Nasional

Wamenag: Indonesia Butuh Orang Hebat yang Dapat Merajut Kebersamaan dalam Kebhinekaan

Denpasar(Pinmas) - Wakil Menteri Agama (Wamenag) Prof. Dr. Nasaruddin Umar mengatakan, bangsa Indonesia dewasa ini tengah membutuhkan orang hebat yang bisa bersahabat dengan semua lapisan, golongan dan agama guna merajut kebersamaan dalam bingkai kebhinekaan tunggal ika. Orang hebat itu harus memiliki kemampun lebih dan bekerja atas dasar ikhlas, katanya pada perayaan Hari Ulang Tahun Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Provinsi Bali, di Denpasar, Kamis (8/3) malam.

Acara itu dirangkaikan pula menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW, dihadiri Wakil Gubernur Bali, Anak Agung Puspa Yoga, tokoh puri Bali Ida Cokorda Pamacutan, Kanwil Kemenag setempat I Gusti Agung Kade Sutayasa. Sebelumnya Wamenag memberikan tausiah Maulid Nabi Muhammmad SAW, menyampaikan sambutan Ketua PW NU Bali, Mulyana Setiawan yang menjelaskan bahwa peringatan Maulid dan Harlah NU ke-86 tersebut mengangkat tema "Merajut Ukhuwah Nahdliyah Menuju Keharmonisan Dalam Beragama, Berbangsa dan Bernegara atas dasar ke-Bhinekaan Tunggal Ika. Diharapkan dengan kehadiran Wamenag di tengah acara tersebut, memperleh pencerahan tentang pentingnya kehidupan dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.

Terlebih pada acara itu, seluruh tokoh agama dan masyarakat di daerah itu hadir untuk mendengarkan tausiah Wamenag Prof. Dr. Nasaruddin Umar MA. "Di sini, hadir para tokoh masyarakat dan wakil-wakil dari berbagai agama," kata Mulyana dalam laporannya. Pada puncak acara tersebut, Wamenag Nasaruddin Umar mengangkat perjuangan Nabi Muhammad SAW. Termasuk ketika masih kecil hingga memasuki dewasa hingga menikah dengan Siti Chodijah, janda yang juga pengusaha di Mekkah yang kemudian setelah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi nabi ikut mendukung perjuangan Rasulullah. Kebanyakan orang besar awalnya menikah dengan janda yang usianya lebih tua. Seperti Nabi Muhammad SAW dengan Siti Chodijah. "Karena itu, kawinilah janda tua yang anaknya banyak," kata Nasaruddin Umar yang disambut tawa hadirin dan sekaligus memecah suasana serius dengan tawa hadirin. "Coba lihat Bung Karno. Mau menikah dengan ibu Inggit, yang usianya lebih tua," katanya memberi contoh.

Terlepas dari itu, ia melanjutkan, orang besar bukan sekedar bersedia mau menikah dengan orang yang usianya lebih tua. Tetapi kerelaan dan dukungannya membantu suami. Khususnya berjuang guna meningkatkan harkat atau kedudukan manusia dari keterpurukan ke arah jalan lurus dan membawa sejahtera bagi seluruh umat. Kehadiran orang besar, seperti Nabi Muhammad SAW tentu melalui proses panjang. Sebelum Nabi lahir, ayahnya sudah tak ada. Ketika masih kecil, Rasulullah tak diasuh di tempat kelahirannya tetapi di bawa ke satu desa dan disusui ibu asuhnya Halimah Sa`diah. Setelah besar, diambil lagi oleh ibu kandung Rasulullah, Siti Aminah. Tak lama kemudian, Siti Aminah wafat. Lantas Nabi diasuh kakeknya, Abdul Mutholib. Juga tak berapa lama meninggal dan untung masih ada pamannya yang mengasuh. "Jadi, sejak kecil sudah ditempa dengan kemandirian. Begitu dewasa, Ia pun mulai menunjukkan kepiawaiannya dalam berbisnis dan mendapat kepercayaan sebagai al-amin," kata Nasaruddin Umar.

Jadi, lanjut dia lagi, bercermin dari perjuangan Rasulullah, tentu orang besar memiliki kemampuan dan bisa bersahabat dengan semua golongan. Hal itu ditunjukkan ketika Rasulullah kedatangan para tamu dari golongan agama yang berbeda pada tengah malam. Lantas di antara tamu tersebut ada yang meminta tempat menerima tamu -- dahulu masjid -- untuk dipinjam sebagai tempat ibadah bagi agama lain. Rasulullah saat itu memberikan izin kepada tamu untuk menggunakannnya. Setiap mahluk di permukaan bumi ini, lanjut dia, akan mati. Jasadnya akan hancur. Satu hal yang tak bakal mati, yaitu roh manusia. "Kita tak pernah mendengar ruh itu hancur. Kecuali fisik manusia," ia menjelaskan. Kenyataan itu berlaku pada diri manusia. Dan anak cucu Adam adalah mahluk yang dimuliakan Allah. Karena itu, dalam kontek kerukunan beragama, ia mengajak umat Muslim di Bali untuk menempatkan dirinya dengan memandang bahwa pada diri manusia terdapat banyak kesamaan.

Semua akan mengalami alam ruh. Dan hal ini hanya pada aulia yang dimuliakan Allah dapat menyaksikan alam ruh. Para aulia itu memang banyak tak dikenal di muka bumi. Tetapi di alam langit, alam gaib, bisa jadi lebih terkenal daripada seorang artis di permukaan bumi, ujar Wamenag yang disambut tepuk tangan. Karena itu jadikan orang lain bukan sebagai orang lain, tetapi bagian dari diri sendiri, pintanya. Pada akhir tausiahnya Wamenag Nasaruddin Umar minta kepada anggota NU dan umat Muslim di Bali agar ikut memelihara kediamain di daerah itu. NU harus memberikan kontribusi terhadap kemajuan di daerah ini. Ia berharap pula agar ikut menjauhkan kekerasan, karena hal itu jelas-jelas bukan ajaran Islam. (ant/ess)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua