Nasional

UIN Malang Ingin Membangun Bangsa Bermental Guru

Jakarta, 2/10 (Pinmas) - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Prof Dr Imam Suprayogo mengatakan, kualitas pendidikan di Indonesia tidak kalah dibandingkan dengan mutu pendidikan luar negeri. Namun kita lebih sering berbangga jika memiliki atau mengimport dari luar termasuk di bidang pendidikan. "Kita sering anggap yang import lebih baik padahal kita harus mengeksport, karena itu kita harus bermental guru bukan murid," kata Imam Suprayogo di Jakarta, Jumat (2/10) saat bersilaturahmi dengan jajaran Humas Depag Pusat. Ia memaparkan program yang tengah dikembangkan di perguruan tinggi yg dipimpinnya. Imam mengatakan, mulai tahun 2010, UIN Malang akan menerima mahasiswa asing dari berbagai negara dalam bentuk beasiswa. Pada tahap awal ada 30 mahasiswa dari Yaman, Sudan, Syria dan Palestina yang akan menuntut ilmu di kampus yang belum lama ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini. "Kita ingin membalik keadaan dari berbangga mengirim anak ke luar negeri, sekarang menerima mereka sekolah ke Indonesia. Dengan demikian bukan hanya bangga menjadi murid tapi jadi guru," tuturnya. Menurut profesor Imam, kualitas pendidikan Indonesia perlu diperkenalkan kepada dunia internasional. Karena pendidikan di tanah air khususnya pendidikan Islam memiliki ciri yang khas, seperti mengajarkan Islam secara toleran, damai dan rahmatan lil alamin. "Saya belum lama ini ke Sudan memaparkan tentang ilmu kauniyah dan qauliyah, mereka menyambut senang," ujarnya seraya menambahkan di UIN Malang yang kini dikembangkan adalah integrasi kajian Islam dengan sains, integrasi atau gabungan antara pesantren dengan universitas. Dikatakan, di masa lalu, kualitas pendidikan di Indonesia sebenarnya sudah termasuk maju, bahkan negara tetangga seperti Malaysiia mengirim pelajarnya. Namun kini situasi menjadi terbalik, kita yang mengirim mahasiswa ke Malaysia. "Kita ingin membalik keadaan," ujarnya lagi. Imam juga mengatakan, perguruan tinggi Islam harus terus berkembang, melakukan inovasi secara kreatif tidak menunggu kebijakan dari pemerintah. "Ide-ide baru tidak perlu menunggu pemerintah, karena kampus itu tempatnya ilmu, social change, pusat perubahan sosial, tempat bertanya bagi siapapun," tuturnya. (ks)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua