Nasional

Temu Peneliti, Menag Soroti Kebermanfaatan Hasil Riset

Menag Lukman memberikan sambutan dan arahan pada temu peneliti Kemenag (foto: Sandi)

Menag Lukman memberikan sambutan dan arahan pada temu peneliti Kemenag (foto: Sandi)

Serpong (Kemenag) --- Badan Litbang dan Diklat menggelar Temu Peneliti Kementerian Agama. Di hadapan para peneliti, Menag Lukman Hakim Saifuddin menyoroti masalah kebermanfaatan hasil penelitian.

Menurut Menag, hasil riset, penelitian, dan kajian Balitbang Kementerian Agama harus memiliki kebermanfaatan kepada masyarakat.

“Kebermanfaatan sebagai peneliti harus dirasakan masyarakat. Saya berharap Balitbang Kemenag tidak hanya dapur hasil riset, tapi center of exelence dalam kehidupan keagamaan,” kata Menag Lukman Hakim Saifuddin di Serpong, Jum’at (13/07).

Acara yang mengusung tema “Peningkatan Peran Peneliti dan Pengembangan Kebijakan dalam Bidang Agama berlangsung tiga hari, 12-14 Juli 2018. Even ini diikuti 180 peneliti yang terdiri dari Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan; Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan; Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi; dan Lajnah Pentashihan Alquran (LMPQ), para peneliti Balai Litbang Agama Jakarta; Balai Litbang Agama Makassar, Balai Litbang Agama Semarang, peneliti UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; peneliti UIN Imam Bonjol Padang; dan peneliti UIN Medan.

Selain Menteri Agama RI dan para pejabt di lingkungan Balitbang Diklat Kemenag, sejumlah narasumber tampak hadir seperti Wakil ketua Komisi VIII DPR RI TB Ace Hasan Sadzily.

Menag menilai, dukungan terkait program penelitian akan terus menguat, selama riset, kajian, studi memiliki nilai kebermanfaatan kepada masyarakat.

Disampaikan Menag, Presiden Jokowi termasuk orang yang juga gregetan dengan hasil-hasil riset Kementerian/Lembaga. Presiden mempertanyakan tindaklanjut hasil penelitian. Jika penelitian sebatas menjadi rutinitas, dikhawatirkan akan tereduksi nilai manfaatnya?

"Kalau tidak dapat dirasakan masyarakat, tidak hanya anggarannya dikurangi, boleh jadi anggarannya dihapuskan. Negara butuh anggaran besar untuk membangun bangsa mulai dari infrastruktur dan lain sebagainya," tuturnya.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Hasan Sadzily saat memberikan sambutan pada temu peneliti Kemenag (foto:Sandi)

Wakil Ketua DPR RI Ace Hasan Sadzily dalam sambutannya mengulas pengalamannya ketika masih menjadi mahasiswa Pascasarjana di Universitas Indonesia 12 tahun silam yang sering menjadi peneliti dan hasilnya dimuat jurnal dialog.

“Temu peneliti ini mengingatkan saya pada 12 tahun lalu ketika masih menjadi S2 UI. Saya sering menjadi peneliti yang hasilnya masuk pada jurnal dialog. Di Jurnal ini saya menulis tentang tesis yang saya angkat, “Agama di Perbatasan”, kata Sadzily memulai sambutannya.

Hasil tesis penelitian antropologi tentang kehidupan keagaman di perbatasan, kata Sadzily, menjadi upaya waktu itu, bagaimana penelitian agama harus betul dipahami sebagai potret faktual yang dihadapi masyarakat.

Alumni S2 Antropologi Agama UI dan jebolan Doktor Ilmu Pemerintahan Unpad Bandung ini juga menyampaikan bahwa sekarang DPR RI sedang membuat Pansus terkait sistem ilmu pengetahuan sosial dan teknologi.

"Pansus ini dilahirkan sebagai varian dari anggota DPR dalam menghadapi kenyataan bahwa banyak kebijakan tidak terlahir dari hasil riset dan penelitian,” kata Sadzily.

Akan hal ini, Sadzily memandang penting keberadaan peneliti pada Kementerian/Lembaga. Untuk itu, pemerintahpun terus menopang anggaran yang baik untuk penelitian. Namun, diakui Sadzily bahwa anggaran penelitian masih terlalu minim bila dibandingkan dengan negara-negara maju.

“Anggaran riset kita masih 0,005 persen, sementara di Negara maju sudah mencapai 2,5 persen dari APBN yang ada,” kata Sadzily.

Sadzily berharap, kiranya hasil riset bukan hanya riset belaka yang hasilnya hanya dipajang di rak-rak buku. Hasil riset harus memiliki nilai kemanfaatan, nilai guna bagi bangsa dan masyarakat.

“Hasil riset di Pemerintahan tujuannya untuk kebijakan dalam mencari solusi terkait persoalan bangsa. Riset harus ada nilai guna, untuk menyelesaikan kehidupan sosial keagamaan,” tutup Sadzily.

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua