Opini

Asa Guru di HGN 2021

Jusnaini Hasni

Jusnaini Hasni

Peringatan Hari guru nasional (HGN) 2021 dilakukan secara sederhana di berbagai tempat dan daerah pada Kamis, 25 November, meski lebih meriah dari tahun sebelumnya. Ucapan selamat ulang tahun guru pun membanjiri jagad media sosial.

Tahun ini Kemenag mengangkat tema Hari Guru Nasional "Guru Peduli, Cerdaskan Anak Negeri". Tema ini memiliki makna dan pesan untuk para guru agar terus mengabdi dengan menggunakan hati "ikhlas" dalam mendidik anak negeri.

Untuk saat ini, mau tidak mau, suka atau tidak, guru dituntut untuk mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, kemajuan teknologi dan pandemi. Guru juga dituntut untuk mampu menguasai teknik dan inovasi lainnya dalam mentransfer ilmu untuk murid-murid zaman now yang hidup di era digital, sehingga peningkatan SDM guru menjadi satu keharusan.

Menjadi guru hari ini tentu berbeda dari sebelumnya. Untuk itu, guru harus mampu mengedepankan manajemen rasa dalam mendidik atau mengajar, serta mampu menguasai dan menjalani peraturan yang telah ditetapkan.

Guru merupakan sosok yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru tidak hanya ASN yang mengajar di sekolah atau madrasah formal semata. Lebih dari itu, guru sangat banyak, baik guru di dayah, balee beut, dan semua mereka yang telah berdedikasi untuk mendidik anak negeri. Artinya, mereka yang telah mendidik baik di lembaga formal maupun non formal.

Menjadi guru bukanlah hal mudah. Kiprahnya sangatlah besar untuk kemajuan bangsa. Bahkan, kesuksesan seseorang tak luput dari sentuhan tangan mereka yang mendidik dan mengajar sehingga terbuka langkah menuju masa depan.

Guru bukanlah malaikat. Mereka manusia biasa, tapi guru mengambil peran luar biasa dalam pengabdian. Tugas mereka sangat berat. Guru tak hanya mendidik kita menjadi seperti sekarang ini, menggapai cita-cita dan ada di berbagai profesi. Tapi mereka juga mendidik anak-anak kita, yang semestinya menjadi tugas dan kewajiban kita.

Momen peringatan HGN ini jangan hanya seremonial dan ucapan indah saja, tapi menjadi kado indah untuk para guru. Mereka berhak mendapatkan apresiasi lebih layak lagi di negeri ini.

Selain itu, momen ini juga harus mampu menjadi ajang muhasabah untuk para guru agar lebih peduli dan menggunakan hati dalam memajukan pendidikan anak negeri.

Tugas Berat Guru

Pandemi Covid-19 telah mengajarkan kita tentang tugas berat guru dalam mendidik anak-anak. Saat anak-anak belajar dari rumah, orang tua dituntut menjadi guru. Artinya peran madrasah/sekolah dikembalikan kepada orang tua masing-masing. Berbagai reaksi dan tanggapan masyarakat terhadap kebijakan itu, bahkan kebanyakan orang tua menginginkan cepat-cepat anaknya bisa sekolah kembali.

Beberapa hari saja terasa sangat berat, muncul rasa tidak sabar dalam mengajar dan malah terkadang membiarkan sang anak larut dengan gadget. Padahal pendidikan anak itu adalah tanggung jawab orang tua, menjadikannya kelak sebagai generasi yang kuat.

Peran itu selama ini dibantu oleh sang guru di madrasah/sekolah/ dayah atau lembaga pendidikan lainnya. Mereka mengambil peran kita dalam mendidik anak-anak kita. Bukan berarti tanggung jawab kita lepas, mereka para guru hanya membantu. Mereka sabar atas segala tingkah laku anak kita bertahun tahun.

Padahal orang tua merupakan sekolah pertama bagi anak-anaknya. Tapi dengan memasukkan anak ke lembaga pendidikan, secara tidak langsung, kita telah meminta bantuan kepada guru untuk mendidik anak kita.

Jika mereka bersalah atau ada metode yang diterapkan tidak cocok dengan prinsip kita dalam mendidik anak, jangan kasari mereka, jangan hujat mereka apalagi harus berurusan dengan pihak hukum.

Tapi, sampaikan dengan cara terbaik untuk perbaikan, apalagi mungkin ada di antara mereka yang lalai akan tugas mulia itu. Kalaupun ada kesalahan dan kekurangan selesaikan dengan baik baik.

Sewajarnya saja saat mereka salah atau khilaf kita tak langsung murka ke mereka, tahan sejenak emosi itu atas 1000 kebaikan yang telah mereka lakukan untuk anak anak kita, karena guru juga manusia seperti kita yang tentu ada salah. Apalagi di zaman seperti ini, kita yang semakin acuh, kalau bukan mereka siapa lagi yang akan peduli dan mendidik anak anak kita.

Berbagai kekurangan, hambatan dan rintangan telah dijalani oleh para guru dalam pengabdian untuk memajukan pendidikan anak anak kita, tak mereka keluhkan saat kondisi pahit, maka sewajarnya kalau tak bisa membantu jangan hina apalagi menyakiti mereka.

Semestinya sebagai orang tua/wali anak yang di didik oleh tangan tangan dingin mereka menjadi benteng terdepan untuk peduli kepada guru, membela mereka, berbisik kepada pemangku kepentingan akan kesejahteraan mereka, bukan malah cacian dan tangan melayang ke mereka.

Maka, berterima kasihlah kepada guru yang telah membantu mengajar dan mendidik anak-anak kita, jasa mereka jangan diukur dengan rupiah, dan semoga semua para guru mendapatkan kesejahteraan.

Terima kasih untuk semua orang yang pernah mendidik kita walau itu satu kebaikan. Terima kasih untuk para guru yang telah bersabar dalam mendidik dan mengajarkan kita mulai dari cara membaca dan menulis, cara membaca kitab suci Alquran, mengenal huruf hijaiyah, berjuang dengan susah payah memahamkan kami matematika, mengajarkan kami tauhid yang benar, ilmu agama dan ilmu ilmu lainnya. Semoga menjadi amal jariyah. Amin.

Jusnaini Hasni, S.Pd.I. M. Ed (Alumni Pascasarjana IIUM Malaysia, Guru MA Dayah Insan Qurani Aceh Besar)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Opini Lainnya Lihat Semua

M. Fuad Nasar (mantan Sesditjen Bimas Islam. Saat ini Kepala Biro AUPK UIN Imam Bonjol Padang)
Imsak Setelah Puasa

Keislaman Lainnya Lihat Semua