Opini

Memaknai Arafah, Meneladani Siti Hawa 

Naif Adnan (Penyuluh Agama Islam KUA Pesanggrahan Jakarta Selatan)

Naif Adnan (Penyuluh Agama Islam KUA Pesanggrahan Jakarta Selatan)

Hari ini 8 Zulhijah 1444 H bertepatan dengan 26 Juni 2023 dua ratusan ribu jemaah haji Indonesia akan diberangkatkan menuju sebuah padang pasir yang sangat luas bernama Arafah guna melaksanakan wukuf sebagai rangkaian rukun haji. Menurut Ketua PPIH Arab Saudi sebanyak 209.782 jemaah Haji Indonesia sudah tiba di Mekkah tahun ini. Pemerintah Arab Saudi sudah menetapkan 1 Zulhijjah 1444 H bertepatan dengan 19 Juni 2023, maka wukuf di Arafah 9 Zulhijjah 1444 H bertepatan dengan 27 Juni 2023.

Padang Arafah adalah sebuah padang pasir dengan luas 12 juta meter persegi sehingga bisa menampung 2,5 juta jemaah haji dari seluruh dunia. Arafah terletak di sebelah tenggara Kota Mekkah dengan jarak kurang lebih 25 kilometer. Dahulu kawasan ini sangat gersang, kemudian menjadi hijau sejak ditanami pepohonan. Ketika Soekarno menunaikan ibadah haji pada tahun 1955 beliau merasakan betapa tandusnya Arafah. Beliau kemudian mengusulkan kepada Raja Arab Saudi pada saat itu yaitu Saud bin Abdulaziz Al Saud agar menanami pohon di sekitar Arafah, tidak hanya mengusulkan tetapi Soekarno juga kemudian mengirimkan ribuan bibit pohon agar ditanam di Arafah.

Arafah menurut Quraish Shihab dalam buku Haji dan Umrah bermakna mengenal atau mengakui, karena di padang Arafalah manusia seharusnya mengenal eksistensi dirinya dan mengakui dosa dan kesalahan-kesalahannya. Definisi lain menyatakan bahwa Arafah bermakna mengetahui, manusia mengetahui tentang dirinya sendiri dan arti kehadirannya di bumi. Di Arafah ada sebuah bukit bernama Jabal Rahmah, di tempat itulah konon Nabi Adam dan Siti Hawa bertemu setelah diturunkan ke bumi, terpisah jarak yang jauh dan waktu sekitar 200 tahun lamanya. Ada riwayat mengatakan Nabi Adam diturunkan di India dan Siti Hawa di Jeddah.

Di Arafah lah kemudian Nabi Adam dan Siti Hawa bertemu dan menyesali dosa yang mereka telah lakukan berdua dan kemudian doa mereka diabadikan dalam Surah Al-A’raf ayat 23. Ayat ini menyatakan bahwa bukan saja Siti Hawa yang tergoda dengan tipuan setan tetapi juga Nabi Adam tertipu. Dari Nabi Adam dan Siti Hawa lah lahir nenek moyang manusia hingga saat ini. Siti Hawa adalah profil perempuan salihah yang senantiasa menemani Nabi Adam terbukti ketika mereka terlempar dari surga keduanya kemudian saling mencari.

Siti Hawa adalah sosok perempuan setia yang mau menemani Nabi Adam ketika senang di surga maupun ketika susah di bumi. Sebagai perempuan pertama, nama Siti Hawa tidak ditemukan dalam Al Qur’an. Tetapi menurut Imam Nawawi dalam syarah shahih Imam Muslim, menurut Ibnu Abbas Hawa dinamakan demikian karena Hawa adalah ibu dari setiap kehidupan. Dengan demikian semua manusia sampai saat ini berasal dari satu, rahimnya Siti Hawa. Siti Hawa juga adalah tipe perempuan yang sabar terbukti mau bersabar dan mencari pasangannya yang terpisah jarak dan waktu yang lama. Sabar juga dalam menghadapi ujian dialami suaminya. Tidak pernah mengeluh dan selalu bertaubat atas dosa yang telah ia lakukan bersama suaminya .

Makna filosofis yang bisa kita ambil secara umum bahwa di padang Arafah dimulai kehidupan manusia sejak bertemunya kembali Nabi Adam dan Siti Hawa kemudian beranak pinak. Dari kandungan Siti Hawa kemudian lahirlah keturunan Bani Adam. Dibanding kaum Nabi Adam, Kaumnya Siti Hawa tahun ini lebih banyak sebagai jemaah haji Indonesia dengan perbandingan 55,1% : 44, 9%. Dengan memaknai Arafah sebagai mengenal dan mengakui, maka kita diharapkan bisa mengenal lebih dekat dan mengakui eksistensi perempuan saat ini. Perempuan dan laki-laki punya kedudukan yang sama dan setara di muka bumi ini. Dengan meneladani Siti Hawa, kaum perempuan harus bisa lebih maju dan berkompetisi di segala bidang. Semoga jemaah haji Indonesia yang akan wukuf tanggal 9 Zulhijjah 1444 H menjadi haji yang mabrur dan sehat semuanya hingga kembali ke tanah air.

Penulis: Naif Adnan (Penyuluh Agama Islam KUA Pesanggrahan Jakarta Selatan)


Editor: Indah
Fotografer: Istimewa

Opini Lainnya Lihat Semua

M. Fuad Nasar (mantan Sesditjen Bimas Islam. Saat ini Kepala Biro AUPK UIN Imam Bonjol Padang)
Imsak Setelah Puasa

Keislaman Lainnya Lihat Semua