Nasional

Wamenag: Al Quran Harus Dihayati Dalam Setiap Tarikan Napas

Jakarta (Pinmas) - Setiap Muslim wajib menghormati kitab suci Al Qur'an. Menghormati Al Qur'an tidak bisa hanya dengan mencetak dengan tinta emas lalu disimpan dalam lemari kaca. Ketika menyemarakan syiar Islam dengan pembacaan Al Qur'an, maka harus berbanding lurus dengan mendalami dan menghayati kitab suci ini. Hal itu disampaikan Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar pada pembukaan seminar internasional bertajuk “Peran strategis AL Qur'an dalam Era Global Menuju Peradaban Baru” di Masjid Istiqlal Jakarta, Jumat (13/9).

“Al Qur'an harus dihayati, diamalkan dalam setiap tarikan napas,” ujarnya. Menurut Wamenag, para hafidz adalah refresentasi dari Al Qur'an, identik dengan Al Qur'an. Karena itu harus siap menghadapi tantangan dan ujian. “Hafidz dianggap seperti malaikat yang tidak pernah cacat, ini yang paling berat,” ujar Nasaruddin.

Dalam menghadapi era globalisasi, menurut Nasaruddin, adalah bagaimana kita bisa mengaktualisasi Al Qur'an dalam masyarakat modern. Saat ini, kitab suci Al Qur'an merupakan buku yang paling laris di muka bumi. “Di Amerika jadi best seller, di Eropa juga yang paling tinggi terjual,” katanya.

Dikatakan Wamenag, di era modern ini agama yang tidak relevan dengan kitab suci akan ditinggalkan masyarakat, tapi tidak dengan Islam. Seminar tersebut diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Ikatan Persaudaraan Qari Qariah dan Hafidz Hafidzah (IPQAH), menghadirkan pembicara antara lain, Ketua Umum PP IPQAH yang juga mantan Menteri Agama Said Aqil Husein Al Munawwar, Dr Sami' Al Samina (Yordania) dan Syekh Rasyid Hasan (Uni Emirat Arab). (ks)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua