Nasional

Thib Raya: Al-Quran Memiliki Banyak Fungsi

Jakarta (Pinmas) —- Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ahmad Thib Raya, mengurai HikmahNuzulul Qur’an dalam Peringatan Nuzulul Qur’an Tingkat Kenegaraan di Istana Negara Jakarta, Rabu (16/7) Malam.

Hadir pada kesempatan ini Presiden SBY, Wapres Boediono, Menag Lukman Hakim Saifuddin dan jajaran Kabinet Indonesia Bersatu, serta para Pejabat Eselon I dan II Kementerian Agama.

Dalam uraian yang mengambil Tema “Spirit al-Qur’an dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” tersebut, Thib menegaskan posisi Qur’an sebagai pegangan hidup kaum Muslimin. “Ayat-ayat Al-Qur’an menggambarkan dirinya sebagai kitab yang memiliki banyak fungsi. Sebagai petunjuk bagi manusia, sebagai penjelas yang hak dan yang batil, memberi nasehat, sebagai cahaya yang menerangi, sebagai penyembuh penyakit hati, dan lain sebagainya,” terang Thib.

“Al-Qur’an diturunkan Allah SWT untuk manusia agar kita menjalani kehidupan yang benar dan diridhai. Bahkan dalam perjalannya, Qur’an telah memberi spirit (semangat) luar biasa bagi Nabi Muhammad SAW, untuk menjalankan tugas. Sebagai pemimpin agama, Rasulullah, mampu memperbaiki dan meluruskan ideologi dan keyakinan umat dan menyempurnakan akhlak. Sebagai pemimpin masyarakat, Rasulullah berhasil membawa masyarakatnya yang multietnik dan multiakidah, menjadi masyarakat yang bersatu, berdaulat dan berbudaya, khususnya di Madinah,” tambah Thib.

Ahli bahasa Arab asal Bima, NTB tersebut menjelaskan, pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang ditakdirkan untuk hidup bersama. “Qur’an menceritakan, Allah SWT menciptakan manusia dalam banyak suku, bangsa, agama, ras dan lain sebagainya. Kita ditakdirkan juga berbeda posisi dan kedudukan sosial. Karenanya, Allah SWT menginginkan agar kita saling mengenal dan bekerjasama,karena masing-masing kita dicipta dengan kekurangan dan kelebihan. Jika hubungan komunikasi antarkita baik, itu akan melahirkan semangat toleransi untuk menuju ikatan yang kokoh dan hubungan harmonis,” terangnya.

Thib tak lupa mengingatkan, bahwa Bangsa Indonesia sangat majemuk, terdiri atas berbagai suku, agama, bahasa, kebiasaan, adat. Meski demikian, lanjut Thib, kita disatukan oleh pandangan kokoh; satu tanah air, tanah air Indonesia, satu bangsa, Bangsa Indonesia, dan satu bahasa, Bahasa Indonesia.

“Persatuan dan kesatuan mutlak dijaga, agar kita dapat menikmati kehidupan yang tentram dan damai,” tukas Thib.

Selain itu, Thib juga menambahkan bahwa manusia mempunyai sifat buruk yang suka saling merendahkan, mencela dan mengejek. Hal ini jelas akan merusak hubungan dan mencegah persatuan. Karenanya, Qur’an melarang untuk saling mengolok, karena belum tentu yang mengolok lebih baik.

“Qur’an mengajak kita untuk berlomba dalam kebajikan. Qur’an juga menjelaskan bahwa setiap individu bebas menganut agama yang diyakininya. Menjelaskan pula tentang wajibnya menunaikan amanah dan berbuat adil. Karena amanah merupakan asas keimanan. Sedang berbuat adil melahirkan kepercayaan, kedamaian dan ketentraman.” Tukas Thib.

Menurut Thib, bangsa yang besar, adalah bangsa yang mampu mencetak generasi penerus yang lebih baik, karena tantangan ke depan semakin berat. “Sudah saatnya, kita kaum Muslimin untuk benar-benar mempelajari, memahami, mengkaji dan mengamalkan ajaran, kandungan, dan pesan-pesan Illahiah yang terdapat dalam al-Qur’an. Jika tidak, maka al-Qur’an tidak akan dapat menjadi petunjuk, tidak akan membumi dan tidak dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata kita,” papar Thib.

Thib meyakini, semangat pesan-pesan dalam al-Qur’an, mampu membina dan menjaga kesatuan dan persatuan bangsa yang kokoh dan kuat dalam kebhinnekaan, sehingga mampu melahirkan suasana aman, tenteram dan damai, serta bekerjasama untuk membangun bangsa-negara sesuai cita-cita luhur kemerdekaan NKRI yang berdasar Pancasila dan UUD’45. (gpenk/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua