Nasional

UiTM Malaysia Apresiasi Progres Akademik Mahasiswa UIN Peserta MOSMA 2023

Kunjungan Tim Kemenag ke UiTM Malaysia

Kunjungan Tim Kemenag ke UiTM Malaysia

Kuala Lumpur (Kemenag) --- Universiti Teknologi Malaysia (UiTM) mengapresiasi progres akademik mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) yang menjadi peserta MORA Overseas Student Mobility Award (MOSMA) 2023.

MOSMA berbentuk program mobilitas fisik yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar di perguruan tinggi luar negeri. Program ini berlangsung selama 1 semester dengan durasi maksimal 6 bulan. Melalui program ini, mahasiswa mendapatkan kredit yang dapat dikonversi ke dalam SKS (Satuan Kredit Semester) di kampus asal.

MOSMA menjadi bagian dari implementasi Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diselenggarakan Kementerian Agama pada kampus-kampus pendidikan tinggi keagamaan Islam (PTKI) untuk memberikan pengalaman akademik terbaik di luar negeri bagi para mahasiswanya.

"Alhamdulillah, para peserta MOSMA Kemenag telah mengikuti berbagai program dengan baik. Bapak/ibu boleh tanya kepada mereka. Aktifiti mereka sangat padat dengan beragam kegiatan, seperti mengikuti kuliah dalam kelas reguler, riset, memanfaatkan AI untuk belajar, dan lain-lain," ungkap Deputy Director (Postgraduate and International) ARI UiTM, Prof. Dr. Norhayati Mohamed, di Kuala Lumpur, Rabu (22/11/2023).

Apresiasi ini disampaikan Norhayati Mohamed saat menerima delegasi Kementerian Agama di UiTM. Delegasi diterima oleh jajaran pimpinan Accounting Research Institute UiTM yang sudah sebulan mengelola MOSMA 2023. Ikut mendamingi, Assosiate Professor Dr. Sharifah Norzehan Syed Yusuf (Deputy Director and Innovation).

Menurut Norhayati, peserta MOSMA yang datang dari berbagai perguruan tinggi keagamaan Islam di Indonesia telah mengikuti program-program dengan baik. Mereka ditempatkan di beberapa fakutas, yaitu ACIS (Akademi Pengajian Islam Kontemporari), FSPPP (Faculty of Administrative Science and Policy Studies, FSG (Faculty of Applied Science, FKPM (Faculty of Communication and Media Studies) dan FE (Faculty of Education).

Salah satu peserta MOSMA 2023, Rizky Dwi Ratna Septinawati, mengaku senang bisa mengikuti program ini. Menurut mahasiswa S2 bidang Manajemen Pendidikan Islam ini, iklim akademik di UiTM bagus. Setiap hari pengantarnya menggunakan bahasa Inggris, sehingga seluruh peserta dapat meningkatkan level terbaik.

"Terus terang kami sangat senang mengikuti program MOSMA ini. Selain memberikan pengalaman dalam iklam akademis di luar negeri, program ini mendorong kami untuk terus improve bahasa Inggris karena pengantar di kelas setiap hari menggubkab bahasa Inggris," imbuhnya.

Hal senada disampaikan Ismu Hakiki, mahasiswa S1 yang mengambil jurusan Ilmu Hadits. Dia merasa nyaman mengikuti MOSMA 2023. Selain mendapatkan insight baru dari para dosen dan profesor, tentang keilmuan dan riset, mahasiswa juga mendapatkan wawasan tentang bagaimana memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) dalam dunia pendidikan.

"Kami belajar di UiTM sini sangat senang, para dosennya ramah-ramah terhadap kami dan helpful banget, seperti dalam keluarga. Meskipun hanya berjalan selama satu semester. Setidaknya kami mendapatkan banyak pengalaman dan dapat meningkatkan kualitas bahasa," ujarnya.

Menurut Abdullah Faqih, delegasi Kementerian Agama menengok peserta MOSMA di UiTM untuk memastikan pelaksanaan program berjalan dengan baik. Kunjungan ini juga untuk membahas sejumlah program lain yang bisa dikerjasamakan berdasarkan subjek yang diperlukan. Misalnya, join researdh, international class, maupun kerja sama penunjang pengembangan soft skill anak mahasiswa.

"Kami sangat bahagia atas laporan yang disampaikan pihak UiTM yang cukup lengkap. Kami menjadi tahu bahwa UiTM sangat serius, dan tentu kami nitip anak-anak kami mendapatkan layanan akademik yang bagus. Mereka bisa mendapatkan banyak hal selama MOSMA berlangsung," tegasnya.

Faqih meminta mahasiswa untuk memanfaatkan kesempatan selama di UiTM untuk mengembangkan bahasa Inggris.

"Manfaatkan program ini dengan meningkatkan level bahasa Inggris. Sepulang dari ini coba ikut test bahasa yang resmi. Jika misalnya skor bahasa Inggrisnya sampai 6.5 IELTs bisa mengikuti program S2/S3 di luar negeri," tutup Kasubdit Pengembangan Akademik DIKTIS.

Turut serta sebagai delegasi Kementerian Agama, Thobib Al Asyhat (Kasubdit Kelembagaam dan Kerja sama), Riska Puspitasari, Kasubtim Kerjasama, dan Staf Kerjasama, Siti Mulazamah.


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua