Nasional

Wamenag: Perbedaan Agama dan Kepercayaan Tak Boleh Jadi Alasan Memperuncing Konflik

Denpasar (Pinmas) - Perbedaan agama dan kepercayaan tak boleh menjadi alasan untuk memperuncing konflik. Sebaliknya, lantaran perbedaan itu pula harus saling menghormati untuk kemajuan bangsa. "Bhinneka Tunggal Ika patut kita junjung tinggi, karena terbentuknya Bangsa Indonesia dari adanya pluralisme tersebut," kata Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar di Denpasar, Bali, Kamis 8 Maret 2012 malam. Nasaruddin menekankan pentingnya saling hormat menghormati antarumat maupun agama yang dianut oleh individu.

"Sesungguhnya kita adalah bersaudara dan satu di hadapan Tuhan. Namun cara melakukan sembahyang dan keyakinan yang berbeda," katanya. Negara, sambungnya, menjamin pemeluk agama di Indonesia sekali pun penganutnya minoritas. Tidak ada intimidasi atau tekanan dalam menjalankan ibadahnya. "Sebab kebebasan untuk memeluk agama dan kepercayaan telah dituangkan dalam pembukaan UUD 1945. Karena itu, umat Islam sebagai mayoritas berkewajiban memberikan perlindungan kepada umat lain," ujarnya. Ia mengulas, Islam di Indonesia mempunyai budaya dan tradisi tersendiri dibanding Islam di negara lain. Karena itu patut dilestarikan sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri. "Dengan keberagaman agama di Indonesia menjadikan kekuatan untuk bersatu membangun bangsa dan mewujudkan cita-cita bangsa itu sendiri, yakni masyarakat adil dan sejahtera," katanya.

Nasaruddin menyayangkan jika belakangan ini merebak tindak anarkisme di berbagai daerah dengan dalih agama. "Padahal tindakan yang dilakukan oleh sekolompok atau organisasi masyarakat yang mengatasnamakan agama itu jelas-jelas bertentangan dengan ajaran agama Islam," ujarnya. Sebenarnya, kata dia, kelompok-kelompok yang mengatasnamakan agama adalah bertentangan dengan agama itu sendiri. Sebabnya, semua ajaran agama di dunia mengajarkan umatnya berbuat baik, saling menghormati dan menjunjung tinggi toleransi tersebut. "Siapa pun berani melanggar ajaran agama dan berbuat kejahatan dengan sesama umat adalah perbuatan dosa," kata Nasaruddin.

Sementara Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Provinsi Bali, H Mulyono Setiawan mengajak semua umat belajar melakukan toleransi beragama di Pulau Dewata. "Kami mengajak semua umat belajar membina dan menjaga tolerasi beragama di Bali. Walau di Bali mayoritas memeluk agama Hindu, namun mereka tak ada mengabaikan umat yang minoritas. Karena itu sangat tepat untuk berkacamata soal toleransi umat beragama disini," katanya. Karena toleransi beragama yang begitu kental, kata dia, wisatawan mancanegara merasa aman dan sangat senang berlibur di Pulau Dewata. "Toleransi beragama serta didukung seni budaya yang adiluhung, maka Bali semakin pesat dalam pengembangan sektor pariwisata. Kami mengajak semua umat menghargai perbedaan kepercayaan, karena perbedaan itulah menjadikan bangsa ini akan kuat dan maju," katanya. (viva)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua