Nasional

Wamenag : Indonesia Kiblat Peradaban Islam

Jakarta (Pinmas) - Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nasaruddin Umar mengatakan, potensi umat Islam di Asia Tenggara khususnya Indonesia sangat luar biasa. .Bahkan Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbanyak bisa menjadi kiblat peradaban Islam. Kiblat ibadah adalah Mekah. Asia Tenggara khususnya Indonesia akan menjadi kiblat peradaban, kata Wamenag Nasaruddin Umar selaku keynote speech pada seminar Ahlusunnah wal jamaah di Asia Tenggara di Jakarta, Senin malam (10/12).

Wamenag beralasan, Asia Tenggara saat ini merupakan kawasan yang terbebas dari konflik dunia Islam, tidak seperti Timur Tengah. Hal itu karena konflik antara Israel dengan Palestina yang menyeret negara-negara di kawasan Timur Tengah. Selain itu, saat ini laju pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara terutama Indonesia meningkat signifikan bahkan cukup mengejutkan. Bagaimana mungkin jadi pusat peradaban jika tidak didukung ekonomi, imbuh Nasaruddin. Maka dengan geo politik dan geo ekonomi yang stabil kawasan Asteng, menurut dia bisa menjadi super power baru. Namun Wamenag mengingatkan kekuatan umat muslim di tanah air ini tidak akan pernah terwujud jika potensi yang dimiliki umat tidak diimplementasikan secara baik.

Mengenai paham ahlusunnah wal jamaah, biasa disingkat aswaja di Asia Tenggara, Wamenag mengatakan, paham aswaja lebih mengedepankan konsep Islami ketimbang Islam itu sendiri. Lebih mementingkan subtantif ketimbang aspek formal, ujarnya. Karena itu lanjut dia, kita harus bertoleransi dengan keragaman lokal, melestarikan segi-segi positif serta mengambil yang lebih baik. Kita tidak boleh terlalu longgar tapi juga tidak boleh super ketat atau radikal, jelasnya. Sebelumnya Sekjen Kementerian Agama Bahrul Hayat saat membuka seminar mewakili Menteri Agama mengatakan, aswaja merupakan fenomena sejarah yang mengandung semangat inklusivisme yang bersedia membuka proses dialog, toleransi, rekonsiliasi dan mengakui semua kelompok yang berbeda paham sebagai umat yang satu- umat Islam.

Watak moderat dan rasional yang dimilikinya menyebabkan aswaja berkembang pesat dan diterima umat Islam di sebagian besar dunia muslim, termasuk di kawasan Asteng, termasuk didalamnya Indonesia. Aswaja menawarkan paham jalan tengah sehingga paham ini dianut oleh kalangan awam hingga terpelajar, mulai rakyat jelata hingga penguasa. Watak moderat merupakan karateristik aswaja yang paling menonjol, disamping adil, seimbang dan toleran." Sekjen berharap, seminar yang diikuti peserta dari kawasan MABIMS (Menteri-menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura), mampu memperjelas dan memperkokoh keberadaan dan fungsi aswaja sebagai manhaj, disamping merumuskan strategi untuk mengembangkan aswaja sebagai perekat muslim Indonesia khususnya, dan muslim di ASEAN pada umumnya dalam upaya memperkuat harmoni kehidupan umat beragama di negeri serumpun. (ks)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua