Opini

Ramadan dan Dakwah Transformatif

Ahmad Zayadi (Direktur Penerangan Agama Islam)

Ahmad Zayadi (Direktur Penerangan Agama Islam)

Dakwah dalam Islam pada umumnya merupakan upaya untuk menyampaikan ajaran Islam dan mengajak orang lain untuk memahami dan mengamalkannya. Dalam bulan Ramadan, dakwah menjadi sangat penting karena banyak orang yang lebih terbuka untuk menerima pesan-pesan agama.

Para juru dakwah dalam praktiknya selama ini cenderung lebih dominan untuk mengingatkan urusan ibadah dan akhirat. Hanya saja, masih sedikit praktik dakwah yang difungsikan sebagai sarana mendorong “transformasi” untuk membawa perubahan sosial yang positif dalam masyarakat.

Dakwah perubahan sosial di bulan Ramadan adalah sebuah upaya untuk mempromosikan nilai-nilai Islam dan membawa perubahan sosial yang positif melalui aksi konkret selama bulan suci ini. Dakwah model demikian kemudian kita dapat menyebutnya sebagai dakwah transformatif atau al-da’wah al-tahwiliyah (الدعوة التحويلية).

Dakwah transformatif memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat. Karena itu, para juru dakwah di bulan Ramadan ketika mengisi momen seperti kultum, ceramah, kajian majelis taklim, pengajian kitab, dapat menggunakan pendekatan transformatif untuk menginspirasi, memotivasi, dan menekankan aktualisasi ajaran Islam dalam upaya mendorong adanya aksi perubahan di berbagai aspek kehidupan.

Transformasi dakwah merujuk pada perubahan orientasi dan fokus dakwah dari hanya mengejar kepentingan keagamaan ke arah yang lebih luas dan holistik, yang mencakup dimensi sosial, ekonomi, budaya, politik, teknologi, kesehatan, dan seterusnya. Transformasi ini bisa aplikasi melalui dakwah secara lisan (da’wah bi al-lisān), dakwah tertulis (da’wah bi al-qalam), dan dakwah dengan perbuatan atau tindakan (da’wah bi al-ḥāl).

Tujuan transformasi orientasi dakwah juga dilakukan dengan memperluas cakupan dakwah dan menekankan pentingnya ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya dalam praktik keagamaan. Orientasi tersebut kemudian mendorong aktivitas dakwah untuk memberikan perhatian dan solusi atas isu-isu masalah kekinian yang dekat dengan denyut nadi masyarakat, seperti kemiskinan, ketidakadilan, kebodohan, stunting, marginalisasi, dan lain-lain.

Jadi, karakter utama dakwah transformatif, yaitu dari materi aspek ubudiyah-ukhrawi (ritual ibadah dan akhirat) menuju aspek sosial, keberpihakan pada kaum lemah (mustad’afin), dan responsif terhadap perubahan di berbagai bidang kehidupan.

Nabi dan Transformasi Sosial
Nabi Muhammad merupakan sumber inspirasi dari misi dakwah transformatif. Nabi menjadi sosok ‘transformator’ yang memiliki peran penting dalam melakukan transformasi sosial di masa lalu. Ketika Nabi memulai dakwahnya pada abad ke-7 di Mekah, masyarakat Arab saat itu mengalami berbagai permasalahan sosial seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan ketidakmerataan dalam masyarakat.

Melalui dakwahnya, Nabi Muhammad mengajarkan nilai-nilai Islam yang membawa perubahan sosial yang signifikan pada masa itu. Salah satu contohnya adalah penghapusan praktik-praktik diskriminatif seperti perbudakan dan perlakuan buruk terhadap perempuan. Nabi juga mengajarkan konsep-konsep seperti kesetaraan, keadilan, keseimbangan, memperjuangkan hak-hak kaum lemah dan terpinggirkan dalam masyarakat, serta mengajarkan tentang pentingnya saling tolong menolong dan berbagi dengan sesama.

Selain itu, Nabi Muhammad juga membangun masyarakat yang inklusif dan berkeadilan. Ia menyatukan berbagai suku dan etnis yang ada di Mekah dan Madinah, serta memperjuangkan hak-hak mereka secara merata. Ia juga mengajarkan tentang pentingnya saling menghormati dan memperlakukan sesama dengan baik, tanpa memandang latar belakang sosial atau etnis.

Tantangan Juru Dakwah
Bulan Ramadan dapat menjadi momentum emas untuk proses penguatan peran dakwah sebagai fungsi transformasi. Apalagi para juru dakwah (dai, ustad, mubalig, kiai, dll) memainkan peran penting dan posisi strategis untuk menjadi katalisator dan motivator bagi para jamaahnya di berbagai bentuk acara selama bulan Ramadan.

Dalam konteks ini, berikut ini ada beberapa tantangan dalam bidang kehidupan riil di masyarakat yang harus menjadi konsentrasi praktik-praktik dakwah transformatif.

Pertama, dakwah pendidikan. Para dai dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan taraf pendidikannya, agar tidak putus sekolah dan melanjutkan studi hingga bangku kuliah. Dakwah ini juga untuk mengembangkan program-program pendidikan yang holistik dan terintegrasi, sehingga dapat membantu masyarakat dalam memperoleh pendidikan yang berkualitas dan terjangkau.

Kedua, dakwah sosial. Dakwah ini dilakukan untuk membantu masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah sosial, seperti kemiskinan, kejahatan, pengangguran, kenakalan remaja, konflik SARA, pelecehan seksual. Para dai dapat menyampaikan tentang pencegahan dini, menguraikan akar masalah, bahkan terlibat dalam pengembangan program-program sosial, sehingga mampu mandiri dalam mengatasi masalah sosial.

Ketiga, dakwah politik. Maksud dakwah ini bukan berarti para dai terlibat politik praktis dengan partai tertentu atau menjadi juru kampanye kandidat tertentu. Akan tetapi, juru dakwah dapat membantu masyarakat dalam memperoleh hak-hak politiknya dan pentingnya berperan aktif dalam proses demokrasi. Termasuk juga politik dalam arti politik kebangsaan tentang arti penting Pancasila, kebhinekaan, persatuan dan kesatuan bangsa.

Keempat, dakwah lingkungan. Orientasi dakwah ini dilakukan untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya menjaga lingkungan hidup. Para dai dapat mengembangkan program-program yang membantu masyarakat dalam mengatasi isu-isu lingkungan, seperti pemanasan global, polusi, pencemaran, sampah.

Kelima, dakwah ekonomi. Tujuan dakwah ini dilakukan untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan perekonomian dan kemandirian. Para dai juga dapat memberikan informasi, inspirasi, tips, dan pendampingan program-program ekonomi yang membantu masyarakat dalam memperoleh peluang usaha. Melalui langkah tersebut, misi dakwah mampu mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran.

Keenam, dakwah kebudayaan. Maksud dakwah ini berfokus pada upaya untuk mengenalkan nilai-nilai Islam dalam budaya yang sudah ada, sehingga nilai-nilai budaya tersebut dapat diintegrasikan dengan ajaran Islam. Metode dakwah budaya dapat berupa seni, musik, tarian, pakaian, adat istiadat, dan sebagainya. Selain itu, dakwah budaya juga dapat membantu memperkuat kebersamaan dan persatuan antara umat Muslim dan masyarakat yang berbeda budaya.

Ketujuh, dakwah teknologi. Dakwah ini dilakukan untuk membantu masyarakat dalam memanfaatkan teknologi untuk kepentingan kebaikan. Para dai dapat memberikan contoh melalui pemanfaatan media digital berbasis internet seperti aplikasi dan media sosial sebagai sarana dakwah era modern. Misi dakwah teknologi ini juga mendorong masyarakat mengembangkan program-program teknologi yang dapat meningkatkan kualitas hidup, seperti program-program teknologi informasi, kesehatan, dan keamanan.

Kedelapan, dakwah kesehatan. Dakwah ini sebagai upaya untuk menyebarkan ajaran Islam dengan cara mempromosikan kesehatan secara fisik, mental, dan spiritual. Tujuan utama dari dakwah kesehatan adalah untuk membantu umat Muslim memahami bahwa menjaga kesehatan adalah bagian penting dari menjalankan ajaran Islam.

Metode dakwah kesehatan dapat berupa ceramah, seminar, workshop, dan program-program lainnya yang terstruktur. Selain itu, dakwah kesehatan juga dapat membantu memerangi penyakit-penyakit yang sering terkait dengan gaya hidup tidak sehat, seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan sebagainya.

Itulah beberapa macam dakwah transformatif yang dapat dilakukan untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat. Pilihan dakwah yang tepat tentu harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat yang dihadapi.

Melalui antusiasme umat di bulan Ramadan, aktivitas dakwah oleh dai diharapkan memiliki fungsi ganda, yakni melakukan aktivitas penyebaran materi keagamaan dan melakukan pendampingan untuk problem kemanusiaan.

Ahmad Zayadi (Direktur Penerangan Agama Islam)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Opini Lainnya Lihat Semua

Keislaman Lainnya Lihat Semua

Ruchman Basori (Inspektur Wilayah II, Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI)
Puasa Birokrat