Nasional

Wamenag: Mahasiswa Harus Jadi Creative Minority

Yogyakarta (Pinmas) - Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nasaruddin Umar menyatakan mahasiswa harus menjadi creative minority sehingga berkontribusi besar bagi pembangunan bangsa. Menurut dia, mahasiswa tidak hanya cukup hanya bersikap kritis, namun juga dituntut untuk kreatif dan berani menampilkan sesuatu yang berbeda sehingga mampu berkontribusi besar bagi pembangunan bangsa di masa mendatang. "Jadilah creative minority, serta mampu menciptakan sesuatu yang berbeda," ungkap Nasaruddin pada acara Musyawarah Nasional XVI Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa dan Pelajar Indonesia Sulawesi Selatan (IKAMI Sulsel) di Yogyakarta, Jumat (27/1).

Dia mengingatkan agar mahasiswa tidak hanya mampu bersikap kritis dan mampu memanfaatkan situasi, tapi juga harus mampu mengandalkan kecerdasan dan keunggulan akademis. Sikap kritis juga harus dibarengi dengan pemikiran yang solutif atas berbagai persoalan yang terjadi. "Mahasiswa memang harus kritis, tapi bukan hanya asal kritis, melainkan kritis yang berisi," ujarnya. Disamping itu, Wamenag juga mengingatkan agar mahasiswa sebagai insan akademis senantiasa menjaga moralitas, akhlak dan nama baik, sebab hal itu nantinya sangat berpengaruh terhadap perjalanan mahasiswa di masa-masa mendatang. Kepercayaan publik sangat menentukan langkah dan kiprah kaum terdidik.

"Jangan sampai kalian merusak citra diri, karena kalau sampai itu terjadi jangan harap bisa laku di mana pun," tegasnya. Senada disampaikan Dekan Fakultas Filsafat UGM Mukhtasar Syamsuddin. Menurut dia, mahasiswa harus menjadi bagian dari kelompok minoritas yang melahirkan gagasan kretif, sehingga berkontribusi besar bagi perjalanan bangsa. Sebab, meski jumlah mahasiswa terbilang banyak, tidak seluruh mahasiswa termasuk ke dalam kelompok minoritas yang kreatif. "Mahasiswa termasuk kelompok menoritas, tapi tidak semuanya dapat dikatakan creative minority, " kata Mukhtasar.

Menurut dia, sejumlah kriteria harus melekat pada diri mahasiswa jika ingin dikatakan creative minority, antara lain kreatif dan kritis. Kedua ciri tersebut, lanjutnya, tergambar dalam diri para pendiri bangsa ini seperti Soekarno dan Hatta. Meski belajar dan tinggal di Belanda, Hatta tetap berpikiran keindonesiaan sehingga melahirkan suatu gagasan koperasi. Gagasan kreatif juga pernah dilahirkan Soekarno dalam konteks politik kebangsaan. "Itulah salah satu contoh kreatif menority yang pernah ada di negeri ini, " tandasnya. (andi setiawan)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua