Nasional

Wakili Menag,  Oman Sampaikan Tausiah Kebangsaan di Rajaban Akbar

Sumedang (Kemenag) --- Pondok Pesantren Islam Internasional Terpadu Asy Syifa wal Mahmudiyyah Sumedang menggelar Rajaban Akbar 1439H/2018M. Even tahunan yang digelar pesantren pimpinan Abuya K.H. M. Muhyiddin Abdul Qodir Al-Manafi ini sekaligus dalam rangka peringatan Isra Mi'raj dan silaturahmi kubra ulama, habaib, umara, dan umat. Termasuk juga sosialisasi sukses pilkada serentak tahun 2018 di Jawa Barat.

Acara ini dihadiri juga oleh wakil-wakil dari Kepolisian, TNI, Brimob, KPUD Sumedang, Kementerian Agama, dan calon kepala daerah Sumedang.

Mewakili Menteri Agama, Staf Ahli Bidang Manajemen Komunikasi dan Informasi Oman Fathurahman memberikan tausiah kebangsaan. Mengutip ayat 13 surat Al-Hujurat, Oman mwngingatkan bahwa secara sunnatullah, umat manusia diciptakan dalam keragaman suku dan etnis (syu’uba wa qaba’ila).

"Bahkan, dalam konteks Indonesia, keragaman tersebut lebih terasa lagi karena bangsa ini terdiri dari 1.128 etnis, 750an bahasa dan aksara, serta lebih dari 250an ragam kepercayaan lokal, di samping 6 agama besar yang ada," ujarnya di Sumedang, Minggu (06/05).

Menurut Oman, keragaman bangsa Indonesia ini di satu sisi merupakan anugerah, tetapi di sisi lain juga potensial menimbulkan gesekan, terutama jika ada pihak-pihak yang menginginkan terjadinya ketidakstabilan serta ketidakharmonisan. Di tahun politik, gesekan-gesekan akibat berbagai kepentingan itu kini mulai terasa, dengan intensitas dan penyebaran yang lebih cepat akibat derasnya perkembangan media sosial.

"Pemerintah dan aparat tidak mungkin berhasil mengelola keragaman tersebut jika tidak ada bantuan dari tokoh agama dan masyarakat secara keseluruhan," tuturnya.

Oman mengatakan, pesantren adalah salah satu tempat di mana benih kebaikan dan kedamaian disemai. Melalui aura dakwah Kyainya yang sejuk, dan dengan kedalaman pengetahuan yang bersumber dari beragam kitab karangan para ulama salaf, Pondok Pesantren Islam Internasional Terpadu Asy Syifa wal Mahmudiyyah diharapkan dapat terus menjadi lokomotif penyebaran kebaikan dan pesan-pesan damai.

"Warga Pesantren yang menunaikan kewajiban moralnya sebagai penebar kedamaian dan kebaikan, insya Allah akan mendapat balasan kebaikan di akhirat," harapnya.

Oman mengajak masyarakat untuk lebih hati-hati ketika menerima suatu berita, selalu tabayyun, tidak mudah terprovokasi, dan tidak gampang merespon secara emosional. Menurutnya, dalam nomenklatur agama, menebarkan berita bohong adalah sebuah kejahatan dan dianggap sebagai salah satu dosa besar, selain syirik kepada Allah, membunuh, dan durhaka kepada kedua orang tua.

Terkait Pilkada serentak yang akan berlangsung pada 27 Juni, Oman berharap seluruh warga pondok, para asatid dan santri, khususnya yang ada di wilayah Sumedang, Jawa Barat dapat mengedepankan nilai-nilai kebangsaan dan saling mencintai sesama anak bangsa, meskipun beda etnis dan agama.

Pimpinan Pondok Pesantren Asy Syifa Abuya K.H. M. Muhyiddin Abdul Qodir Al-Manafi dalam tausiahnya menekankan agar santri-santrinya mengedepankan kebersamaan dan mengesampingkan perbedaan, “Berbeda pandangan itu dibolehkan oleh agama, sedangkan bertengkar akibat perbedaan pandangan itu diharamkan,” ujarnya.

Abuya juga menyarankan agar dalam menghadapi perbedaan (khilafiyah) penentuan awal bulan suci Ramadan dan idul fitri yang akan datang, hendaknya masyarakat mengikuti saja kepada keputusan Pemerintah, karena keputusan Pemerintah itu pasti sudah atas dasar pertimbangan yang menyeluruh, dan dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat.

Selain Abuya K.H. M. Muhyiddin, turut memberikan tausiyah Isra Mi’raj dalam kegiatan ini, sejumlah habib dari luar dan dalam wilayah Jawa Barat, termasuk K. H. Imanuddin Najib, Pengasuh Majlis Sirojul Munir, Majalengka. (OF)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua