat kehilangan orang yang dikasihi, bukankah bagi kita anak-anak Tuhan kita akan dipertemukan lagi kelak di surga. Sebab, Firman Tuhan dari 1 Tesalonika 4:14 berbunyi sebagai berikut:

“Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.”

Bagi saudara yang kehilangan pekerjaan, kehilangan pelanggan, kehilangan uang, bukankah saudara sampai saat ini masih dipelihara oleh Tuhan? Hal itu terjadi karena Tuhan yang membuka pintu bagi saudara. Wahyu 3:8 berbunyi sebagai berikut:

“Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorang pun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.”

Maka biarlah ayat ini menjadi sumber kekuatan bagi kita sehingga kita yakin bahwa Tuhan akan memberi jalan keluar. Puji Tuhan minggu lalu kita sudah merayakan paskah, merayakan hari kebangkitan Tuhan Yesus membuat kita memiliki status anak Allah. Kita menjadi keluarga kerajaan Sorga dan kita mendapat Roh Kudus-Nya sehingga kita mempunyai kekuatan untuk melupakan kebahagiaan-kebahagiaan orang yang kita tinggalkan. Kita bisa melupakan itu dan mengisinya dengan peristiwa-peristiwa yang ada dengan orang-orang di sekeliling kita sekarang.

Kita bisa membuat orang-orang yang di sekeliling kita berbahagia juga. Kita juga bisa menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita. Prestasi-prestasi yang pernah kita capai sebelum pandemi bisa kita lupakan dan kita ganti dengan kemampuan apa yang Tuhan beri pada saat ini.

Mari kita kembangkan kemampuan itu, bahkan kita bisa mengajak orang-orang lain juga untuk bergabung bersama mengembangkan satu kemampuan, lalu kita memiliki satu ide-ide baru untuk mencari uang. Kemudian usaha yang booming sebelum pandemi ini bisa kita lupakan. Kita bisa mengucap syukur dengan pelanggan-pelanggan yang masih ada saat ini dan dengan tambahan pelanggan-pelanggan baru, kita pikirkan bagaimana cara meningkatkan pelanggan dalam kehidupan bisnis kita.

Mari berjuang bersama Yesus untuk melupakan hal-hal yang ada di belakang kita dengan demikian tidak ada lagi kebencian, tidak ada lagi kemarahan. Di hati kita hanya ada sukacita dan kita bisa menolong orang lain. Kita bisa melakukan kebaikan sehingga kita bisa menjadi saksi Allah dengan hidup penuh sukacita dan melakukan kebaikan sehingga orang banyak tahu bahwa Tuhan kita itu baik. Amin.

Pdt. Ir. Lana Harumia T, M.Th (Ketua Sinode Gereja Keluarga Tabernakel)


Fotografer: Istimewa

Kristen Lainnya Lihat Semua

Pdt. Dr. Andreas Agus (Rohaniwan Kristen)
Layak Dipercaya

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua