Nasional

Wamenag: Bom Vihara Ekayana Bukan Jawaban Kasus Rohingya

Jakarta - Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan, peristiwa bom di Vihara Ekayana, Minggu (04/08) malam,tidak relevan jika dikaitkan dengan adanya kekerasan terhadap umat Islam Rohingya di Myanmar, karena kejadian di negeri itu merupakan kejadian lokal setempat. Apalagi sebagai jawaban. Lagi pula tak relevan jika dikait-kaitkan dengan kekerasan di negeri itu, kata Nasaruddin Umar, Senin (05/08).

Wamenag tidak sependapat kejadian di Vihara Ekayana yang terletak di Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat itu dikatakan mempunyai kaitan dengan kasus pembantaian umat muslim Rohingya di Myanmar. "Tidak bisa. Tidak ada hubungan Islam dengan persoalan local Myanmar. Kasus di sana adalah persoalan lokal," jelas Wamenag. Yang jelas, lanjutnya, tindak kekerasan yang dijawab dengan kekerasan pula adalah sungguh suatu perbuatan biadab. Apalagi peristiwa bom di vihara itu terjadi saat Ramadhan, saat umat Islam tengah berupaya menggapai kemenangan secara spiritual.

Wamenag menegasan bahwa bom di Vihara Ekayana merupakan noda pada Ramadhan ini. Selain itu juga telah merusak suasana batin umat Islam Indonesia yang secara spiritual tengah berupaya mendapat kemenangan. "Jangankan di bulan Ramadhan, pada bulan lain pun, kekerasan tidak ada tempatnya dalam Islam," terang Wamenag. Terkait dengan itu, Wamenag mengimbau umat Islam dan umat lainnya agar hendaknya tidak terpancing oleh perbuatan keji yang berusaha merusak vihara tersebut. "Kita harus lebih arif melihat persoalan ini," imbau Wameng.

Walubi Prihatin Wakil Ketua Widia Saba Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Suhadi Sendjaja juga mengecam dan mengutuk tindakan bom di Vihara Ekayana. "Kami mengutuk, dan merasa prihatin atas kejadian tersebut," katanya. Suhadi mengimbau umat Buddha agar tidak terprovokasi dengan kejadian tersebut. Jaga perasaan hati dan jiwa. Prinsip umat Buddha adalah tak ada kekerasan dan kebencian.

Umat Buddha lebih mengetengahkan prinsip damai, terlebih saat ini masih dalam suasana Ramadhan, saat umat Islam menjalankan ibadah puasa. Ketua Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (PBD NSI) ini menambahkan, kejadian bom di vihara tersebut tak relevan jika dikaitkan dengan kejadian di Myanmar. "Kita pun mengecam peristiwa di negeri itu," katanya. Sebagaimana diketahui, pihak Walubi pun sudah mendatangi kantor Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta untuk menyampaikan sikap atas kekerasan yang terjadi di Myanmar.

Tapi yang jelas jika kejadian itu dikaitkan dengan persoalan solidaritas, menurut dia, bukanlah pada tempatnya. "Solidaritas bukan demikian bentuknya," kata Suhadi yang juga Ketua Umum NSI itu. Bahkan, lanjut Suhadi, Plt Ketua Umum Walubi Arief Harsono telah berupaya membantu umat Islam di Myanmar. Dana bantuan untuk membangun sekitar sembilan ribu unit rumah telah disalurkan kepada PMI saat Jusuf Kalla berkunjung ke negeri tersebut. (ess)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua