Nasional

Wamenag Yakin Kearifan Lokal Dapat Kurangi Konflik

Makassar(Pinmas) - Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar yakin bahwa kearifan lokal yang tumbuh di berbagai daerah dapat dimanfaatkan untuk mengurangi atau mengeliminasi konflik karena masyarakat Indonesia lebih suka dengan pendekatan budaya dalam menyelesaikan berbagai hal. Mengetengahkan kearifan lokal dan budaya yang tumbuh di tengah masyarakat dalam mengatasi persoalan perlu dilestarikan. Apalagi persoalan itu kadang menjurus ke arah kekerasan, maka menggunakan kearifan lokal patut didorong, kata Wamenag Nasaruddin Umar di Makassar, Selasa (31/1).

Belakangan ini, ia melihat konflik di berbagai daerah jika tak dicermati dengan baik bisa menimbulkan gangguan ekonomi dan kerusakan. Kadang agama dijadikan instrumen. Agama dijadikan "baju" sehingga wilayah konflik makin sensitif dan menimbulkan sentimen sosial. Dalam keadaan demikian, pemuka agama diminta waspada karena esensi orang beragama tak memiliki niatan untuk menghancurkan sesama. Agama dan orang beragama seharusnya menjadi inspirasi dan motivasi untuk mendapatkan rahmat dan kasih sayang dari Tuhan, kata Nasaruddin. Untuk itu, ia berharap tokoh masyarakat dan pimpinan agama dapat mengetengahkan kearifan lokal dalam menyelesaikan persoalan tatkala suasana di suatu wilayah tengah memanas.

Terkait dengan kunjungan kerjanya ke Tual, Maluku Tenggara pada Senin (30/1) yang dirangkaikan dengan peninjauan pembangunan Islamic Center dan pusat kegiatan umat Katolik, ia melihat bahwa kerukunan umat beragama di wilayah itu mengalami kemajuan pesat. Pernyataan itu juga ia kemukakan ketika tampil sebagai pembicara utama pada seminar di Tual. Seminar itu mengusung tema pluralisme agama di Maluku.

Menurut Nasaruddin Umar, kearifan lokal seperti "pela gandong, potong di kuku rasa di daging, ain ni ain fuut ain mahe ngifun, manut ain mehe tilur dan foeng fo kut, fao fo banglu" penting untukdilestarikan. Nilai di dalam falsafah seperti itu adalah kearifan budaya lokal dan menjadi solusi pemecah setiap permasalahan kemasyarakatan di tanah air. Intervensi pihak luar, walau maksudnya baik, bukan tak mustahil malah menjadi kontraproduktif dengan kondisi lokal di Maluku. (ant/ess)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua