Nasional

Ramadhan, TV Jangan Diisi Tayangan Sia-Sia

Jakarta (Pinmas)--Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Abdul Jamil mengimbau agar stasiun televisi menayangkan siaran Ramadhan dengan tayangan yang membuat umat semakin bergairah dalam pengamalan agama. Menurut dia, di bulan suci ini tidak sepantasnya diisi dengan tayangan yang sia-sia. "Kami juga meminta agar tayangan Ramadhan yang lebih banyak banyolan untuk dihentikan," kata Abdul Jamil pada diskusi Balitbang Kementerian Agama dengan Komisi Penyiaran Indonesia di Jakarta, Jumat (12/8). Kemenag, lanjut dia juga meminta agar KPI sebagai lembaga yang memiliki wewenang untuk menghentikan siaran yang penuh dengan adegan banyolan tersebut. "Kami meminta tayangan sebelum sahur di bulan Ramadhan yang penuh banyolan dihentikan saja," ujarnya. Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Nina Mutmainah Armando juga sependapat agar televisi menyajikan tayangan yang sehat dan mencerdaskan masyarakat. "Ada beberapa tayangan yang sudah baik seperti Jejak Rasul, sinetron Para Pencari Tuhan. Tapi memang ada yang pantas," ujarnya. Menurut dia, tayangan layar kaca lambat laun semakin komersial, bahkan tayangan azan maghrib di bulan Ramadhan disisipi oleh iklan. "Azan di TV menyisipkan iklan niaga, azan pun dijual," kata Nina "Nilainya miliaran karena ditayangkan pada prime time (waktu utama)," imbuhnya. Memang kemudian, lanjut Nina, ada pengaduan masyarakat baik melalui online karena mereka menilai tayangan tersebut tidak pantas. "Kami meneruskan meminta kepada stasiun TV yang menayangkan itu untuk memperbaiki. Ada yang telah memperbaiki tapi ada yang masih terus," ujarnya. Menteri Agama Suryadharma Ali juga berharap tayangan televisi di bulan Ramadhan dapat memberi pencerahan bagi masyarakat dengan muatan yang edukatif dan religius. Bukan sebaliknya lebih banyak menayangkan adegan lawakan. "Lawakan itu boleh juga supaya tidak membosankan, tapi porsinya jangan terlalu banyak," kata Suryadharma Ali beberapa waktu lalu. Menurut menteri yang Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan ini, untuk memberi pencerahan pada bulan puasa ini, televisi seyogyanya mengisi dengan program-program dakwah. "Tapi sayangnya lebih banyak lawak dan kuis," ucap alumni IAIN (kini UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia menyatakan, Kementerian Agama melalui Badan Litbang sedang melakukan penelitian terhadap sejumlah televisi mengenai tayangan di bulan Ramadhan. "Nanti pada waktunya hasil penelitian Litbang ini akan kita umumkan," kata Suryadharma Ali. (ks)
Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua