Internasional

Berhalangan Hadir di Belanda, Menag Tetap Dukung Konferensi Internasional Islam Nusantara

Video sambutan Menag Lukman diputar pada pembukaan Konferensi Internasional Islam Nusantara di Belanda. (foto: hr)

Video sambutan Menag Lukman diputar pada pembukaan Konferensi Internasional Islam Nusantara di Belanda. (foto: hr)

Belanda (Kemenag) --- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mendukung penyelenggaraan Konferensi Internasional Islam Nusantara. Konferensi ini digelar Pengurus Cabang Internasional Nahdlatul Ulama (PCI NU) Belanda bekerjasama dengan Kementerian Agama di Vrije Universiteit, Amsterdam Belanda.

Acara yang dibuka pada Senin (27/03) pagi ini, dihadiri tidak kurang dari 300 peserta. Mereka adalah para akademisi studi Islam dan Indonesia dari sejumlah universitas di Belanda, Belgia, Jerman, Italia, Libanon, Saudi Arabia, dan Malaysia. Selain itu, ada juga para mahasiswa dan diplomat Indonesia dari sejumlah negara Eropa.

Tampak hadir juga sejumlah Duta Besar, antara lain: Husnan Bey Fanani (Azerbaijan), Agus Maftuh Abigebriel (Saudi Arabia), dan Safira Mahrusah (Aljazair). Konferensi bertajuk "The 1st Biennial International Conference on Moderat Islam In Indonesia" ini mengangkat tema "Rethinking Indonesia’s Islam Nusantara: From Local Relevance ti Global Significance".

Menag Lukman sedianya akan hadir untuk memberikan sambutan langsung pada konferensi internasional tersebut. Namun, karena ada tugas di Tanah Air yang tidak bisa ditinggalkan, Menag batal berangkat ke Negeri Kincir Angin.

Meski demikian, melalui video rekaman yang diputar pada cara pembukaan, Menag menyampaikan apresiasi atas inisiatif PCI NU Belanda mengadakan konferensi internasional Islam Nusantara. "Tujuan dan makna konferensi ini sangat penting khususnya bagi Pemeirntah Indonesia dalam rangka mensosialisasikan nilai-nilai keislaman yang berkembang di Tanah Air," ujarnya.

Menurut Menag, Islam Nusantara adalah implementasi dari penerapan nilai-nilai Islam yang berkembang di Nusantara dan karenanya memiliki kekhasannya tersendiri. Adalah benar bahwa nilai Islam ada yang bersifat tetap dan tidak berubah. Namun, ada yang sangat kontekstual sesuai situasi, kondisi, dan lingkungan strategis yang ada sehingga boleh jadi berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat lainnya.

"Kekhasan yang bisa menjadi cermatan kita bersama adalah bagaimana Islam bisa hidup di tengah kemajemukan dan keragaman. Itulah kenapa para pendahulu kita begitu arifnya tetap menjaga tradisi yang berkembang di nusantara ini, lalu mengisi tradisi itu dengan substansi dan esensi nilai-nilai Islam," terangnya.

Menag berharap, sebagai salah satu model penerapan nilai-nilai Islam dalam ikut membangun peradaban dunia, Islam yang berkembang di Indonesia dapat memberikan kontribusi, sumbangsih dalam menata kehidupan bersama.

"Marilah kita promosikan Islam nusantara dan menyampaikannya dengan penuh kerendahhatian, tidak merasa paling benar sendiri, tidak jumawa, serta penuh empati. Sehingga kita bisa merangkul semua pihak, mengayomi berbagai kalangan yang ada," pesannya

"Begitulah para ulama kita terdahulu, walisongo menebarkan, memasyarakatkan nilai nilai Islam ke berbagai pelosok di nusantara dan seluruh penjuru dunia," imbuhnya.

Konferensi ini akan berlangsung hingga 29 Maret mendatang. Sejumlah narasumber yang hadir antara lain: Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin, Staf Khusus Menteri Agama Hadi Rahman, Intelektual NU Ahmad Baso, dan Indonesianis yang juga Guru Besar Utrecht University Karel Steenbrink.

"Mudah-mudahan konferensi internasional ini menghasilkan rumusan kesepakatan yang semakin memperkaya kita dan meningkatkan kualitas keberagamaan kita di masa-masa mendatang," harap Menag. (adib/mkd/mkd)

Internasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua