Nasional

Softskill, Kunci Sukses Pegawai

Bogor (Pinmas) —- Kecerdasan emosional dan spiritual atau yang biasa disebut sebagai softskill mempunyai peran penting dalam menunjang kesukseskan seseorang. Adapun kecerdasan intelektual tidak menjadi factor dominan dalam menentukan kesuksesan.

“Softskill memberikan kontribusi 80% dalam menentukan kesuksesan seseorang. Sisanya 20% adalah hardskill”, demikian pengantar Sekretaris Jenderal Kemenag, M. Nur Syam, saat membuka dan memberikan arahan pada Kegiatan Peningkatan Self-Spiritual Quotient (SSQ) Pegawai Direktorat Pendidikan Madrasah, di Bogor, Senin (21/07) malam.

Hadir dalam kesempatan ini, Direktur Pendidikan Madrasah M. Nur Kholis Setiawan. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh pegawai Direktorat Pendidikan Madrasah.

Menurut Nur Syam, setidaknya ada tiga kunci sukses pegawai Kementerian Agama. Pertama, kemampuan relasional yang baik, baik kepada sesama manusia, Tuhan dan alam semesta. “Semakin baik kemampuan relasionalnya, maka seseorang akan semakin dapat diterima,” terang Nur Syam.

Kedua, kemampuan menyesuaikan diri (adaptif) dengan situasi yang berbeda-beda. Menurutnya, semakin baik kemampuan adaptif seseorang, maka semakin besar peluang untuk terdorong menuju pada kesuksan.

Ketiga, kemampuan bekerja keras. Nur Syam menilai bahwa kerja keras merupakan variable yang tidak bisa dihindarkan. Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras. “Indikasi nyata reformasi birokrasi adalah apakah kita mampu bekerja keras atau tidak. Sampai sekarang kemampuan kerja keras kita sebagai aparatur sipil negara masih dipertanyakan,” tutur Nur Syam.

Nur Syam meminta aparatur Kementerian Agama agar mempersiapkan diri dalam menyongsong reformasi birokrasi. Menurutnya, aparatur sipil negara dalam menyongsong reformasi birokrasi ke depan harus bersiap diri dalam hal kedisiplinan.

“Kedisiplinan bisa meningkatkan kinerja, dan kinerja harus terukur. Apakah setiap pekerjaan itu sudah sesuai dengan tupoksi yang dijabat atau tidak. Apakah pegawai bisa masuk tepat pada waktu atau jam-jam yang telah ditentukan atau tidak? Ini harus dijawab dan dibuktikan,” tegas Nur Syam.

Kesiapan lainnya adalah komitmen untuk menjauhi perilaku Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Nur Syam mengatakan bahwa sekarang ini semua didesain melalui asas akuntabilitas dan transparan. “Ke depan, lowongan jabatan bisa jadi akan dibuka dengan sistem fully-open recruitment, semi-open recruitment atau secara konvensional,” ujarnya.

Termasuk yang harus disiapkan aparatur Kementerian Agama adalah kesungguhan akan pelaksanaan anggaran yang efisien dan efektif. Anggaran tidak hanya sekadar diukur pada besar serapannya tetapi juga diukur berdasarkan efisiensi, efektifitas, tepat guna dan tepat sasaran.

Untuk itu, lanjut Nur Syam, setiap program harus direncanakan dan dilaksakana dengan baik. Program yang baik adalah program yang tepat sasaran, berguna dan ditandai dengan laporan yang akuntable melalui LAKIP.

Di akhir sambutannya, Nur Syam mengingatkan tentang pentingnya peningkatan pelayanan. “Tujuan akhir dari semuanya adalah melayani stakeholder. Salah satu ukuran pelayan yang baik adalah kalau konsumen merasa terlayani dengan baik. Oleh sebab itu, harus ada standar operating prosedure untuk memenuhi target layanan” tegas Nur Syam. [hamam/mkd/mkd]

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua