Nasional

Sekjen: Bangun Zona Integrasi, Harus Disiplin dan Persistensi

Jakarta (Pinmas) - Membangun zona integrasi menuju wilayah bebas korupsi merupakan perjuangan yang kompleks. Karenanya, harus diikuti dengan disiplin dan persistensi. Penegasan ini disampaikan Sekjen Kementerian Agama, Bahrul Hayat, dalam Konferensi Pers terkait penyelenggaraan Konferensi Internasional tentang Fatwa, di Gedung Kementerian Agama, Jl. MH. Thamrin, Jakarta, Rabu (19/12).

Membangun zona integrasi, harus diikuti sikap disiplin dan persistensi, tegas Bahrul. Disiplin merupakan kesungguhan untuk taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya, termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya. Sedangkan persistensi berarti mampu mempertahankan konsistensi untuk terus memberantas korupsi. Persistensi dapat didefinisikan juga sebagai berdaya tahan tinggi dalam upaya memberantas korupsi. Selain itu, lanjut Bahrul, dalam rangka membangun zona integrasi ini, Kemenag juga akan terus bekerja keras dalam mengoptimalkan layanan sekaligus menutup semua peluang terjadinya korupsi. Upaya perbaikan dan kerja keras akan terus dilakukan, sejalan dengan tetap adanya segelintir orang yang memberikan stigma negatif terhadap Kemenag, terang Bahrul.

Menurutnya, mandapat hasil penilian laporan keuangan dari BPK berupa Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) bukanlah pekerjaan sehari. Penataan aset terus dilakukan sehingga selisih antara data total aset Kemenag di Kementerian Keuangan sudah hampir sama dengan data Kemenag sendiri. Selain itu, Kemenag juga terus memperkuat jajarannya melalui mekanisme penerimaan CPNS yang sesuai dengan kebutuhan demi meningkatkan kualitas tata kelola birokrasi. Sejak tahun 2007-2010, Kemenag telah mengangkat 2900 akuntan dan lebih dari 2000 tenaga IT sebagai PNS, ujar Bahrul.

Pencanangan pembangunan zona integritas merupakan momentum bagi Kemenag untuk terus melakukan perbaikan dan peningkatkan layanan. Sehubungan itu, Bahrul mengajak semua pihak untuk saling bersinergi dalam memberi terang dan membangun kebaikan; bukan hanya mengutuk kegelapan. Better lit a candle rather than cursing the darkness (lebih baik menyalakan satu lilin daripada mengutuk kegelapan), tutup Bahrul. (mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua